Part 36 | A Reverberating Heart

11.3K 1.5K 769
                                    

PERNAHKAH kamu bermimpi tentang sosok laki-laki asing yang sama secara berulang kali dalam momen acak? Saat bermimpi, kamu bisa langsung mengenali "ah, dia lagi!" tetapi begitu terbangun, wajahnya kabur.

Aku sering memimpikan lelaki berambut dikucir jauh sebelum bertemu Arfan versi dewasa. Di mimpi itu, ada banyak momen bersambung yang kulalui sampai kadang aku tidak ingin terbangun. Rasanya damai sekali bersamanya.

Mataku terbuka ketika alarmku menyanyi. Kemarin cutiku berakhir, berarti hari ini aku resmi kembali bekerja. Satu yang aku sesalkan, kenapa sih mesti mengganggu episode mimpi si cowok gondrong yang tengah menggendong balita di bawah langit penuh aurora?

"Ck! Kayaknya ini efek keracunan Arfan," gumamku, memijit kening.

Baru dibalas 'aku suka kamu' saja haluku sudah ke mana-mana. Hadeh, sampai si gondrong yang biasa datang ke mimpiku diasosiasikan dengan Arfan pula. Parah.


Si Paus:
Ai, kamu lebih suka jus atau kopi?


Pesan tersebut nangkring di notifikasiku begitu alarm mati.

Cepat sekali pergerakan si Paus. Blokiran dibuka, dia langsung chat. Andai ini Ainara yang dulu, pasti dia akan membalasnya detik ini juga. Takut Arfan menunggu.

Sayang, ya, Ainara yang ini memilih minum air putih dulu, merapikan bedcover, membuka jendela kamar apartemen, ibadah, yoga singkat, dan mandi.

Bodo amat Arfan menunggu. Ngapain pukul lima sudah mengotak-atik ponsel? Aku perlu siap-siap kerja.

Gladys Anindya:
Ra, udah balik kan lo ke Jakarta?


Ralat. Peraturan anti membalas pesan pagi-pagi itu cuma berlaku khusus Arfan. Kalau sobat ambyar atau keluargaku, as soon as possible balasnya.

Aku mengeringkan rambut basah sembari meraih ponsel.


Ainara Serafina:
Udah. Dianter Bang Kadewa. Dia bolak-balik Jakarta-Purwokerto tiga harian.

Gladys Anindya:
Aww... deket ngajak perang, jauh perhatian.
Pengin deh punya abank, tapi diri ini ogah ngelepas status anak tunggal :(

Ainara Serafina:
Coba lagi di kehidupan selanjutnya.


Semua anak pertama dan anak tunggal mendambakan punya abang, tapi semua adik yang punya abang pengin uninstall abang. Khususnya Kadewa yang telah kembali ke habitatnya usai beberapa hari cosplay jadi abang-hero.

Mentang-mentang aku cuti, Kadewa seenak jidat memerintah. Diminta Bu Na beli terigu di warung depan kompleks, Kadewa meneruskan titah padaku. Katanya, biar aku olahraga.

Disuruh Papa mengambilkan senter di kotak perkakas, Kadewa teriak-teriak memanggilku. Akibatnya, aku yang sedang jemur baju di lantai atas cuma menggeram kesal waktu Abang bilang aku perlu menunjukkan bukti anak berbakti, sementara dia asyik-asyik nonton televisi.

Jangan bayangkan juga Kadewa yang bolak-balik Jakarta-Purwokerto sebagai misi mulia. Sering dia sampai di rumah tengah malam buta dan katanya bawa martabak. Heboh membangunkanku yang baru lelap, tapi begitu aku bangun cuma disisakan kotaknya.

Singkat kata, punya abang itu tidak seindah cerita fiksi Wattpad. Aku sarankan para human yang ingin memiliki abang untuk banyak-banyak membaca kisah perbudakan VOC, karena begitulah gambaran asli punya abang.


Gladys Anindya:
Udah enggak minat punya abank. Penginnya punya ayank :)

Ainara Serafina:
Hm, pintar sekali gaya menyindir Anda. Langsung kaprok depan jomlo.

A Game to Make Him Fall [TAMAT]Where stories live. Discover now