E P I L O G

14.2K 1.4K 137
                                    

FOTO terakhir baru saja ditempel. Perempuan berkebaya dan laki-laki dengan busana jawi jangkepnya.

Aku terkejut saat sepasang lengan memelukku dari belakang. Album foto di pangkuanku nyaris terjatuh andai tangan itu tidak menangkapnya.

"Serius amat, Ai, sampai suaminya dicuekin."

Rengutan Arfan menjadi pertanda bayi besar ini minta diperhatikan. Rupanya dia sudah selesai dengan pekerjaan.

Aku mengangkat bolpoin. "Bentar, mau ngasih judul album foto dulu, Arfan."

"Narampong versus Tukang Pinjem Gimbot Dua Puluh Tahun aja, Ai. Gumush," usul Arfan.

Maha-ngarang ini orang. Memang ya, lelaki itu tidak ada jiwa puitis-puitisnya. Sekalinya ada, puitis banget. Yang tidak ada itu yang mengenaskan. Parah.

Aku meminggirkan saran Arfan, membiarkannya menumpukan dagu di pundakku.



A Game to Make Him Fall
Bagaimana paus menemukan alien kecilnya




"A Game to Make Him Fall?" gumam Arfan selesai aku mencoretkan tulisan tangan. "Oh, biar anak keturunan kita ngerti sejarah kita, makanya kamu tulisin satu-satu cerita di balik foto? Mulai dari foto masa kecil kita sampe pernikahan?"

"Iya. Kamu bilang benci mengenang, Arfan. Dengan ini, kamu enggak perlu mengenang." Kepalaku menoleh sekilas, mengecup pipi Arfan. "Ingatannya tetep tersimpan di kepala kamu. Fungsi album foto ini cuma buat mengabadikan."

"Oh. Nanti kita tambahin foto-foto petualangan kita, ya, Ai." Arfan balas mencium pipiku. "Tapi, harus gitu judulnya A Game to Make Him Fall? Enggak mau pertimbangin Narampong versus Tukang Pinjem Gimbot Dua Puluh Tahun aja biar lebih gemoy?"

Aku tertawa.

Menurunkan album foto ke lantai, Arfan menyabotase pahaku untuk tiduran.

Lelaki ini tidak banyak berubah. Masih saja random dan penuh ide-ide nyentrik.

Aku menyentil kening Arfan. "Tukang Pinjem Gimbot Dua Puluh Tahun yang paling banyak ngeselinnya di cerita itu. A Game to Make Him Fall lebih cocok buat gambarin keababilan kamu di masa lalu."

Arfan mencium cincin di jari manisku. "Yah, namanya juga sejarah."

"Sejarah Paus mainin rasa bersalah si Alien terus kejeblos di permainannya sendiri," ledekku. "Dan kena karma bucin seumur hidup."

Tertawa lagi, lengan Arfan terulur menekan tengkukku dan mempertemukan bibir kami. Lidah Arfan membungkam segenap kalimat retorik lain yang hendak terlontar. Menelusuri, mengulum, menjilat, melumat, dan menggoda dengan tempo khas.

Saat aku balas menggigit bibir bawahnya, Arfan membalik posisi. Matanya mengedip jail.

"Whatever the games, I'm still the winner."

"Why?" Alisku terangkat.

Wajah Arfan kembali mendekat, memamerkan senyum hangat.

"Because in the end, I have you."












__________________________








Start Nulis : April 2023
Ditamatkan : November 2023










Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.













Ending di realitas :

Mentok ke puncak. Iya, puncak komedi 😂











Dahlah.








Swipe for extra part
👇




A Game to Make Him Fall [TAMAT]Where stories live. Discover now