𝟎𝟗.

5K 305 9
                                    


nih gue kasih bonus, tapi cuma bisa dikit, itung itung minta maaf kemari ngak up😭.

_____________________________
_________________

sudah tiga hari Rigel merengek bahwa kakinya merasakan ngilu yang lumayan, banyak sekali bintik bintik merah sudah ada yang menjadi hitam juga. kalo di tanya 'lasanya ngak enak, sakit kaki Ligel sakit semua, ngak bisa di gelakin' hanya seperti itu jawabannya.

sekarang bocah itu tengah di pangku oleh Leo, entah Rigel sendiri yang meminta. sendiri pagi hingga siang hari mereka hanya berdiam diri di depan TV. terpaksa juga Leo mengosongkan jam kuliahnya karna Rigel sangat lah rewel sendari kemarin.

rencana nanti sore mereka akan pergi ke rumah sakit untuk memastikan Rigel terkena sakit apa, dan biar di kasih obat atau semacamnya.

" Rigel mam ya, Papa udah buatin mam kesukaan Rigel " bujuk Gabriel selain anak itu manja anak itu juga suka sekali menolak makanan, entah rasanya pahit, tidak enak, dan banyak lagi.

demam mungkin sudah Rigel rasakan tetapi jika panas tinggi belum, semoga saja tidak ya.

Rigel hanya menggeleng untuk menjawab Papa nya, dia tengah sibuk mengemut tangan besar milik Leo orangnya tidak masalah dengan itu selagi masih orang terdekat.

" dikit aja, tiga suap? " tawarnya lagi, dan Rigel kembali menggeleng. kepala rumah tangga berkerja berserta dengan ketiga anaknya, Arlenio tengah beristirahat di kamar Ethan anaknya terkena panas.

" sini pa, biar Leo saja " Leo mengambil alih mangkuk yang berisikan sup ayam itu, Rigel di pindah posisi menjadi duduk di sofa sedangkan Leo berlesehan di bawah.

" makan, jika tidak makan abang tidak akan membelikan barang kesukaanmu "

" pait abang Ligel ngak mau "

" makan. "

terpaksa Rigel menerima makanan itu dengan rasa yang tidak manusiawi, sebal itu yang ada di dalam dirinya sekarang.

diam diam matanya Rigel berair, kakinya mati rasa begitu saja bukan hanya satu kaki saja tetapi dua kakinya mati rasa.

" kau kenapa, kenapa menangis? " Leo bertanya sembari menghapus jejak air mata yang meluruh di pipi Rigel.

" kaki Ligel mati lasa hikss, ngak ada lasanya, sakit. nyut-nyutan ngak enak abang, kaki Ligel.. " Rigel mencoba meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak menangis karena dia merasa telah merepotkan mereka semua yang ada di rumah, tetapi air matanya tidak tertahan dia menangis dengan menyebut bahwa kakinya sakit tidak karuan.

Leo terpaksa menghentikan acara makan nya itu, sedangkan Gabriel tengah berada di kamar Ethan mengecek kondisi calon mantunya itu.

dengan perlahan Rigel di gendong, kepala anak itu di sandarkan di bahu tegapnya. kepalanya di tiup halus oleh Leo supaya bisa menetralkan nafasnya berharap saja seperti itu.

" sudah? " Rigel menggeleng kecil, makin di tolong makin sakit kakinya.

tanpa ba bi bu lagi Leo langsung saja membawa Rigel kerumah sakit tanpa memberi tahu Papa nya bawah mereka ke rumah sakit.

mengendarai mobil sendiri dengan memangku Rigel bukanlah hal yang sulit bagi Leo, pemuda itu nampak tenang tenang saja.

beberapa menit perjalanan mereka tempuh untuk sampai di rumah sakit. turun dan langsung bertanya ke suster apakah dokter kulit ada yang kosong apa tidak.

setelah mendapat jawaban, Leo langsung berjalan menuju ke ruang dokter kulit. masuk ke dalam dokter sudah stand by di kursi nya sendiri.

" selamat datang tuan, ada keluhan apa anda datang kemari? " dokter bertanya seraya dengan menyuruh mereka berdua untuk duduk di kursi.

𝐑𝐢𝐠𝐞𝐥 𝐅𝐨𝐫𝐚 𝐆. [TERBIT]Where stories live. Discover now