𝟏𝟔.

2.2K 162 5
                                    

.
.
.

di pagi harinya, rumah dengan suasana yang sangat amat sejuk dan segar. tanaman tamanan sudah di siram oleh pemilik rumah yakni, Gabriel.

Rigel sudah bangun dari tidurnya, anak itu sudah di tanggap oleh ibu-ibu komplek yang lewat di depan rumah Gabriel.

sekarang sudah tidak di tanggap lagi, dirinya hanya berputar-putar di depan rumah saja, tentu saja dengan sepeda sapinya itu. Soren, Hugo, Leo. mereka juga keluar dari rumah hanya saja duduk di teras dengan meminum teh yang mereka buat sendiri, rasanya awalnya macam-macam. yang awal di buatkan oleh Soren; rasanya asin, kedua Hugo turun tangan, bukannya mereda rasa asinnya malah menjadi jadi, Leo hendak turun tangan dari ruang tamu Gabriel sudah berteriak biarkan dirinya saja yang membuat. bukan apa apa hanya saja nanti bisa menghabiskan garam jika seperti itu.

Gabriel selesai, dirinya menghampiri trio setelah itu ikut serta menyesap teh. " ADEK SINI PULANG! " Gabriel berteriak dari tempat berdirinya.

anak itu lantas sedikit mengebut untuk sampai di teras, dengan sendal dinosaurus dan sepeda sapi. Rigel mengemudi bak Rossi yang sedang berbalapan, memenggok menggok-kan setirnya menambahkan kesan dag dig dug ser di jantung Gabriel. dirinya takut jika anaknya itu terjatuh dan bruk menangis sudah.

" jangan kaya gitu nanti jatoh!! " teriak Rigel, apakah dirinya mendengarkan? tentu tidak. rigel terus mengebut hingga menyandung baru yang ada di depannya.

bruk..

..

" PAPAAAAA HUWAAAA BATUNYA NAKALLL "

Gabriel baru beberapa detik terdiam dari bicaranya. Rigel sudah menyungkur ke depan akibat menendang batu lumayan yang ada di depannya itu, jika tersungkur sudah pasti semuanya jatoh, ngga terima tangan dan kakinya yang lecet dahi mulus dan sexsoy nya juga ikut lecet.

Gabriel berlari kecil untuk menghampiri Rigel, di berdirkan badan Rigel dan kemudian di gendong sepeda sapinya biar di situ terlebih dahulu.

dengkul bagian kanan Rigel lecet lumayan besar, kedua telapak tangannya merah, dahi dan idungnya juga ikut serta akan lecet itu. berdarah tapi cuma sedikit. yang namanya anak kecil pasti akan menangis kejer sekejer kejernya.

beberapa menit tangis pilu Rigel belum sama sekali berhenti, sudah di iming-imingi apapun tapi nihil hasilnya sama saja, " ayo.. jajan.. " celetuk Rigel dengan suara parau nya akibat menangis tersedu-sedu. untuk lukanya Gabriel sudah bersihkan dengan kapas dan infus.

" kemana? sama siapa? " tanya lembut Gabriel, trio hanya melihat saja. mereka trauma akan Rigel menangis kemarin, bukannya mereda mereka malah kena amuk apalagi si Leo di lempar biskuit oleh Rigel.

" sama Papa.. di sana " telunjuk bantet nya menunjukan ke arah jalan sebelah kiri, tempat di mana Rigel kemarin bersepeda sendirian dan melipir di panggil oleh ibu warung untuk jajan, geratis.

" sendiri apa di gendong? "

" gendong.. ayo Papaaa "

Gabriel beranjak dengan Rigel yang berada di gendongannya. mereka berdua sudah berjalan menuju ke tempat dimana kemarin Rigel mendapatkan jajanan ciki. James sedang duduk di dalam rumah dia seharian hanya duduk, makan, membaca koran dan berita hot, serta tidur.

selang beberapa menit mereka berjalan, akhirnya sampai di tempat nya a.k.a warung yang kemarin. Gabriel memanggil penjualannya tak lama penjual tersebut keluar, dirinya senang sekali bayi bule kemarin kembali lagi di warungnya.

" wat yor name? " ibu warung sembari membenarkan kaca mata yang di pakainya. padahal tadi Gabriel memanggil dengan bahasa Indonesia kenapa malah pakek bahasa Inggris.

𝐑𝐢𝐠𝐞𝐥 𝐅𝐨𝐫𝐚 𝐆. [TERBIT]Where stories live. Discover now