𝟐𝟑.

1.6K 115 1
                                    

votmen!

.

.

.


suasana pantai sangat bagus hari ini, cerah dan sejuk. tidak panas.

Rigel dengan kaca mata hitam dan baju oversize nya itu sudah duduk di kursi dan menyesap kelapa muda, dirinya ingin mandi di air tapi nanti saja masih sedikit panas. kedua temannya yakni Philo dan Zen mereka bermain pasir di samping Rigel tapi sedikit jauh.

mereka di sini tidak dengan keluarga mereka melainkan dengan pacar-pacar mereka. Harvey, Marvel, dan Oscar tentunya.

" dino sini! ayo main jangan minum kelapa mulu! " ajak Philo, Rigel mengawasi sebentar lalu mengangguk. melepas kaca matanya dan meletakkan kelapa muda di meja lalu turun dan mendekati mereka.

" bikin apa? " tanya Rigel setelah sampai di tempatnya, langsung saja Rigel mencari space kosong yang ada di sebelah mereka. mendudukan dirinya dengan beralaskan pasir dan baju oversize nya itu.

Harvey, Marvel dan Oscar mereka melihat mereka dari bawah pohon yang tersedia bukan tidak mau panas hanya saja malas nanti kulit mereka merah walapun warna kulitnya sawo matang.

" ah! baby Dino ku lucu sekali " celetuk Harvey dengan muka yang tidak bisa di artikan senyum tetapi dingin.

" hey bung, kau lihat dengan mata kepala mu itu, Unicron baby ku juga tak kalah lucu dengan baby dino mu itu " seperti pertarungan sengit antara satu sama lain, hanya Marvel yang diam menatap bayi nya yang sedang bergelut dengan sekop dan cetakan berbagai bentuk.

" sudah diam, baby kalian tak kalah lucu juga. tapi baby duck ku mengalahkan lucunya baby kalian "

Marvel beranjak dari tempat duduk, tangan satunya membawa kelapa muda yang sudah di beri sedotan berwarna putih, lalu Marvel berjalan dengan kaca mata hitamnya itu.

Zen mendongak ketika mendapati sebuah bayangan menutupi dirinya, Zen tersenyum dan langsung menarik tangan Marvel untuk duduk di sebelahnya. Rigel dan Philo menghela nafasnya kasar melihat itu.

tak lama dari Marvel duduk di sampingnya ada Harvey dan Oscar yang ikut menimbrung satu sama lain.

Rigel sudah berbaikan dengan Harvey tapi dirinya masih sedikit malas dengan Harvey, Harvey semakin lama semakin lengket dengan Rigel, suka sekali dengan yang namanya mengecup tiba-tiba.

seperti sekarang, Harvey berada tepat di samping Rigel, sedangkan anak itu tengah membuat istana pasir dengan kepiting besar sebagai penjaganya.

cup..

satu kecupan mendarat di pipi tembam milik Rigel, Rigel sendiri sudah menatap sinis sang pelaku. " ngga usah cium-cium!! aku ngga mau!! " Rigel bergeser sedikit untuk menjauh dari Harvey. sedangkan sangat empu hanya mampu mengela nafasnya saja.

Marvel dan Oscar menahan tawa mereka agar tidak lolos sekarang dan di depan Harvey ini juga. mereka juga tidak mau kehilangan imagenya.

.
.
.
.

mereka bersenang-senang hingga sang fajar hampir tenggelam, Rigel serta yang lainnya sudah berganti pakaian sekarang mereka semuanya tengah melihat matahari tenggelam. Rigel yang di pangku oleh Harvey nampak diam dan menikmati suasana yang sedang berlangsung.

" cantik bukan? " tanya Harvey pada Rigel, Rigel hanya mengangguk saja tanpa ada niatan menjawab atau menatap Harvey. Rigel benar-benar kalut dengan suasana sekarang, matahari yang bersinar dengan langit yang berwarna Oranye.

.
.
.
.

berdiam sangat lama di bawah sinar Oranye, kini mentari itu sudah di gantikan dengan rembulan yang bulat dan putih menyala, lagi dengan bintang yang begitu banyak dan bersinar.

mereka masih setia duduk tanpa adanya percakapan apapun, mau dari pihak manapun lebih memilih untuk diam dan menikmati apa yang telah Tuhan berikan, contohnya seperti sekarang.

Zen, Philo, dan Rigel mereka diam, dari yang awalnya mereka berisik tidak mau diam kini mereka diam seribu bahasa. begitupun dengan Harvey, Marvel dan Oscar.

" kita akan berdiam seperti ini berapa lama? " celetuk Oscar, kakinya sedikit kebas karna tertekuk dan memangku bobot badan Philo.

" sampai ajal menjemput " bukan Marvel yang berbicara melainkan Zen.

semuanya terkejut akan ucapan Zen barusan, entah anak itu kerasukan apa juga tidak di sini padahal tidak begitu angker hanya saja sedikit gelap, dan creepy.

" mulutnya " Marvel menepuk ringan mulut sexy milik Zen.

" biar, ayo pulang capek mau bobo " Zen beranjak dari pangkuan Marvel, lalu merenggangkan ototnya yang sedikit terjepit.

mereka semuanya lantas bangkit dari tempat duduknya masing-masing, Rigel baru memanja dirinya ingin di gendong saja supaya tidak lelah untuk berjalan. tas kecil milik Rigel sudah di kalungkan di pundak lebar milik Harvey.

kemudian mereka berjalan untuk mencapai ke mobil yang mereka tumpangi tadi, Rigel dengan tepukan kecil yang di berikan oleh Harvey langsung memejamkan mata, matanya terasa berat sekali.

.
.
.
.

beberapa menit perjalanan mereka sampai di rumah milik Harvey, bertingkat dua. itu rumah Harvey di berikan oleh kedua orangtuanya. jadilah sekarang mereka menginap di rumah Harvey terlebih dahulu. sebelum itu mereka juga meminta izin terlebih dahulu oleh orang tua dari para baby.

membagi kamar selesai, mereka membersihkan badan terlebih dahulu sebelum turun ke bawah. Rigel, Zen dan Philo mereka sudah tertidur nyenyak di kamarnya masing-masing, Harvey, Marvel dan Oscar mereka belum mengantuk sama sekali. jadi mereka putuskan untuk berkumpul di bawah terlebih dahulu sebelum tidur.

" ahh.. akhirnya aku bisa bersandar kembali dengan sofa " keluh Oscar.

" lebay, begitu saja sudah lelah bagaimana besoknya ketika kau mengurus istrimu yang sedang hamil? " tanya Marvel.

" tidak usah di fikirkan, aku baru malas berfikir. em Vey kenapa kau diam saja ? "

"ah tidak aku hanya binggung dengan sikap Rigel dari kemarin hingga sekarang, anaknya lebih banyak diam dan sinis ketika bersama ku " memang sudah beberapa hari Rigel seperti itu ke Harvey, entah masalah apapun yang di buatnya hingga bisa membuat pujaan hatinya menangis dan marah dan mendelik dan mendengus kepadanya.

" kau membuat kesalahan? " Marvel mengangkat salah satu alisnya.

" sepertinya tidak "

" ingat-ingat kembali, mybe beberapa hari lalu or minggu? " Oscar menimpuk.

" ahh! tempo hari lalu di mana kita bertemu untuk pertama kali di pernikahan bang Ethan dan waktu itu aku mengambilkan nya ice cream untuknya, dia marah karna hanya dua rasa dan dia mau empat rasa "

" nah, mungkin itu. bujuklah sebelum marah besar "

" kau pintar Oscar, tapi bagaimana caranya? "

" terserah yang terpenting dirinya tidak marah lagi " Marvel melangkahkan kakinya menuju kamarnya, sebelum itu dirinya mengambil air di dalam gelas untuk berjaga-jaga ketika nanti Zen haus.

tak lama kemudian Oscar ikut beranjak dari tempat duduknya, di sini hanya menyisakan Harvey yang berdiam dan terkalut akan fikirannya sendiri.

dirinya tengah memikirkan cara untuk membujuk Rigel supaya tidak marah lagi dengan dirinya. entah nanti Harvey akan menggunakan cara apa juga tidak tahu, lihat saja nanti.














.
.
.
.
.
























votmen!

𝐑𝐢𝐠𝐞𝐥 𝐅𝐨𝐫𝐚 𝐆. [TERBIT]Where stories live. Discover now