05.Panji Dan Hugo.... Yang Tergiur

61 3 0
                                    

"nah.... Masukkan pada upaya bela diri berlebihan mas...masukkan juga keterangan ahli antropologi.... Karena kupikir... Pemasungan ini terjadi bukan semata mata karena kustini terganggu mentalnya.... Tapi karena sejak awal dia lahir hitungan wetonnya seolah melegitimasi bahwa dia patut di pasung... " ujar Panji bersemangat di beranda paviliunnya... Keadaannya sudah membaik namun belum bisa tinggal di kamar kost... Jadi sementara dia tetap di rumah sakit sampai kondisinya memungkinkan...
Panji menghentikan kata katanya karena Hugo tak memberi respon

"Mas Hugo..." ulang Panji kemudian

"ya...ya......" kaget Hugo sambil memandangi Panji

"gak fokus ..." cemberut Panji

Hugo sejenak memandanginya ....imut ...panji amat imut ....walaupun memiliki alis tebal dan kumis tipis di atas bibir mungilnya .....mata besar warna cokelat Panji sungguh membuatnya geregetan ....ingin rasanya mencubit pipinya ....atau mencium bibirnya .....sial ....kenapa aku tak sengaja mencuri dengar...? kenapa aku begitu larut dalam bingung ini

"Mas hugo ..." ulang Panji memanggil laki laki bongsor dengan kepala plontos dan cambang membiru bekas cukuran itu....

"maaf dik ....semalam Ibu memintaku memperdalam penelitianku soal Berkah Hidayat ...jadi ngantuk dan kurang fokus...."
sejenak Panji terdiam teringat obrolannya dengan Umi beberapa hari yang lalu ....tentang masa lalu ....tentang luka yang belum lagi usai ...tentang simpul segitiga antara Dahlia, Hanggareksa dan Kartini .....simpul cinta ...luka dan dendam .... dan bahkan ini tidak melibatkan urusan masa lalu tentang Thomas, Sulaiman dan Manisrenggo

"nji ...." ganti Hugo memanggil nama si mungil
"i...iya mas ...maaf kalo aku terlalu bersemangat ....karena aku harus perform di Les Libereux  karena kalian sudah begitu baik padaku ..." cengir Panji menutup penjelasannya ...Hugo tak sadar mengelus rambut cepak Panji yang memang menggemaskan itu

"aku akan bantu kamu menyesuaikan diri Nji ..." Ujar Hugo seraya menutup pembicaraan sementara Panji yang wajahnya bersemu merah hanya mengangguk pelan

******
"Halo .....Dahlia" ujar perempuan di belakang punggung Umi di lobby rumah sakit yang riuh rendah sore itu

Rumah sakit Brawijaya , dua minggu lalu

"Ka...Kartini...." lirih Dahlia berusaha mengulurkan tangan untuk berjabat tangan ....sejenak perempuan cantik setengah baya itu memandangi dingin uluran tangan Dahlia ....kemudian dengan erat dan intimidatif menerima tawaran berjabat tangan itu....

"gak berubah sejak dulu ....dengan mudah mencelakakan orang lain..." Lurus Kartini

"kalau ini tentang kecelakaan di Ketapang ....kita bisa berdiskusi panjang dan dalam ....tapi gak sekarang..." Kesal Dahlia memandangi perempuan yang pernah menjadi rivalnya itu

"Kau tahu urusan kita bukan hanya tentang supir yang harus diamputasi itu kan , Dahlia..?" lanjut Kartini sinis

Dahlia memutar matanya kesal " setelah sekian lama kau masih marah soal Mas Angga?" timpalnya tidak sabar

Kartini terkekeh masam "banyak detail yang terlupa kan Dahlia ....bagaimana dengan kematian ayahku? pembakaran rumahku atas nama sentimen anti Belanda ? dan yang terbaru ....kau baru saja menabrak salah satu karyawan magangku ? sentuhanmu maut dahlia ....sentuhanmu maut..." lanjut perempuan itu tajam

"karyawan magang?" bingung Dahlia

Kartini mengangkat bahunya " Christian Panji bagaskara ....dia baru saja beberapa Minggu bekerja di kantorku ..." ujarnya lebih lanjut

Dahlia menarik napasnya ......sial ini begitu kompleks .....kesalnya dalam hati "aku sudah bertanya kepada suster tentang statistik anak itu ....dia akan pulih dalam beberapa hari .....dan karena kau sudah tahu alamat Berkah Hidayat .....kirim saja tagihannya padaku"  kesal Perempuan cantik berkerudung itu seraya berbalik badan untuk pergi

the eternity origins : Pages of PanjiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora