09.Panji Dan Laweyan 1948

41 3 0
                                    

Surabaya beberapa saat sebelumnya

Telepon menyajikan nada sambung berkali kali sementara laki laki setengah baya itu memandangi langit mendung sore itu di salah satu gedung pencakar langit di kawasan Gubeng , dia Daud Dharmadi ....direktur riset salah satu perusahaan pangan ternama di Indonesia ....suami dari Kartini Dharmadi salah satu Partner di Kantor Advokat Les Libereux .....yang sedang terlibat dalam pembelaan terhadap salah satu supir ekspedisi yang diabaikan haknya oleh perusahaan tempatnya bekerja ...sebuah urusan yang terhitung receh untuk Kapasitas Kaliber Kartini ....sebuah Urusan atas nama masa lalu .....

"hallo....?" ujar sebuah Suara di ujung sana
"Hanggareksa Hidayat....?" lirih Daud memulai pembicaraan

"Surabaya? siapa Ini?" tanya laki laki yang menerima panggilan telepon itu dari Jakarta

"Daud Dharmadi ......indische kerk solo... 1948" lirihnya dingin....

Hanggareksa sedikit tercekat.... Mendengarnya....

"she already took your name mas daud... Kau mau apalagi?" kesal Hanggareksa sementara tangannya memukul meja jati dengan keras...

"kau yang mengawali segala problem ini Hangga... Tolonglah istrimu jangan sampai dendam Kartini berlarut larut....." ujar Daud mencoba berlogika....

"mungkin ini juga dendamku pada Dahlia.... Pada keluarga Hidayat.... Yang membuatku harus meninggalkan Kartini..." lanjut Hangga kemudian...

"ini semua semua terserah padamu... And for fuck sake... Terserah pada Kartini.... Tapi kau tau... Dahlia ibu dari anakmu... Dan dahlia tidak pernah salah...." ujar Daud menutup pembicaraan....

Sejenak Daud memandangi wajah lelahnya di cermin besar di sudut ruang kerjanya....

Dan aku kembali harus menjadi si penyapu dan membersihkan semuanya..... Kesalnya dalam hati

Pintu sejenak berbunyi dan sebuah kepala menyembul masuk.... "Bapak menunggu... Haris.... Ehhm... Haris Sumarno...?" ujar sang sekertaris...

Daud sejenak terdiam dan menarik napas panjang dia letih.... Amat letih....

"yeah.... Persilahkan anak itu masuk...." lirihnya kesal

***********
Lumajang....

Panji terduduk di lobby hotel menyeruput es kopi susu nya sementara Hugo memainkan pulpennya dengan mengetuk ngetukannya berkali kali hingga mengeluarkan suara statis homogen yang menggema di ruangan besar bernuansa jawa yang relatif sepi siang itu.

"itu Aman Mas Go?" bingung Panji memecah kesunyian

"mama pasti bisa handle ....dia lulusan uthrecht for some reason kan?" cengir si gempal itu

"malin kundang...." cibir Panji pada si gempal yang semena mena melemparnya dengan tissue kotor

Hugo sejenak tertawa memandangi Panji... Tersadar mata cokelat besarnya.... Membuatnya sejenak teringat pada.....

**********
Surabaya

"Mereka mendatangi kontrakan kumuhku di comboran... Om mau apalagi? " Kesal lelaki bermata besar itu memandangi Daud sore itu di kantor lelaki yang lebih tua

"Kenapa kau muncul lagi?... Apa kurang semua yang ku bayar? " Kesal Daud memandangi Haris yang sejenak terdiam

Si muda sejenak tertawa sinis "itu semua hanya tambahan uang saku om... Gak lebih...

Lagi pula... Om yang mendatangiku pertama kali... Menitipkan Hugo agar bisa ditemani untuk adaptasi di Indonesia....

Lalu om datang lagi menunjukkan surat tak berdosa Hugo yang bilang bahwa dia menyukaiku....

the eternity origins : Pages of PanjiWhere stories live. Discover now