16.Panji dan Segara Inten

19 4 0
                                    

Bintari perlahan turun dari bus tua dengan suspensi keras itu di depan sebuah Gapura sebagai gerbang jalan tanah berbatu lebar yang membelah Padang gersang dengan satu dua pohon meranggas menempati posisi acak sebagai penghuninya ....di kejauhan terdengar deburan ombak ....

Lamat Lamat didengarnya suara Budi yang memberinya semangat "ini bisa mengangkat profile majalah kita sebagai media investigatif yang mumpuni RI.....pemerintah sedang berbaik baik dengan pengusaha ...dan karenanya pemerintah butuh kita membuktikan kredibilitas mereka ....ini besar buat kita RI ....buat majalah...." Ujar pemimpin redaksinya itu berbunga bunga

"Simpen aja kembaliannya...." Ujar Bintari kepada si supir bis yang berterimakasih dan segera mohon diri...."

Si gadis menarik napas panjang dan menghapus keringat di dahinya dipandanginya lagi Gapura kokoh di hadapannya

.......Desa Segara Inten, terletak di Pacitan.....tepi Laut Selatan..... sudut timur Pulau Jawa, di memiliki latar belakang yang kaya dan kompleks. Desa ini awalnya adalah pemukiman nelayan yang tenang pada awal tahun 1960-an..... Namun di awal orde baru ... Di zaman Industrialisasi, segalanya berubah......dimulai dengan  ketika pemerintah menemukan kandungan pasir hitam yang berharga sebagai bahan baku industri kaca di daerah tersebut..... Penemuan ini memicu persaingan dan perselisihan antarpihak yang ingin menguasai sumber daya tersebut.

Kepala desa periode ini ...... Gunadi Wicaksono dianggap sebagai pembaharu......memiliki jaringan politik yang kuat dan diam diam  aktif memberikan upeti kepada pemerintah pusat untuk melanggengkan kuasanya dengan  dukungan politik dan perlindungan terhadap klaimnya terhadap wilayah ini.

Perjalanan menuju dan menjaga  puncak kekuasaan Gunadi tidaklah mulus. Dalam upayanya untuk mempertahankan dan memperluas pengaruhnya, Gunadi  diduga dan didesas desuskan terlibat dalam berbagai  tindakan yang kontroversial, termasuk penyingkiran terhadap lawan-lawan politiknya kabarnya termasuk  Kardiman Sawidji, seorang tokoh kebudayaan yang dekat dengan masyarakat setempat....yang  tewas dalam kerusuhan yang terjadi terkait dengan isu anti-PKI, dan kini tanah miliknya dialih statuskan  sebagai milik desa setelah kematiannya.

Bintari mengambil secarik kertas dan membaca deretan tulisan di dalamnya ....."alamat ini ....aku harus mencari alamat ini..." Lirihnya seraya berjalan memasuki gapura tersebut.....

************
Debur ombak masih berpecahan di Pantai ....Arok dengan tekun masih memberbaiki jaring ....hal yang dilakukannya jika ombak tinggi dan belum ada panggilan melaut ....Perahu pak Marto masih sandar dan perlu perbaikan .....jadilah waktu waktu kosong Arok dihabiskannya dengan memperbaiki jaring dan memancing udang Besar di gugus karang tenggara desa.....

Sejenak dipandanginya pria mungil bersinglet hitam yang masih duduk dengan serius lesehan di depan meja bambu lapuknya ....kadang kadang dia menulis ...kadang kadang dia membaca ...kadang kadang menggerutu sendirian....

Tak sadar Arok menggeleng dalam senyum ....

"Dik Panji......" Panggilnya sesaat ... Si mungil bermata besar itu memandangnya dengan Terbengong lucu

"Hah?" Ujar Panji melongo ....

"Maaf seadanya ...." Senyum Arok hangat ....yang diajak bicara terkekeh ....

"Aku Yo cah gunung mas ....cah sawah ....dibanding rumahku di Manisrenggo....ini sama sekali gak jelek...." Cengir Panji

"Nggak jelek?" Bingung Arok

"Yeah ....gak jelek....ada pantai...." Tunjuknya kepada segara berkilauan bagai permata yang menghampar tidak lebih dari dua puluh meter di hadapan gubug lusuh Arok ....

the eternity origins : Pages of PanjiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora