07.Panji dan Luka yang belum usai

38 4 0
                                    

1975

"darimana Nji?" kesal Bapak melihat Panji yang baru saja turun dari sepedanya dengan pakaian sekolah kumal dan badan yang kotor memasuki beranda rumah

"biasa ...truk Pasir ...." ujar laki laki tanggung itu malas malasan....

"kau apakan lagi truk truk itu ?" ujar Bapak mengikuti si putra yang begitu saja menenggak air dari kendi tanah liat .....

"batu ...pasir ....kulempar apa yang bisa kulempar ...." dingin pria mungil itu ....

"mereka bisa saja ayah dari anak anaknya ....atau anak dari keluarganya ...." lirih Bapak menggugat ....

"Thomas anak dari keluarganya .....Lik Sugik teman Bapak mengerjakan sawah ....Bu lik Erna yang jaga Panji dan Ayu ketika Bapak sibuk di sawah dan ibu mengajar di sekolah..." Garang sang Putra memandangi sang Ayah ....

"dan apa Maksud Panji dengan semua  itu Nak?" timpal Bapak dingin memandangi laki laki muda bertubuh mungil itu

Panji mengangkat bahunya tidak peduli "Kalo saja Bapak mengerti dan paham kemana empati Bapak bisa diberikan ....yang jelas bukan kepada supir truk truk keparat itu ...." dinginnya lebih lanjut 

"Nji ....supir truk itu sudah dibawa ke polisi ...sudah diperiksa dengan mekanisme seharusnya ....mereka menyatakan dia tidak bersalah ....kamu ...kita gak bisa apa apa ....relakan Thomas Nji...." ujar Bapak mencoba membujuk Putranya yang kini meradang itu ....

"yang mati gak akan hidup lagi pak ...Panji paham itu ....tapi kemauan dan kemampuan desa ini untuk melindungi mereka yang belum mati sangat menyedihkan Pak ...kalo mereka gak bisa ...Panji bisa....." kesal si muda kemudian

"sampai bapak harus menjual sapi nak? sampai ibu dan Bapak harus ketar ketir setiap kali kau keluar dari pintu itu?" lanjut sang ayah dengan nada terluka

Panji terdiam sesaat mendengar perkataan sang Ayah  "aku Putra tunggal kalian ....berkorbanlah sedikit untuk hal yang lebih penting ....." ujarnya kesal seraya memasuki kamar mandi dan membanting pintu di belakangnya 

***********
"kau masih seperti dulu...." senyum Hugo memandangi laki laki kumal di hadapannya sambil menyerahkan minuman dingin di depan sebuah warung di depan jalanan berdebu kawasan jembatan merah di siang yang terik itu

"seperti dulu....?" senyum laki laki di hadapan Hugo masam....

"yeah... Lari seperti angin... Gak kekejar... Striker yang efektif...." lanjut Hugo dalam senyum hangatnya... Sejenak Haris terdiam.... Bocah baik itu... Bocah yang selalu dianggapnya sebagai teman... Bocah yang menterjemahkan keakrabannya sedikit terlalu jauh...

" dan bagaimana dengan puisi puisimu? " senyum Haris balas bertanya setelah meneguk minuman dinginnya ...

Hugo mengangkat bahunya "berganti rute ....sekarang banyak menulis kontrak ...perjanjian dan opini ...opini  hukum...." jawabnya kemudian

"menarik ....pengacara?" lanjut Haris kemudian

Hugo terkekeh ... "almost ....tahun terakhir kuliah ....sedikit terlalu terlena menikmati pekerjaan  ...jadi gak lulus lulus ..." sahut pria bongsor itu ...

"ngapain juga lulus cepet cepet ...ngejar pedal akademik tapi gak punya pengalaman ....ditolak mulu ....cuma bisa lakuin yang bisa dilakuin ..." Ujar Haris Masam ...

"kisah hidupmu?" lanjut Hugo terkekeh 

sang laki laki tampan bermata besar itu ganti mengangkat bahunya  " ya dan tidak ....."lanjutnya kemudian 

the eternity origins : Pages of PanjiWhere stories live. Discover now