10. Panji dan Rindu Seperti Dendam... Bebannya Membunuh

25 3 0
                                    

Rumah sakit daerah Kota Lumajang

"bagaimana keadaannya?" ujar perempuan setengah baya yang berjalan setengah berlari menghampiri tiga orang muda yang masih menunggu dengan cemas diikuti dengan sepasang manusia berbeda jenis yang juga tampak khawatir

"masih dalam penanganan dokter.... Mungkin serangan jantung...." lurus Panji menjelaskan...... Sejenak matanya bertubrukan dengan mata Dahlia... Panji yang salah tingkah kemudian membuang mukanya...

"tapi kenapa? " timpal Dahlia di belakang Kartini penuh selidik

"aku dan mbak Khodijah diminta Pak Sulaeman membeli makanan... Pak Sulaeman nunggu duduk di restoran hotel bersama Panji.... "jelas Hugo yang terduduk di pojok....

Semua mata kini memandang si mungil yang seketika tergagap..." a... Aku mau pamit ke toilet saat pak Pak Sulaeman kejang... " dusta laki laki mungil itu

Sejenak Dahlia memandang pria mungil itu curiga....

"ka.... Kami pikir acara gak akan selarut ini... Bapak lupa membawa obatnya... Mu... Mungkin itu akibatnya...." ujar Khodijah menjelaskan

Sejenak Panji menarik napas lega... Tepat sekali.... Pikirnya dalam hati.... Kembali terbayang dialognya bersama Sulaeman di restoran sepi milik hotel tempat mediasi beberapa saat yang lalu....

**********

"ini foto jenazahnya Pak...saat kebaktian tutup peti.... Bapak ingatkan... Di sini dia tampak tampan dan berulas senyum tipis.... Tapi bagian belakang kepalanya.... Berantakan..... Oh iya.........Namanya Thomas Pak.... Thomas Bayu Sugiarto... Yang bapak mau tebus nyawanya dengan lima ratus rupiah.... Yang Bapak berikan dengan terburu buru padaku?" jelas Panji dingin kepada Sulaeman yang masih terbengong kaget....

Sulaeman sejenak memandangi Panji... Kemudian bertanya lirih... " dan siapa kau anak muda..." ujarnya dengan jantung yang mulai berdegub tak beraturan...

" aku Panji Bapak... Christian Panji Bagaskara.... Bocah kecil yang dengan gigihnya mengejar Truk Bapak yang mencoba kabur...." ujarnya sopan walaupun tidak bisa menyembunyikan amarah di matanya

"dan apa ini membuatmu jadi si penuntut balas nak? Si malaikat maut?" sahut sang laki laki setengah baya kemudian....

Panji tersenyum dingin "walaupun aku ingin sekali menjadi orang itu... Aku rasa aku gak merasa pantas mendapatkan kehormatan itu bapak... Jadi peranku saat ini kupikir hanya dua...." jelas Panji kemudian

"dan apa itu cah bagus...?" ujar Sulaeman lagi

"Pengantar Pesan....." tukas Panji ringkas

"Pesan...?" bingung Sulaeman

Panji mengangguk perlahan "yeah informasi bahwa setelah kematian Thomas yang tidak mendapatkan keadilan yang setimpal... Ayah Ibunya tidak pernah pulih dari trauma mereka.... Mereka keluar dari Desa... Bercerai... Dan hidup terkatung katung..... Bu lik erna menabrakkan diri ke kereta api... Dan Pak Lik Sugik menggelandang sambil menarik becak.... Dan pahami ini Pak... Semua karena Bapak... " ujar Panji dingin dan sadis

" da... Dan apa yang kedua nak...?" lanjut Sulaeman sambil perlahan memegangi dadanya yang sakit....

"Panji hanya akan menjadi penonton Pak....Penonton Pagelaran kehidupan dimana Bapak dan segala kemalangan Bapak sekarang... Hidup dengan digerogoti rasa bersalah..." dingin si mungil seraya mengambil foto foto Thomas yang tercecer di meja kemudian memasukkannya ke ranselnya....

Sejenak mata Sulaeman dan Panji bertabrakan dalam sepi.... Kemudian tiba tiba tubuh si tua melorot di atas meja dan mulai kejang kejang...

Dengan Dingin Panji melambaikan tangan pada pelayan yang standby di ujung ruangan dan berteriak lugas "tolong bantu mas...."

the eternity origins : Pages of PanjiWhere stories live. Discover now