14.Panji Dan Sego sambel iwak pe (part 2)

28 4 0
                                    

Hugo terdiam saat Bintari perlahan memulai ceritanya pagi itu di meja makan rumah sederhananya di daerah Cilandak .....

Mata gadis itu menerawang memandangi foto foto keluarga yang terlihat makin pudar ..... "Malam itu, 15 Januari 1974..... suasana Jakarta begitu tegang. Kerusuhan pecah di beberapa titik kota, menelan korban dan menyebabkan kepanikan di kalangan penduduk, mahasiswa yang tidak puas terhadap kinerja koruptif pemerintah dan sekarang mereka bermesra mesra dengan Jepang yang meninggalkan luka begitu dalam saat 3 setengah  tahun masa penjajahannya.

Kami ....atau paling tidak kedua orang tuaku tidak pernah berfikir semua akan seheboh itu ....jadi sore itu ayah memutuskan untuk membawa ibu untuk kontrol rutin kehamilannya di RS Cipto Mangunkusumo........Di tengah kekacauan itu, mereka menghilang begitu saja ....ayah...ibu .....serta adik dalam kandungannya ......., meninggalkan Bintari kecil dalam kekosongan yang mendalam."

*********

Hugo dengan serius membawa mobil Bintari yang terduduk di sampingnya membelah Jalan Sudirman menuju ke tempat salah satu instansi dimana Hugo sudah membuat janji temu untuk wawancara terkait skripsinya

"Kau begitu kecil dan begitu kehilangan....lalu ....apa yang kemudian terjadi?" Tanya Hugo

Bintari sejenak terdiam memandang Hugo ...dan kemudian melanjutkan ceritanya

"Sejak saat itu, aku  diasuh oleh nenekku, penggemar sastra  yang bijaksana tapi rapuh .....pikirannya .....dan sebenarnya pikiranku ......digerogoti oleh rasa sakit dan kesedihan yang sama ....tanya dan kehilangan . Di perpustakaan nasional ......aku dan nenek menemukan pelarian dalam kata-kata, terutama puisi. Di rak-rak tua tempat itu, terdapat kumpulan karya  Gibran dan penyair-penyair lain yang membawa cahaya dan ketenangan pada hati kami berdua"

"Dan nenek bagaimana dengan Nenek?" Lirih Hugo .....kendaraan mereka sekarang terjebak macet di daerah Hayam Wuruk

"Ada tiga hal yang nenek suka ....puisi....piano ....dan kretek.....kegemarannya terhadap piano pupus karena tidak ada lagi Bunda yang menemaninya bernyanyi....dia terpaku pada puisi ....dan makin terobsesi pada kretek ....jadi yeah ....TBC ....kanker paru paru....makam dan kuharap....surga" sahut sang perempuan dengan mendung ....

Sejenak Hugo kembali terdiam ....lampu hijau di perempatan menyala dan mereka kembali melanjutkan perjalanan....

********
Di ruang Meeting kantor Lex libereux siang itu ....Panji dan Arok masih membahas dan meneliti lembar lembar buku harian serta sisa sisa dokumen yang masih bisa diselamatkan dari reruntuhan rumah Arok ....

"Apa selama hidupnya Pak Kardiman tidak pernah membahas apapun mengenai keterlibatannya dengan pak Gunadi mas Arok?" Ujar Panji serius ...sedikit tenggelam dalam jalinan kusut dokumen dokumen di hadapannya

"Yang aku tahu ...Bapak dan Gunadi tidak pernah saling menyukai .....mereka sama sama kharismatik.....masyarakat datang ke Bapak ketika berseberangan dengan Gunadi...atau sebaliknya .....tapi ya ...mereka tidak pernah terlihat akrab...." Timpal Arok memandangi Panji ....

"Kalau mereka ....saling rikuh dan jengah ....artinya mereka sadar kekuatan masing masing dan gak akan saling ganggu ....tapi kenapa Gunadi kemudian menyerang ayahmu dengan membabi buta ?" Lanjut Panji kemudian

"Dendam yang sudah gak tertahan?" Ucap Arok sambil berpikir....tepat ketika terdengar krucuk dari perut Panji

"Dan laparmu juga sudah gak tertahan " timpal Arok menunjuk perut Panji yang wajahnya tak sengaja bersemu merah

Tak sadar mereka berdua meledak dalam tawa

************
Hugo dan Bintari terdiam di ruang tunggu Instansi yang akan dimintai dokumen dan wawancara untuk kepentingan skripsi si Bongsor ...seperti biasa ....temu janji jam 13.00 dan sampai 14.30 si pejabat belum datang
Di pojok ruangan tampak diorama cendrawasih yang diawetkan dan kepala rusa di tembok kantor... Khas ruangan kantor pejabat pejabat kaya di masa itu

the eternity origins : Pages of PanjiWhere stories live. Discover now