6. DAMN!

23.4K 1.3K 50
                                    

Yoojung harus menghela nafas lega karena dua minggu terakhir ini Sehun tak menampakkan batang hidungnya di hadapannya. Ia kembali berkosentrasi pada kuliah dan tugas-tugas kuliah yang bak malaikat maut.

Kesibukannya akan tugas kuliah itu sejenak dapat melupakan semua kesialan yang ia alami. Harinya berjalan normal kembali.

Tugas kuliah yang harus ia kerjakan akhir pekan ini rasanya membuat kening Yoojung berkedut pusing. Kenapa pula akhir pekan harus diisi untuk berhadapan dengan laptopnya? Rencana menongkrong dengan Hyena hari ini pun batal karena tugas kuliahnya yang harus ia kumpulkan esok hari belum selesai.

Tugas sialan.

Tangan Yoojung mengusap keningnya. Rasanya lelah luar biasa karena ia sudah bersibobrok dengan laptopnya sejak semalam. Baru tidur jam 1 dini hari. Saat bangun tidur ia harus kembali berhadapan dengan laptop.

Terlebih kemarin mama datang ke apartemennya. Lantas memintanya untuk ikut ke rumah kenalan mama di Seoul. Sialnya, mamanya mengajaknya hanya untuk rencana perjodohan sampah dengan putra Bibi Juan. Untung hanya rencana. Sehingga Yoojung bisa menolaknya dengan sopan.

"Putranya seorang dokter. Bodoh sekali kau menolaknya." Omel mama. "Susah-susah buat janji dengannya, kau malah menolak perjodohannya. Gadis bodoh. Anak siapa kau ini, huh?"

Yoojung terkekeh ringan mengingat omelan mama. Bahkan sampai Yoojung mengantar mama ke stasiun untuk kembali ke Busan, mama masih belum berhenti mengomel.

Tenggorokan Yoojung terasa kering. Ia bangkit menuju dapur. Membuka lemari es dan mengambil sebotol air dingin. Ia menjatuhkan pantatnya di kursi meja makan. Melamun sebentar meredakan kepenatan setelah mengerjakan tugas semalam suntuk.

Lantas satu pikiran sialan melintas dalam benaknya.

Kapan terakhir kali ia menstruasi?

Jika dipikir ulang Yoojung tidak teratur meminum pil kontrasepsi dari Kak Taehee. Ia menggigit bibir bagian bawahnya.

Mendesah risau, Yoojung bangkit dari duduknya. Meraih jaketnya dan segera berjalan cepat menuju apotek tak jauh dari gedung apartemennya.

"Ada yang bisa saya bantu, nona?" Tanya sang apoteker.

Yoojung menelan salivanya berat. Gugup. "Berikan aku sebungkus test pack."

Setelah kembali ke apartemennya dengan alat test pack di tangannya, Yoojung langsung memeriksa dirinya. Yoojung berdiri di depan cermin dalam kamar mandinya. Ia berharap cemas. Semoga saja yang ia khawatirkan tidak terjadi.

Setelah menunggu sepuluh menit setelah memakai test pack itu, Yoojung memejamkan mata gugup untuk memeriksa hasilnya. Ia harap firasat buruknya salah.

Lantas setelah mengumpulkan seluruh keberanian dan harapan bahwa ia tidak hamil, Yoojung membuka mata dengan cepat. Menatap lurus test pack di tangannya.

Jantungnya berdebar sangat kencang. Waktu seolah berhenti berputar. Nafasnya ikut tercekat.

Tubuh Yoojung bergetar hebat. Keningnya berkerut.

Ini pasti salah.

Dengan ketakutan luar biasa ia membuang test pack itu sembarang ke lantai kamar mandi.

Test pack yang menunjukkan dua garis merah. Positif hamil.

---

Sehun merenggangkan tangannya lelah. Dua minggu terakhir ini ia disibukkan dengan berbagai meeting. Ia harus menelan rindunya untuk tidak mengunjungi Yoojung, calon ibu dari anak-anaknya.

Apa kabar gadis itu? Apakah benihnya berhasil ia tanamkan?

Kakinya melangkah riang memasuki gedung apartemen tempat tinggal Yoojung. Menaiki lift sembari bersenandung riang. Kedua tangannya masuk ke dalam saku celana.

Hingga lift berdenting, Sehun melangkah keluar. Berjalan menuju apartemen Yoojung. Ketika ia berhenti tepat di depan pintu apartemennya, Sehun merapikan rambutnya. Ia akan mengajak Yoojung makan malam.

Telunjuknya menekan bel sekali. Tapi tidak ada sahutan dari dalam. Lantas menekan lagi kali ini berulang-ulang. Ia berpikir bertingkah iseng dan membuat gadis itu keluar dengan marah pasti akan menyenangkan.

Sayangnya, selama 15 menit ia berdiri, tak ada seorangpun yang keluar. Kemana Yoojung pergi?

Seorang wanita paruh baya keluar dari apartemen sebelah Yoojung. Membawa anjing kecil di gendongannya. Kemudian berhenti di hadapan Sehun dengan senyum ramah.

"Anda mencari nona muda yang tinggal disini?"

Sehun mengangguk sedikit gugup.

Wanita paruh baya itu. "Sepertinya anda kekasihnya. Ouw, tampan sekali. Tadi siang aku melihatnya keluar membawa koper besar. Dia seperti akan pergi jauh. Apakah anda tidak diberitahu?"

Sehun mengernyit. "Ah, ya, begitulah.."

Setelah itu, wanita paruh baya itu pergi. Sehun menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bingung. Pergi kemana gadis itu?

Di lain tempat Yoojung menangis tersedu di pelukan Kak Taehee. Dengan perlangkapan lengkap ia tadi sudah memeriksa lagi apakah ia benar hamil atau tidak dengan kak Taehee. Kata Kak Taehee test pack tidak 100 persen akurat.

Sialnya. Setelah diperiksa kembali, ia benar-benar positif hamil.

"Aku harus bagaimana, kak?" Isaknya. Taehee mengusap kepala Yoojung. Ia begitu kaget saat tadi Yoojung menekan bel rumahnya. Berdiri dengan satu koper besar.

"Untuk sekarang, istirahatlah dulu. Dinginkan kepalamu. Kau boleh tinggal disini hingga bisa membuat keputusan untuk kandunganmu."

Yoojung sesenggukan.

"Memang berat. Kau harus memilih untuk mempertahankannya atau menggugurkannya."




TBC.

Pendek?

Iya pendek... Biar ngepoin orang.. muehehe..

NO CHOICE | OSHWhere stories live. Discover now