9. Bocah Sinting

19.9K 1.2K 132
                                    

Btw, aku ngeralat jabatan Sehun yaa.. wkwkwk.. padahal di awal udah bener dia jadi Direktur perusahaan... Eh makin kesini malah CEO.. kan CEOnya kakeknya Sehun, mbah Baekho..

Oke. Jadi si Sehun ini Direktur ya~ bukan CEO.. ahahay

Yok, lanjoot~



Sehun baru saja hendak masuk ke dalam mobil dan mengendarainya menuju apartemen tempat tinggal Yoojung ketika handphonenya bergetar kembali.

Daniel menelponnya kembali.

"Apa lagi?"

Sedikit gugup Daniel menjawab, "Hun, bukankah lebih baik kita mencari tahu dulu siapa identitas lelaki itu? Jika terlalu gegabah aku yakin Yoojung tak akan mau pergi tinggal bersamamu."

Sehun memukul pintu mobilnya kesal. Menyandarkan punggungnya disana sembari mengurut keningnya. Ucapan Daniel ada benarnya. Ia terlalu gegabah dan tidak berpikir panjang. Mungkin efek mengetahui bahwa Yoojung sedang hamil anaknya ia menjadi terlalu overprotektif.

"Kau benar." Lirihnya. Menggigit bibir sembari menarik nafaf panjang, Sehun mengusap surainya kasar. "Kalau begitu, cari tahu informasi tentang pria itu."

"Baiklah. Dan juga..."

"Apalagi?"

"Kakek Baekho mencarimu. Dia menyuruhmu pulang ke rumah sekarang juga."

Sehun berdeham, mengiyakan. Selepas menutup telponnya, ia menatap langit sebentar. Kapan ia bisa membawa Yoojung ke tempatnya?

Ia sadar bahwa dirinya sudah bertindak kelewatan dengan menghamili gadis itu. Tapi siapa yang bisa membantunya selain Yoojung jika saja ia tak berani berhadapan dengan wanita lain karena phobianya.

Eh, jika dipikir-pikir bukannya tempo hari saat seseorang bernama Kim Taehee datang ia tak terlalu takut? Bagaimana bisa ia takut, jika wanita itu saja datang-datang sudah bak singa mengamuk. Ia tak punya waktu untuk takut selain marah saat itu.

Apakah itu berarti fobianya sudah membaik?

Ia harus menemui Dokter Jang sore nanti.

Sehun menaruh ponselnya di saku celana, membuka pintu mobil dan masuk. Ia tak tahu alasan kakek memanggilnya. Namun, ia menduga pasti itu ada hubungannya dengan Yoojung.

---

"Apa kabar kakek?" Sapa Sehun begitu menghadap Baekho yang tengah di ruang tengah menonton tv. "Mengapa ingin menemuiku?"

Baekho terkekeh. "Duduklah!" Perintahnya menepuk sofa di sampingnya. "Memangnya tak boleh kakek ingin melihat cucunya? Sudah dua minggu lebih kau tak datang kesini lantara kesibukanmu di perusahaan. Oh ya, terakhir kali kakek bersamamu di perusahaan, gadis gila itu, siapa dia?"

Sehun duduk di sisi kanan Baekho, mengerutkan keningnya. "Gadis gila? Aah, gadis yang memukulku itu?"

Ada dua wanita yang memukulnya. Pertama adalah Yoojung dan kedua adalah Kim Taehee. Namun tentu ia tahu yang dimaksud kakeknya adalah Yoojung lantaran kakeknya hanya pernah sekali melihat Yoojung memukulnya. Sedangkan saat Taehee datang, kakek sedang tidak ada di perusahaan.

Baekho mengangguk cepat. Sudah lama ia ingin menanyakannya. Namun efek dirinya yang sudah mulai tua, Baekho sering lupa menanyakannya. "Kau benar. Gadis galak itu. Siapa dia? Mengapa ia mengumpatmu saat itu? Apa yang telah kau lakukan padanya?"

Sehun terkekeh. Kemudian dengan berhati-hati mulai menjelaskan. "Kakek ingatkan, kakek pernah menyuruhku untuk cepat menikah?"

Baekho mengangguk cepat. "Ah, kau benar! Aku tak tahan melihatmu terus bersama Daniel. Kau tak pernah sekalipun punya pacar atau bahkan dekat dengan seorang gadis. Kakek takut kalau rumor di perusahaan itu benar. Apakah benar kau seorang gay?" Tanya Baekho berharap cemas. Melupakan permasalahan 'gadis gila' yang sebelumnya ia tanyakan.

NO CHOICE | OSHWhere stories live. Discover now