29. Aku Sungguh Mencintaimu

13.1K 929 55
                                    

"kau tahu berapa umurku, Hun?" Baekho bertanya dengan suara seraknya pagi ini kepada cucu kesayangannya. Yang ditanya hanya menghela nafas dan masih terlarut dalam lamunannya.

"Kakek sudah hampir 80 tahun, tapi sekarang kau tampak lebih tua daripada diriku." Lanjut Baekho lagi. Menyesap teh hangatnya pelan, Baekho menatap penasaran akan apa yang sebenarnya membuat cucu nya ini terlihat begitu menyedihkan.

Kau tahu kan, para pengemis yang biasa tidur di gang-gang kosong, atau dekat tong sampah. Seperti itulah wajah Sehun di mata Baekho.

Namun Sehun tetaplah Sehun. Kendati wajahnya bak cucian yang sudah direndam berabad-abad, mulutnya tidak akan berubah. Masih sama kotor dan kurang ajar seperti biasanya. "Jangan bandingkan aku dengan kakek yang sudah bau tanah. Jelas-jelas aku masih muda, segar-bugar, dan tampan. Dibandingkan dengan kakek yang sudah siap dimuseumkan. Tidak seimbang. Ckckck"

Tidak. Baekho tidak akan naik pitam dengan hinaan seperti ini. Toh, hinaan ini keluar dari mulut busuk Sehun. Ia sudah biasa. Jadi, Baekho hanya mendecakkan lidah kesal lantas bangkit dari duduknya. "Kakek tak tahu apa yang membuat wajahmu tampak jelek seperti itu. Kakek kesini hanya ingin melihat kondisi perusahaan."

Melangkahkan kaki dengan kesal, Baekho memutuskan untuk pulang ke kediamannya. Namun ia berhenti di ambang pintu dan membalikkan badannya, "oh ya, omong-omong bagaimana keadaan Yoojung? Kakek merindukannya. Katakan padanya untuk datang makan malam bersama kakek malam ini."

Sontak Sehun terlonjak dari duduknya. Kakeknya tak tahu saja bahwa Yoojung menghilang. Jika kakek sampai tahu, mampuslah dia.

Tergagap, Sehun pun menimpali berusaha untuk tenang, "ah, baiklah. Aku akan mengajaknya. Tapi aku tak yakin ia bisa malam ini."

"Ya, ya.. terserah, intinya kakek ingin makan malam dengannya dalam waktu dekat ini."

"Ehm, ya, akan kukabari kakek nanti."

---

Sehun duduk termenung di ruang tamu. Sejak sejam yang lalu ia tiba si rumah, yang ia lakukan hanyalah duduk terdiam di sofa. Kwdua tangannya menumpu lutut dan tangannya mengusap-usap dagunya yang nampaknya sudah mulai ditumbuhi janggut.

Kepergian Yoojung membuatnya lupa untuk merawat diri sendiri. Bahkan Sehun sering melewatkan sarapan maupun makan malam. Wajahnya sedikit lebih tirus dan kantung matanya menghitam.

Baekho tak salah menilai cucunya sendiri yang memang tampak lebih gembel daripada para gembel di jalanan.

Selama satu jam merenung, Sehun tak memiliki ide dimana keberadaan Yoojung. Ia jelas tahu bahwa Yoojung tak sedang pulang ke Busan lantaran Suho baru saja menelponnya menanyakan kabar Yoojung. Si kasar Hyena kawan Yoojung pun tak sedikitpun membantunya.

Bahkan sebenarnya ia sedikit takut untuk bertemu Yoojung. Apa yang harus ia katakan nanti?

Mengacak rambutnya frustasi, Sehun merebahkan punggungnya duduk telentang menatap langit rumah.

"Jungie-ya.. kau dimana?" Lirihnya. Namun sejurus kemudian Sehun bangkit dari duduknya sembari menjentikkan jari.

Ia baru ingat satu orang yang dekat dengan istrinya.

Kim Taehee. Si dokter kandungan itu!

---

Taehee baru saja tiba di rumah selepas bekerja begitu ia menemukan Sehun berjalan mondar-mandir di depan pagar rumahnya. Mempersilakan Sehun masuk, ia sedikit terkejut menemukan penampilan Sehun yang nampak kacau.

Memberikan secangkir teh hangat, Taehee duduk menyilangkan kakinya dan melipat tangan di dada. Ia sudah tahu apa yang sebenarnya membuat Sehun datang ke rumahnya. Pasti pria itu menanyakan perihal Yoojung.

"Jadi, kau ingin tahu dimana Yoojung, kan?"

Sehun mendongak begitu ia menyesap tehnya, "bagaimana kau tahu?"

"Tidak usah banyak bertanya dan jawab saja pertanyaanku."

Sehun mengerjap. Meletakkan cangkirnya, ia duduk dengan tegap menunggu kalimat yang akan Taehee katakan padanya. Melihat ekspresi wanita di hadapannya, Sehun segera tahu bahwa Taehee tahu dimana Yoojung berada.

"Apakah kau mencari Yoojung?"

Sehung mengangguk pelan.

"Apakah Yoojung istrimu?"

"Pertanyaan macam apa itu. Tentu saj..."

"Ck! Jawab saja iya atau tidak!" Potong Taehee kesal. Sehun langsung mengatupkan mulutnya. Wanita ini benar-benar galak membuatnya teringat akan Yoojungnya yang sangat galak padanya.

"Iya."

"Oke. Apakah kau mencintai Yoojung?"

"Iya."

"Benar-benar mencintainya?" Ulang Taehee. Ia harus memastikan bahwa Sehun mencintai Yoojung bukan Soojung seperti yang Yoojung ceritakan padanya.

"Apakah Yoojung berpikir aku mencintai Soojung, kakaknya?"

Taehee terdiam. Ia bodoh, ah, tentu saja sudah pasti Sehun tahu permasalahannya.

"Biar kuperjelas, aku mencintai.. ah lebih tepatnya hatiku hanyalah milik Yoojung seorang. Hanya milik Kim Yoojung. Istriku."

Taehee tersenyum tipis.

"Kalau begitu masalah selesai. Kau bisa menemui istrimu?"

Mengerjap bingung, Sehun menggaruk tengkuknya, "jadi, maksudnya dimana keberadaan pastinya istriku?"

"Wah, apakah kau benar-benar suaminya? Kenapa kau tidak bisa memikirkan sesuatu tentang dimana kau bisa menemukannya?"

"Rumah Hyena?" Tebak Sehun. Meski benar, Taehee tak mengiyakan karena pada nyatanya Sehun melupakan  hal terpenting dalam hidup Yoojung.

"Wah, tak bisa dipercaya. Kau lupa besok hari apa?"

"Kamis?"

Taehee menipiskan bibirnya, berusaha menahan rasa sabarnya. "Ehem.."

Sejurus kemudian Sehun menepuk kedua tangannya dan terlonjak, "ah, kau benar ulang tahun Yoojung!" Ucapnya sembari berdiri dari duduknya. Namun ia kembali terduduk karena kembali bingung. "Tapi, memangnya di ulang tahunnya, kemana Yoojung akan pergi?"

Taehee berdiri dari duduknya, menghela nafas panjang. "Mungkin kau harus mengganti sekretarismu Sehun-ssi!"

"Memang kenapa?"

"Apakah Daniel-Daniel mu itu tidak mengatakan padamu bahwa ulang tahun Yoojung dan Soojung bersamaan?"

"22 september? Mereka ultah bersamaan?"

Taehee mengangguk pelan. Meski sejujurnya ia juga baru tahu pagi tadi saat Yoojung datang dan mengatakan bahwa ia dan kakaknya lahir di tanggal yang sama. "Kau pasti tahu kan kemana Yoojung akan pergi besok?"







TBC.

NO CHOICE | OSHWhere stories live. Discover now