28. Hide and Seek

12K 939 39
                                    

Sehun berkali-kali mencoba menghubungi istrinya, namun nampaknya Yoojung benar-benar telah memutuskan hubungan dengannya. Entahlah. Ia rasa, ia memang tak pantas lagi memiliki Yoojung.

Namun mengingat bahwa Yoojung tengah mengandung anaknya, tentu Sehun tak akan mau meninggalkan kewajibannya sebagai seorang calon ayah. Tidak. Ini bukanlah semata-mata kewajiban yang harus ia penuhi, namun hasrat untuk melindungi Yoojung serta rasa cinta tulus yang benar-benar ia miliki.

Meski kini ia tahu, Yoojung bukanlah gadis di masa lalu yang ia harap, namun rasa cintanya kini hanya mengenal Yoojung. Ia tahu ia salah mencintai Yoojung. Kematian Soojung adalah kesalahannya dan itu membuat Yoojung terluka.

Sehun telah membuat kesalahan dua kali dalam hidup Yoojung. Menghamili Yoojung adalah suatu tindakan ceroboh dan didasari oleh keegoisannya semata. Ia bodoh baru menyadari sekarang.

Melempar jasnya frustasi ke sembarang arah, Sehun melemparkan pantatnya duduk di atas sofa. Rumah ini terasa hampa tanpa kehadiran Yoojung. Seolah rumah ini tidak lagi hidup.

Yoojung yang biasanya selalu mengisi rumah dengan segala ocehannya, kini tak ada lagi. Sehun tak lagi menemukan Yoojung sudah tidur di kamarnya atau beberapa kali ia pernah menemukan istrinya tertidur di atas sofa menunggunya pulang.

Tidak ada lagi presensi wanitanya, aroma tubuhnya, dan pandangan sebal yang selalu Yoojung berikan padanya.

Sehun mendesah nafas panjang. Ia bangkit dari duduknya dan menyambar kembali jas yang ia lemparkan ke lantai. Pria itu sadar ia tak boleh terus duduk merutuki diri. Ia harus segera menemukan Yoojung.

Tangannya terjulur meraih handphone di atas meja. Lantas menelpon seseorang yang ia harap tahu keberadaan Yoojung.

"Oh, Hyena-ssi!"

"Ya, Sehun-ssi. Ada apa menelponku malam-malam?" Suara Hyena, salah satu sahabat Yoojung terdengar samar di seberang. Sepertinya Hyena sedang berada di luar lantaran Sehun dapat mendengar suara-suara kendaraan.

"Maaf mengganggumu malam-malam seperti ini. Tapi aku membutuhkanmu."

"Ada apa?"

"Apakah kau tahu dimana Yoojung?"

Terdengar Hyena mendecakkan lidah di seberang kemudian menjawab, "bukankah kau suaminya? Kenapa tanya aku? Aku tidak tahu! Sudah ya, aku sibuk!"

Tut.. tut..

Sehun terbengong-bengong. Hyena memutuskan sambungan telponnya seenak jidat bahkan sebelum ia bertanya banyak. Gadis sialan!

* * *

Hyena menghentakkan kaki dengan kesal memasuki apartemennya. Membuang tasnya ke sembarang arah dan menjatuhkan pantatnya di sofa. "Hei, mau sampai kapan kau tinggal di rumahku?!"

Yoojung yang sedari tadi duduk di sofa dan asik menonton televisi menoleh. "Tidak tahu."

"Dasar kekanakan! Pulang sana! Aku tidak mau repot mengurusi ibu hamil yang sedang manja-manjanya!"

Yoojung mempoutkan mulutnya kemudian meraih lengan Hyena dan menggelayut manja. "Kau kan teman terbaikku.."

"Kau punya suami baik dan kaya seperti Sehun, buat apa membutuhkan teman sepertiku?"

Sudah 2 hari ini Yoojung tinggal di rumah Hyena. Tidak ada yang tahu ia tinggal disini. Memilih pulang ke Busan akan semakin merunyamkan masalah. Mama dan ayah akan mendesaknya untuk bercerita. Apalagi Kak Suho yang meski menyebalkan setengah mati, lelaki itu akan bertindak jauh demi mengetahui dan menyelesaikan masalah Yoojung.

Demi apa, Suho bahkan pernah berkelahi dengan segerombolan anak SMP lantaran pernah menjahili Yoojung sampai menangis. Suho terlalu bodoh sehingga bertindak sok superior padahal anak SMP pada jamannya saat itupun sudah mengerikan. Melawan 5 anak SMP dengan tubuh bak preman tentu bukan tandingan Suho.

Sumpah Yoojung berani bertaruh Suho itu hanya pandai membual dan tidak pandai berkelahi. Alhasil, mama harus repot-repot ke kantor polisi untuk mengurus Suho. Mengomelinya habis-habisan lantaran mana ada anak kuliahan berkelahi dengan anak SMP.

Kekanak-kanakan!

"Hyena-ya.."

"Kenapa?"

"Masakkan aku ramnyeon. Aku lapar."

Menghela nafas panjang.  Hyena menarik diri dari gelayutan Yoojung. "Bisa-bisa aku mati kesal menuruti semua tingkah manja ibu hamil sepertimu. Bisa-bisanya Sehun tahan denganmu."

Selagi terus mengomel tetap saja dengan cekatan Hyena mulai memasak ramnyeon untuk Yoojung. Ia tak mau Yoojung dan kandungannya kenapa-kenapa jika ia tidak menuruti kemauan ibu hamil. Bisa-bisa ia kena masalah dan dituntut atas pengabaian rasa mengidam dari seorang ibu hamil.

Eh, memang ada?

Setelah 15 menit memasak 3 ramnyeon untuk dimakan berdua, Hyena dan Yoojung sama-sama menghela nafas kenyang dan puas. Ramnyeon buatan Hyena memang selalu enak. Yah, apalagi sih yang bisa dibuat oleh tangan Hyena selain ramnyeon?

"Kau sungguh tak akan kembali?" Hyena kembali membuka topik.

"Tidak sekarang."

"Serius, deh, kau sekarang terlihat baik-baik saja."

Yoojung terkekeh lantas meminum tandas air minumnya. "Memang aku baik-baik saja."

"Nah, kan! Sana kembali ke habitatmu!"

Yoojung mendesis sebal. Kawannya ini terlihat sekali ingin cepat mengusirnya. "Aku menunggu Sehun menjemputku!"

Mata Hyena berbinar. "Lalu kenapa kau melarangku memberitahukan keberadaan mu dengan siapapun. Kutelpon Sehun sekarang agar ia menjemputmu!"

"Jangan!"

"Ah, kenapa?" Hyena terlihat kesal. Ia benar-benar tak tahu apa yang ada dipikiran Yoojung.

"Aku sedang melakukan tes."

"Tes apa lagi? Aku bosan melihatmu di rumahku. Cepat sana pergi!"

Yoojung mendecakkan lidahnya. "Yah, aku ingin tahu seberapa usaha Sehun untuk mencariku. Aku ingin tahu apakah ia benar-benar mencintaiku atau mencintai kakakku."

Hyena menggelengkan kepalanya heran. "Aigoo.. masalah akan cepat selesai jika kalian berdua cepat bertemu. Kau malah ingin bermain petak umpet bersama suamimu. Aigoo.. kekanakan sekali!"

"Diamlah! Buatkan aku susu sana!"

Hyena mengeraskan rahangnya. Lantas berdiri tegak kemudian membungkukkan badannya hormat kepada Yoojung. "Ya, Nyonya Oh Yoojung. Saya akan membuatkan susu terenak sepanjang masa." Kemudian pergi ke dapur dengan kesal untuk membuatkan susu.

"Bisa-bisa kutambahkan racun tikus ke dalam susunya. Biar musnah sekalian ibu hamil merepotkan itu." Gerutu Hyena.

"Jangan kemanisan!"

"Pergi sana dari rumahku!"







To be continued.

NO CHOICE | OSHWhere stories live. Discover now