23. Ada apa?

11.4K 908 41
                                    

Yoojung meninggalkan Seoul dan tinggal di kampung halamannya yaitu Busan selama seminggu. Selama seminggu itu pula, ia menahan rasa rindunya pada Sehun.

Awal kedatangannya, Suho lumayan terkejut. Namun beruntung kakaknya tidak menanyakan alasannya kembali. Begitupula kedua orangtuanya.

Waktu yang lumayan panjang namun singkat itu digunakannya untuk menjernihkan pikiran. Meski masih terasa berat menerima kenyataan bahwa wanita yang Sehun cintai adalah Soojung, Yoojung memutuskan akan mengutarakan semuanya pada Sehun.

Lebih cepat lebih baik.

Pada 4 hari pertama, Sehun masih rutin menghubunginya sekedar menanyakan apakah ia sudah makan, atau bagaimana kandungannya. Namun tiga hari terakhir ini tak satupun pesan masuk atau telpon dari Sehun. Jujur, Yoojung merindukannya.

Itulah mengapa pada akhirnya Yoojung memilih kembali setelah 1 minggu menjernihkan pikirannya. Kembalinya ke Seoul sekaligus menjadi penentu perasaan Sehun terhadapnya.

Suho menawarkan Yoojung untuk kembali ke Seoul dengan mobilnya, namun ia menolak dengan alasan Suho harus tetap bekerja. Meski mama memaksa agar Yoojung pulang bersama Suho dengan alasan kandungannya, Yoojung bersikeras akan pulang menaiki kereta.

Ia ingin menikmati perjalanannya sendiri. Setelah meyakinkan mama bahwa ia tak akan kelelahan, akhirnya mama mengizinkannya pulang sendirian.

Selama 2 setengah jam perjalanan, Yoojung benar-benar menikmatinya. Ia dapat melihat dari luar jendela bahwa bunga-bunga bermekaran sangat indah di musim semi ini. Mungkin esok ia harus membujuk Sehun untuk jalan-jalan bersamanya melihat sakura.

Yoojung tiba di rumah pukul 6 sore setelah memesan taxi. Seharusnya, bisa saja ia menelpon Seri dan menyuruhnya menjemputnya. Namun ia ingin kedatangannya menjadi surprise untuk Sehun.

Begitu ia tiba di depan pintu rumahnya, terlihat bahwa lampu di dalam rumah tidak menyala. Padahal waktu sudah hampir petang dan seharusnya pengurus rumah menyalakan lampu.

Yoojung menyadari ada sesuatu yang aneh. Buru-buru ia masuk ke dalam rumah dan segera meraih handphone nya untuk menghubungi Sehun barangkali suaminya tersebut masih berada di perusahaan.

Begitu ia masuk rumah, kegelapan menyambutnya. Begitu gelap hingga Yoojung harus meraba tembok untuk mencari tombol lampu. Yoojung mencari tombol lampu sembari menunggu telponnya tersambung pada Sehun.

Anehnya, ia dapat mendengar dering handphone Sehun di dalam rumah tersebut. Yoojung mengernyitkan dahinya, urung menyalakan lampunya ia berjalan mendekati cahaya ruang kerja Sehun.

Apakah Sehun di rumah? Tapi kenapa rumah dalam keadaan gelap gulita? Dimana Seri dan para pelayan?

Mendadak Yoojung merasa cemas. Kakinya perlahan mendekati ruang kerja Sehun yang sedikit terbuka. Begitu ia masuk ke dalam ruang kerja tersebut, raut wajahnya berubah kaget.

Ruangan ini begitu berantakan. Buku-buku dan beberapa dokumen entah apa berserakan di lantai. Bahkan ia dapat melihat lemari kaca tempat menyimpan piagam-piagam pecah seperti telah di lempar sesuatu.

Pandangannya kemudian menemukan Sehun tengah terduduk di sudut ruangan, menelungkupkan wajahnya pada kedua kakinya. Yoojung hati-hati melangkahkan mendekat.

"Sehun-a.."

Suara Yoojung sebenarnya sangat pelan, namun itu cukup bagi Sehun mengangkat kepalanya perlahan dengan sorot mata bergetar. Yoojung tinggal beberapa langkah mencapainya. Kedua mata mereka saling bertemu dan otomatis Yoojung berusaha tersenyum meski ia memasang wajah khawatir.

"Kau baik-baik saja?"

Yoojung hendak berjalan lebih dekat lagi dan menggapai Sehun, namun suara serak Sehun menghentikan langkahnya.

"Pergi." Gumam Sehun pada awalnya. Sorot mata Sehun menatapnya tajam.

"Se.. Sehun-a.."

"Kubilang pergi, dasar iblis!!" Teriak Sehun tiba-tiba sukses membuat Yoojung terkejut dan bergidik ngeri.

Sehun kembali menelungkupkan wajahnya kali ini dengan kedua tangan yang menutupi kedua telinganya. "Pergi! Kubilang pergi! Jangan sentuh aku!"

Yoojung mengerjap pelan. Ia masih terlalu terkejut akan sikap Sehun. "Sehun-a, ini aku. Kim Yoojung!" Ujarnya sembari kembali mendekati Sehun. Namun ketika Sehun melihatnya melangkah mendekat, lelaki itu makin berteriak histeris seolah ia akan melukainya kapan saja.

Sehun terlihat bergetar ketakutan dan nampak sangat rapuh. Ingin Yoojung berlari dan memeluknya memberi ketenangan, namun entah mengapa Yoojung terlalu takut mendekatinya.

Maka dengan perasaan sedih, cemas, dan takut yang bercampur aduk, Yoojung berjalan keluar dari ruang kerja Sehun. Namun belum sampai ia menutup pintu ia dapat mendengar Sehun berujar dengan tangis memilukan, "maafkan Sehun, ma. Maafkan Sehun.. Sehun tidak akan nakal, ma. Sehun akan diam.."

Ada apa dengannya?


TBC.

Iya pendek.. banget malah..
Tapi nggak papa, dinikmati aja, toh mau selesai juga :)

NO CHOICE | OSHOnde histórias criam vida. Descubra agora