14. Getaran Pertama

18.9K 1K 45
                                    

Tidak ada satu orang pun kecuali keluarga kecil Tuan Oh dan beberapa karyawan kepercayaannya yang mengetahui bahwa Yoojung hamil. Bahkan kedua orangtua Yoojung pun tak mengetahui fakta tersebut apalagi kawan dekat Yoojung, Kim Hyena.

Semua orang yang tahu menutup mulutnya dikarenakan akan timbulnya rumor dan citra buruk Yoojung di kampus. Padahal Baekho sudah memberi solusi agar Yoojung memilih cuti kuliah atau berhenti saja dari perkuliahannya. Sebagai gantinya, Baekho akan mengkuliahkan Yoojung ke luar negeri setelah Yoojung melahirkan.

Sayangnya, gadis keras kepala itu menolak dikarenakan masa studinya yang hanya tersisa 3 bulan.

Yoojung mengutuk. Semua ini salah Sehun. Bagaimanapun juga ia sadar betul betapa beratnya kuliah dengan janin dalam kandungannya. Belum lagi rasa mual dan lemas yang dia alami.

Mau tak mau ia memutuskan untuk memikirkan tawaran kakek Sehun. Impian belajar di luar negeri adalah impiannya juga mengingat tak mungkin ia belajar di luar negeri kecuali dengan beasiswa. Orangtuanya tak akan sanggup membiayainya.

Namun dikemudian hari ia hampir saja pingsan saat sedang berada di perpustakaan kampus bersama Hyena. Beruntung Hyena tidak curiga bahwa itu disebabkan masa hamilnya. Oleh karena itu, kakek Sehun dengan tegas tanpa bisa ditentang mengultimatum bahwa Yoojung harus berhenti kuliah dan sebagai gantinya ia akan mengkuliahkan Yoojung di Jerman selepas Yoojung melahirkan anaknya.

Hyena sedikit terkejut dengan pengakuan Yoojung namun juga merasa iri dengan gadis itu bisa kuliah di luar negeri gratis. Yoojung ingin sekali menimpuk kepala Hyena yang tak tahun apa yang telah terjadi dibalik keputusan itu. Itulah mengapa pada akhirnya Yoojung mengajak Hyena mengobrol di cafe favorit mereka.

"KAU HAM... Mmph.." buru-buru Yoojung menutup mulut terkutuk Hyena. Bisa tidak sih dia mengurangi kehebohannya. Kemudian Hyena mengecilkan volume suaranya demi melihat pelototan Yoojung. "Kau hamil?"

Yoojung mengangguk mantab membuat Hyena membuka mulutnya lebar dan menutupnya dengan kedua tangannya. "Daebak! Berapa bulan?"

Yoojung mengacungkan jari telunjuknya di udara.

"Sehari?"

Astaga! Yoojung benar-benar ingin mencelupkan Hyena di lava gunung berapi. Mengapa gadis itu bodoh sekali, sih?

"Jalan satu bulan." Jawabnya malas. Lagi-lagi Hyena terkejut. "Daebak! Jangan-jangan kau menikah dengannya karena alasan itu?"

"Bingo!"

Yoojung pikir Hyena akan mengumpati Sehun atas musibah yang ditimpanya. Namun gadis itu malah merenggut sambil menatap Yoojung dengan mulut ditekuk ke bawah. "Ah irinya.. sudah menikah dengan chaebol, kehidupan yang mewah, belum lagi kuliah di luar negri gratis. Kau seperti memenangkan lotre, Yoo. Point plusnya, suamimu sangat tampan, tinggi, kekar, dan—ah! Apakah ia pintar di atas ranjang?"

PLETAK!

"Aww!" Hyena merintih mengusap kepalanya yang sakit akibat pukulan Yoojung. Gadis itu memang pantas dipukul. Yoojung menghela nafas panjang memijat keningnya.

Masih tersisa satu pertanyaan bercokol dalam benaknya yang belum terjawab sampai saat ini. Mengapa Sehun memilihnya dari sekian banyak wanita? Padahal Yoojung sama sekali belum pernah bertemu dengannya sebelumnya.

***

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Yoojung ketus ketika menghabiskan segelas susu ibu hamil yang rutin ia minum setiap malam. Sehun menyipitkan matanya, menarik sudut bibirnya membentuk senyuman yang sangat lebar. "Sedang melihat istriku minum susu."

Kata 'istriku' terdengar sangat aneh dan menggelikan di telinga Yoojung. Tangannya nyaris melempar gelas di tangannya jika ia tidak ingat bahwa itu gelas kaca dan akan menimbulkan suara yang berisik ketika pecah.

Eh, bukankah itu hal bagus jika  mengenai kepala Sehun yang sekeras beton?

Yoojung memutuskan mengabaikan Sehun. Akan melelahkan luar biasa jika ia menanggapi monyet kebun binatang itu. Ia membalikkan badannya dan berjalan masuk ke dalam kamar. Sehun mengikuti kemana Yoojung pergi.

Namun baru beberapa langkah, gadis itu membalikkan badannya. "Kau! Dilarang masuk ke dalam kamar!" Larang Yoojung sontak mengundang helaan nafas panjang Sehun. Wajahnya berubah semendung langit di musim hujan.

Namun Yoojung tak peduli. Hari-harinya sudah tak berjalan sesuai harapannya. Jadi, Sehun harus tidak menambahkan kejenuhan hatinya. Sayangnya, seperti tidak mau mengerti kejenuhan Yoojung, Sehun melangkahkan kakinya ringan mengekori gadis itu masuk ke dalam kamar.

"Aku harus memastikan istriku dan bayiku selamat masuk ke dalam kamar." Alasan yang ingin membuat Yoojung pergi ke kuil dan membotaki kepalanya, menjadi biksu. Jauh dari keramaian dunia, damai tanpa kehadiran si sialan Oh Sehun.

"Kau pikir aku mau pergi ke medan perang, huh?"

"Medan perang?" Salah satu alis Sehun terangkat, tersenyum nakal, "atas ranjang?"

Yoojung menggeletakkan giginya. "Kau mau mati? Dasar mesum!"

Pada akhirnya pun Sehun mengalah. Melangkah keluar dengan ikhlas. Bagaimanapun juga, ia sadar diri bahwa dialah penyebab kejenuhan Yoojung. Kehamilan istrinya menahannya bertingkah jahil meskipun gejolak untuk menggoda gadis itu sangatlah besar. Ingat! Baby nya harus sehat dan tidak ketularan stress ibunya.

Sehun takut jika kegalakan Yoojung nanti menular pada bayinya. Oleh karena itu Sehun berusaha meminimalisir kejahilannya agar Yoojung jarang menunjukkan taringnya.

Hari berlalu dengan cepat. Selepas makan malam, Yoojung memutuskan segera beristirahat. Ia tidur dengan cepat dan syukurnya tanpa mendapati tingkah menyebalkan Sehun. Pemuda itu malah tersenyum tanpa berkata apapun ketika ia masuk ke dalam kamar.

Yoojung tak mengunci pintu kamar seperti yang ia niatkan lantaran si sialan Oh Sehun itu telah menyembunyikan kuncinya entah dimana. Dasar perkutut sialan!

Sepeninggal Yoojung, Sehun sibuk dalam ruang kerjanya. Menghadapi beberapa dokumen penting yang harus ia baca dan tanda tangani. Secangkir kopi pun turut menemaninya di sisa malamnya.

Begitu jam menunjukkan pukul tengah malam, Sehun beranjak dari meja kerjanya. Keluar ruangan dan berjalan pelan menuju kamar istrinya. Yoojung pasti sudah tertidur lelap. Membuka pintu dengan pelan, Sehun tersenyum menatap Yoojung yang terlelap pulas.

Ia melangkah begitu pelan seakan suara langkah kakinya saja dapat membangunkan gadisnya. Duduk di sisi ranjang, kemudian berbaring menghadap Yoojung. Gadis itu menggeliat pelan membalikkan tubuhnya membelakangi Sehun. Sehun nyaris saja mati jantungan berpikir gadis itu akan terbangun.

Tangannya perlahan terjulur, kemudian memeluk lembut gadis itu dari belakang. Menghirup aroma manisnya dalam dan terbuai akan aromanya. Sehun mencium cuping Yoojung kemudian berbisik, "aku.. benar-benar mencintaimu, sungguh."

Kenangan Sehun mulai berkelana jauh pada beberapa tahun silam di sebuah ruangan pengap dan gelap berisi puluhan kandang anjing. Suara lolongan belasan anjing dalan kenangannya mendadak membuatnya merinding dan memeluk erat Yoojung.

Sekali lagi, Sehun mencium cuping telinga Yoojung seraya berbisik amat lembut, "terimakasih telah menyelamatkanku malam itu."

Mata Sehun tertutup selepas membisikkannya, memeluk gadisnya semakin erat, beranjak menjemput mimpinya. Tak butuh waktu lama, kelelahan yang dimiliki Sehun pun cepat membuat lelaki itu tertidur pulas.

Suara deru nafas Sehun teratur menghembus di telinga Yoojung. Sedangkan itu, perlahan mata Yoojung terbuka. Sebenarnya pun, ia sedari Sehun masuk ke dalam kamar, Yoojung hanya berpura-pura tidur.

Yoojung terdiam.

Malam itu?

Menyelamatkan Sehun?

Kapan? Yoojung tidak bisa mengingatnya.

"Aku.. benar-benar mencintaimu, sungguh."

Deg!

Mendadak wajah Yoojung merona merah.

Sial!








TBC.

NO CHOICE | OSHWhere stories live. Discover now