01. I miss you, but i hurt you

25.5K 952 9
                                    

Note: new readers jangan lupa vote kalau suka ya

***

Jika boleh aku bertanya, kau anggap aku ini apa? Tempatmu pulang atau sekedar singgahan ketika kau kesepian?

***

Perempuan menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang.

Mengela napas, sambil menatap langti-langit.

Ia baru saja pulang dari kantor. Pekerjaannya sebagai seorang skertaris kerap kali membuatnya pulang larut malam.

Bagaimana tidak? Ia tidak akan diperbolehkan untuk pulang sebelum monster itu, aka atasannya selesai dengan tugasnya yang jika ditumpuk akan setinggi gunung jaya wijaya.

Nama perempuan itu Valerie Aretha Lauryn, kerap kali disapa Val. Usianya tidak lama lagi akan genap dua puluh empat. Perempuan yang dulunya sempat memiliki ketidakpercayaan diri itu mempunyai sepasang bola mata hazel yang indah, rambut coklat panjang yang selalu dibiarkan terurai setiap harinya, juga senyum manis yang membuat siapa saja terpesona ketika melihatnya. Singkatnya, dia adalah perempuan yang selalu dipandang sempurna.

Namun, kesempurnaan fisik itu tak selamanya membuat Valerie bahagia. Baginya, kesempurnaan tak bisa diukur dengan fisik atau apa yang dapat dilihat dengan mata, baginya kesempurnaan hanya ada di dalam hati, yang hanya bisa dirasakan oleh pemiliknnya sendiri.

Hanya ada seorang yang jika disisinya, Valerie merasakan bagaimana rasanya menjadi sempurna. Hidupnya yang semula kelabu menjadi berwarna tiap kali mereka bersama.

Seseorang itu adalah yang paling istimewa, anugerah yang selalu Valerie syukuri pada setiap detik dalam hidupnya.

Tiap kali bersama seseorang itu, tidak ada satu detik pun yang terlewat tanpa rasa bahagia, dan sebaliknya, tanpanya Valerie merasa hidupnya benar-benar kosong, hampa.

Tiadak ada seorang itu, maka tidak ada kebagiaan.

Dan hari ini adalah hari ke sembilan belas Valerie menjalani hidupnya tanpa seseorang itu, tanpa kebahagiannya. Ketiadaan leleki itu sukses membuatnya hanya bisa tersenyum penuh kepalsuan setiap harinya.

Untuk yang kedua kalinya perempuan itu menghela napas.

Bersamaan dengan layar ponselnya yang berkedip dengan tiba-tiba.

Sebuah panggilan masuk , dengan cekatan tangan itu meraih ponselnya, menempelkannya di samping telinga.

"Hallo?"
Valerie yang pertama kali menyapa, ia tidak tahu mengapa suaranya mendadak bergetar hanya karna mendapat telfon dari seseorang itu setelah sembilan belas hari lamanya.

"Sayang? Kamu..."

Dengan sebelah tangannya, ia segera menghapus sejak air di pipinya itu.

"Sayang, are you okay? Aku khawatir kalau kamu nangis kayak gitu"

"Nggak mas..., aku nggak papa. Mas kemana aja, kenapa nggak ngabarin aku sama sekali? "

Valerie selalu menanyakan pertanyaan itu padahal ia sendiri sudah tau persis apa jawabannya.

Aku pinginnya ngabarin kamu, setiap waktu, tapi kamu tau kan?

Valerie lebih dari sekedar tau, sangat tau. Tapi meski sudah tau tentang fakta itu, hatinya masih saja perih setiap kali mengingatnya.

"Kangen berat ya? I miss you too"

Dan seperti yang sudah-sudah
Valerie tidak akan mengungkapnya rasa rindunya dengan gamblang, perempuan itu hanya diam. Namun nanti ketika mereka bertemu dan saling berhadapan, Vania akan langsung mendekap lelaki itu sekencang-kencangnya, terisak isak dalam pelukannya.

Aku pulang ke indonesia besok. Suara lelaki itu kian melirih. tapi kemungkinan 3 hari kemudian baru bisa temuin kamu

Selalu saja begitu. Kadang ketika mengingatnya Valerie tertawa pilu.

"Hm "

Kamu kenapa sih? Ada masalah kantor? Tentang bos kamu lagi? Harusnya kamu ngijinin aku buat hajardia waktu itu, biar dia nggak kurang ajar terus sama kamu.

Valerie tersenyum simpul, membayangkan wajah kesal lelaki itu saat ini. Lelaki itu sangat membenci atasannya,entah mengapa. Mungkin karna bosnya itu selalu membuatnya pulang malam dan memberinya banyak pekerjaan.

Entah pura pura tidak tau atau memang lelaki itu benar-benar tidak tau, hanya ada satu masalah dalam kehidupannya, tentu tidak akan jauh-jauh dari lelaki itu

"Kamu... jangan berani-berani hajar bos aku. Karna dia, kami udah resmi "

Hening. Valerie mengutuki kebodohannya sendiri. Bagaimana mungkin Valerie melupakan sikap over posseive dari lelaki itu?

Meskipun maksutnya hanya ntuk bercanda, tapi Valerie yakin perkataannya brusan berhasil membuat lelaki itu marah.

"Mas? "

Tidak ada sahutan.

"Marah? "

Dari ujung telfon, terdengar tawa lelaki itu, tawa pilu.

Rasanya nggak adil kalau aku marah. Kamu bebas ngelakuin apa aja yang bisa bikin kamu senang,.

Panggilan diputus secara sepihak. Namun, kata kata terakhir lelaki itu terus berputar-putar di otaknya layaknya kaset rusak.

Kamu bebas ngelakuin apa aja yang bikin kamu senang

Apa itu sama saja dengan lelaki itu melepaskannya?

Tetes-tetes itu turun tanpa aba-aba, tidak butuh waktu lama sampai kedua penjuru pipi itu basah dengan sepenuhnya. Satu hal yang ia hampir Valerie lupakan, selain bisa membuat hidupnya terasa lengkap, lelaki itu juga bisa membuat hidupnya hancur, tanpa sisa.

***


haiiiii

semoga suka! jangan lupa vote yaaa!

mrsmendes_

 Sᴇᴄʀᴇᴛ Wɪғᴇ (END)Where stories live. Discover now