13. Lukaku Lukamu

5.3K 502 78
                                    


Selamat membaca, semoga jatuh cinta:)

***

Lelaki itu mengendarai mobilnya dengan cepat, sangat cepat hingga membuat pengguna jalan lain marah dan meneriakkan makian untuknya. Namun lelakiitu tidak perduli sama sekali. Baginya, yang terpenting saat ini adalah Valerienya, ia harus segera menemui Valerienya, memastikan jika istrinya itu baik-baik saja.

Alvand mengumpat, terpaksa menghentikan mobilnya saat  melihat lampu merah. Meskipun ia sedang buru-buru, ia masih ingat untuk tetap menjaga nyawa, demi Valerienya.

Alvand memukul kemudi dengan kesal, entah mengapa menunggu lampu merah terasa lebih lama dari biasanya, atau mungkin hanya perasaannya saja? Karna rasa khawatirnya yang begitu besar terhadap istrinya?

Sudah semalaman ia berusaha mati-matian mengubur rasa cemas di dalam dada, namun sekarang ia sudah tidak bisa. Rasa cemas ini akan membunuh jika tidak segera diobati.

Saat lampu hijau mulai menyala, Alvand adalah pengendara pertama yang menancap gasnya, kembali mengendari mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. 

Dan ketika sampai di halaman rumah mereka, Alvand langsung meloncat turun, tanpa sempat mencabut pintu mobil.

Lelaki itu langsung berlari menuju pintu depan, berjongkok untuk mengambil kunci cadangan yang diletakan di sela-sela pot bunga.

"Sayang?" 

Satu-satunya yang menyambut kedatangannya hanyalah keheningan.Tidak ada sahutan lembut dari istrinya ataupun derap kaki yang mendekat dengan penuh semangat seperti biasanya.

"Sayang?" 

Alvand berlari ke sana kemari, menjelajahi seisi rumah, bahkan sampai ke halaman belakang, namun ia tidak menemui satu pun tanda-tanda jika istrinya itu ada di rumah.

"Kamu dimana, sayang?"

Alvand menjatuhkan tubuhnya ke ranjang, menghela napas kasar sebelum akirnya meraih ponsel di saku, kembali berusaha menghubungi nomor istrinya.

Alvand membanting ponselnya saat yang didapatinya hanyalah omong kosong operator, seperti selamam, yang membuatnya muak dan akhirnya membating benda itu hingga berceceran di lantai.

"Apa yang salah, Val?"

Ia tidak tahu, apa yang membuat istrinya tiba-tiba menghilang seperti ditelan bumi, hal yang jelas-jelas sangat dibenci olehnya. Ia tidak bisa sehari saja  tanpa melihat senyum itu, tanpa mendengar suara yang menyejukan hati itu, tanpanya hidupnya terasa kosong. Hampa, tidak memiliki arah.

"Where are you? Are you okay?"

Alvand memukul kepalanya sendiri saat mengingat satu kemungkinan, kemungkinan jika saat ini istrinya sedang bekerja di kantor.

Bagaimana bisa ia sebodoh ini? Istrinya baru akan pulang dari kantor di petang hari, dan sekarang ia mencarinya di pukul sembilan pagi? Pecundang sejati.

Alvand segera beranjak dari tempat tidur, berniat menuju kamarmandi untuk membasuh wajahnya yang berantakan, baru setelahnya ia akan ke kantor istrinya dan menjemput perempuan itu pulang. Ia tidak akan mengampuni perempuan yang telah membuatnya seperti orang gila, ia akan mendekap dan menciumi perempuanitu tanpa ampun.

 Sᴇᴄʀᴇᴛ Wɪғᴇ (END)Where stories live. Discover now