06. This Night

6.2K 519 30
                                    


***

Meyra tau, pasti ada yang tidak beres dengan sahabatnya, Valerie. Terlebih sejak pagi wajah perempuan itu tampak cerah, seperti orang yang sedang jatuh cinta, menurutnya.

"Lagi kasmaran ya?"
Valerie yang tengah fokus dengan laptopnya itu langsung memutar kursinya, menatap Meyra.

"Ya, gitu deh"

Meyra tertawa. Ia pikir Valerie akan mengucapkan sesuatu yang serius, atau setidaknya kalimat yang lebih panjang dari yang perempuan itu tadi ucapkan.

"Ya gitunya gimana? Gue ga akan ngerti kalo lo nggak cerita"

"Ya gitulah pokoknya"
Tingkah Valerie pagi ini sukses membuat Meyra merasakan perutnya sakit karna terlalu banyak tertawa.
Bagaimana tidak? Diumur yang sudah tidak bisa disebut sebagai seorang remaja, tapi sahabatnya itu bertingkah polos dan malu-malu seolah baru pertama kali jatuh cinta. Meyra jadi sangat gemas karnanya.

"Ya terserah lo lah, intinya gue ikut seneng. Dan gue doain semoga lo sama pak Reinaldo langgeng"

Pletak

Meyra mengaduh kecil saat jitakan itu mendarat di dahinya. Tak disangka-sangka, ucapannya barusan akan diberi reaksi seperti ini oleh sahabatnya.

"Val, lo kenapa sih? Memang bener kan, lo calonnya pak Aldo, seisi kantor juga udah banyak yang tau" protes Meyra kesal.

"Dasar tukang gosip, nikah sana lo sama pak Aldo, gue nggak mau"

"Pernah nonton film aku benci dan cinta nggak sih? Yang dibintangin Jefri Nicol , aktor yang mirip banget sama pak Aldo?"

"Bodo amat Mey, bodo amat"

Melihat ekspresi jutek Valerie, sudah pasti Meyra tidak akan bisa menahan tawa. Bahkan kini gadis itu sedang terpingakal-pingkal karnanya.

***

Valerie tidak tau, mengapa kedua kakinya seolah kaku saat diajak memasuki ruangan atasannya, Reinaldo.
Rasanya kakinya tidak sedang berpijak di lantai, melainkan jalanan yang terbuat dari lapisan lem.

Beberapa waktu lalu, ada seorang berpesan padanya, meyampaikan jika saat ini ia sudah ditunggu oleh lelaki itu di ruangannya.

Untuk apa lelaki itu memanggilnya?

Valerie menghela napas sejenak. Mencoba menyingkirkan pikiran-pikiran horor yang mulai berlarian di benaknya.

Sejak kejadian Reinaldo memperkenalkannya sebagai calon istri, entah mengapa ia merasa jika mulai detik ini dirinya harus mulai berhati-hati dengan pria bernama Reinaldo itu.

"Tenang Valerie tenang, ini pasti cuma masalah kerja"

Setelah bersusah payah melangkahkan kakinya , akhirnya ia sampai di depan ruangan Reinaldo.

Valerie terdiam sejak.

Sebelah tangannnya sudah ia angkat untuk mengetuk pintu ruangan, namun ia mengurungkan niat karna teringat akan sesuatu.

Reinaldo paling tidak suka diganggu. Lelaki itu bahkan pernah memarahi Valerie karna ia terlalu banyak mengetuk pintu dan mengganggu konsenstrasi lelaki itu.

Tidak. Sudah pasti Valerie tidak ingin hal seperti itu terulang kembali.

Lalu apa yang harus ia lakukan? Langsung masuk begitu saja?
Tapi bagimana jika nanti lelaki itu marah karna menganggapnya terlalu langcang?

Ah, rasanya Valerie ingin segera mengajukan surat pindah dari kantor ini. Karna ia rasa, lama-lama ia makin tidak betah bekerja di sini. Kantor ini terlalu ekstrim untuk kesehatan jantung dan juga mentalnya.

 Sᴇᴄʀᴇᴛ Wɪғᴇ (END)On viuen les histories. Descobreix ara