TSW 16 Dia yang kecewa

5.1K 387 36
                                    

***

Sore itu senja tak datang.
Ia diambil alih oleh angin kencang yang menari-nari diiringi suara hujan.
Langit hitam kelam, tanpa setitik pun cahaya, nyaris seperti malam.

Jalan ibu kota yang biasanya ramai, kini terasa begitu lenggang, tidak banyak aktivitas di atas dan pinggir jalan. Kota seakan mati.

Sepertinya, hujan kali yang paling melumpuhkan.

Lelaki itu mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, hal yang sangat berisiko dilakukan ketika hujan turun dengan deras memperpendek jarak pandang.

Namun sepertinya ia sama sekali tidak perduli. Dengan menggenggam erat kemudi, ia seakan berambisi untuk segera meninggalkan planet ini.

Lelaki itu Alvand. Lelaki yang raganya sedang mengemudi, namun pandangan dan pikirannya entah melayang kemana.

Aku hamil

Pegangannya pada kemudi menguat, saking kuatnya hingga menampakkan urat-urat ototnya.

Alvand memang tersenyum saat pertama kali mendengarnya, membalas pelukan istrinya dengan dekapan kuat, berusaha menjadi lelaki paling bahagia di dunia, membuat tangis bahagia dari istinya terus meluap.

Tanpa sedikitpun perempuan itu tahu, jika darah keluar bersama senyumanya, jika ada suara kehancuran dari dalam dada di tengah-tengah pelukan mereka. Perempuan itu tidak menyadari jika saat itu nafas suaminya tercekat, seolah seorang yang sudah dekat dengan ajal.

Perempuan itu benar-benar tenggelam dalam kebahagian.

Bahkan, Alvand belum pernah melihat istrinya sebahagia itu.

Lantas, bagaimana bisa ia merusak kebahagian itu? Kebahagiaan yang sampai kapapun tidak akan pernah bisa ia berikan pada Valerienya?

Mungkin bisa saja ia menerima semua ini dengan lapang dada, menganggap jika ini adalah cara lain dari Tuhan untuk mereka.

Namun sialnya, itu tidak semudah angan-angannya.
Nyatanya Ia tetap saja jatuh, ia hancur, ia berdarah-darah.

Alvand menginjak rem dengan kuat, memberhentikan mobilnya di depan sebuah rumah sakit,tanpa memarkirkannya.

Lelaki itu segera turun dan bergegas memasuki lorong, sama sekali tidak perduli dengan satpam yang meneriaki.

***

"Matt"

Lelaki yang merasa terpanggil itu mendongak, sempat terkejut saat mendapati seorang lelaki yang berdiri di hadapan pintu ruangannya, dengan keadaan yang berantakan.

"Maaf pak, saya harus bicara dengan teman saya, sebentar"
Lelaki itu berpamitan dengan sopan pada sang pasien, sedikit merasa tidak enak hati karna kedatangan sahabatnya di saat mereka sedang membicarakan hal yang serius.

" What happen bro? "

Meskipun merasa kesal dengan kedatangan sahabat yang sangat tiba-tiba, namun lelaki berkulit putih itu tetap menunjukan keramahan khas dokternya, tersenyum lebar sambil memerkan deretan gigi putihnya.

"Kita harus bicara"

"Lo gila? Gue lagi kerja sekarang"

Alvand hanya tersenyum simpul, senyum yang membuat lelaki bernama matt itu hanya bisa menelan ludahnya. Firasatnya mengatakan jika setelah iniakan terjadi bencana, bencana besar.

"Wooo, what would you do?"

Lelaki itu merentakan sebelah lengannya saat Alvand berusaha masuk ke dalam ruangannya.

 Sᴇᴄʀᴇᴛ Wɪғᴇ (END)Where stories live. Discover now