15. loving you had consequences

5.4K 463 70
                                    

Hi, nggak mudah buat
nulis chapter ini, but I hope you'll ejoy it.

Selamat membaca yaa!

***

Alvand tidak tahu, apa yang membuat istrinya sangat manja belakangan ini.

Seperti sekarang ini, perempuan itu ada dalam pangkuannya, duduk dengan posisi memeluknya, persis seperti anak kecil yang ingin digendong oleh  ibunya.

Namun meskipun begitu, Alvand sama sekali tidak pernah keberatan. Palah,
merasa senang dengan sifat manja dari sang istri. ia bahagia karena akhirnya istrinya bisa sedikit melupakan malam kelam itu.

Sejak kepulangan istrinya dari rumah sakit, tidak pernah ada lagi pembicaraan tentang malam kelam itu. Dengan usaha ekstra Alvand mencoba membangkitkan kembali mental istrinya, mengisi hari-hari perempuan itu dengan sejuta momen bahagia. Ia memang berusaha membuat istrinya melupakan malam itu, namun tidak akan pernah untuknya. Hingga detik ini, ia masih berusaha mencari keberadaan si bajingan itu, bersumpah akan memberinya pelajaran, jika perlu menghilangkan nyawanya. Dalam hal ini, Alvand bahkan sudah membayar beberapa professional untuk menyelidiki kasus ini. Meskipun sampai sekarang belum ada kemajuan yang pasti.

Bagaimana akan ada kemajuan pasti jika ia tidak mengetahui banyak hal
dalam kasus ini? Ia tidak tahu siapa lelaki yang berbuat bejat pada istrinya, apa profesinya atau dimana tempat tinggalnya. Mungkin semua akan lebih mudah jika ia mampu memberanikan diri untuk bertanya pada Valerienya.

Namun Alvand tidak sekuat itu, ia tidak sanggup bertanya dan membuat
Valerienya kembali hancur.

"Sayang.."  Valerie memanggil suaminya dengan lirih, sambil memainkan kerah baju lelaki itu.

"Apa sayang?"
Alvand menempelkan dagunya di kepala Valerie, memejamkan mata sambil menghirup aroma apel segar dari rambut panjang istrinya.

"Aku lapar"

Alvand mencium puncak kepala Valerie sekilas. Tersenyum lebar sambil
mengacak-acak rambut Valerienya dengan gemas.

Sejak mereka pindah ke rumah ini, Valerie memang sudah tidak pernah memasak lagi. Awalnya karena Alvand sendiri lah yang melarang, ia tidak ingin istrinya yang sedang dalam proses pemulihan itu kelelahan, oleh sebabnya ia lah yang mengambil alih urusan masak memasak. Namun tanpa disangka, istrinya itu seolah kecanduan masakannya, padahal, ia rasa masakannya sangat jauh dari kata enak.

"Kita delivery saja ya?"
Mendengar kata delivery membuat Valerie mendongak, langsung memasang raut cemberut.

"Nggak, nggak mau"

"Makanan buatan aku itu nggak enak jadi-"

"Bilang aja mas Al nggak mau masak buat aku" ucap Valerie lirih, dengan raut
wajahnya yang berubah sendu. Perempuan itu hampir saja bangkit jika saja suaminya tidak menahan tubuhnya.

"Nggak gitu sayang, nggak gitu. Aku masak sekarang ya?"

Valerie mengangguk pelan, masih dengan dibalut wajah sendu dan kedua kelopak mata yang berkaca. Melihat Valerienya seperti itu selalu saja membuat dirinya merasa bodoh, merasa gagal untuk menepati janji terbesar dalam hidupnya, selalu membuat Valerienya bahagia.

Sebenarnya ia sama sekali tidak bermaksut membuat Valerienya bersedih, bukannya juga ia tidak mau memasak untuk perempuan yang sangat ia cintai, hanya saja ia merasa khawatir jika istrinya itu selalu mengkonsumsi masakannya yang abstrak. Karena ia bukanlah seseorang yang pandai  dalam hal memasak. Sepanjang hidup hanya ada dua makanan yang bisa ia buat dengan baik dan benar, yang pertama mie instan dan yang kedua telur dadar, selebihnya kacau.

 Sᴇᴄʀᴇᴛ Wɪғᴇ (END)Where stories live. Discover now