12. Malam Kelam

5.5K 435 68
                                    

Siapkan tisu:( Mungkin ini akan bikin hatimu patah.

Selamat membaca!

***

"Pak Aldo"
Valerie berucap dengan lirih, membuat Reinaldo menghentikan langkah, menoleh pada Valerie.

"Kenapa, Valerie?" tanya lelaki itu bingung, cemas melihat kedua bola mata Valerie yang memerah. Kesedihan jelas terpancar dari sorot matanya, membuat Reinaldo merasakan perih di dalam dada.

"Saya ingin pulang, tolong pak Aldo.."

"Kita pulang sekarang"

Tanpa perlu banyak bertanya lagi, Reinaldo segera merangkul pundak Valerie, membawa perempuan itu kembali menuju mobilnya.

Setelah memasangkan seat belt untuk Valerie, Reinaldo segera melajukan mobilnya, meninggalkan pekarangan rumah adiknya dengan secepat mungkin.

Sambil memperhatikan jalan raya, sesekali Reinaldo menoleh ke arah Valerie, mendapati perempuan itu yang berdiam diri dengan tatapan kosong, dengan kedua bola mata yang dari dalamnya terbayang air mata.

"Apa yang sakit, Valerie?" tanya Reinaldo.
Dulu ibunya selalu menanyakan itu padanya saat ia melamun. Wanita itu pernah mengatakan padanya jika diamnya seseorang itu menutupi luka.

Seperti yang mungkin kini sedang dilakukan oleh Valerie.

Valerie tidak mengatakan apa-apa, tapi terlihat dengan jelas jika bibir yang perempuan itu gigit kuat-kuat ingin mengatakan sesuatu.

"Tunjuk di mana sakitnya"

Butuh waktu beberapa saat hingga telunjuk diangkat pelan oleh Valerie, mendarat tepat di letak hatinya.

"Perempuan atau laki-laki?"

Valerie malah terisak, memberikan satu jawaban yang dianggap pasti oleh Reinaldo. Laki-laki. Ada seorang lelaki yang telah menyakiti hati kunang-kunangnya.

Reinaldo meremas kemudi dengan kuat, melajukan mobilnya ke suatu tempat, bukan lagi rumah Valerie, melainkan suatu tempat yang dianggapnya akan mampu menyembuhkan luka gadisnya.

***


Alvand berdiri di ambang pintu.

Pandanganya ke sana kemari, seolah sedang mencari-cari sesuatu. Padahal, halaman rumahnya hanya dipenuhi rerumputan dan tanaman hias di sekelilingnya.

Lelaki itu menghela napas gusar.

Tadi saat sedang mengganti pakaian, ia seperti merasakan kehadiran Valerie di sekitarnya. Namun ketika ia turun dan mencari, ia tidak menemukan perempuan itu di sudut mana pun.

Dan yang makin membuatnya merasa tidak karuan adalah feelingnya yang mengatakan jika saat ini Valerie sedang tidak baik-baik saja, bahkan lebih buruk dari itu, ia sempat merasa jika Valerienya sedang berada dalam bahaya.

Alvand meraih ponsel dari sakunya, langsung menghubungi nomor istrinya, mencoba memastikan jika perempuan itu saat ini sedang baik-baik saja. Namun, bukannya mendapat kepastian, justru suara operator lah yang didapatinya. Satu hal yang langsung menaikkan level cemasnya.

"Mas.." lelaki itu menoleh saat pundaknya di tepuk pelan oleh seseorang, mendapati Alara yang berdiri tepat di belakangnya, tersenyum padanya.

"Hm"

"Kakak bilang, dia ada urusan, nggak bisa datang. Kalau ayah-ibu lagi di perjalanan"

Alvand hanya mengangguk-anggukan kepala. Jika seharusnya ia senang karena ketidakhadiran Reinaldo, namun saat ini merasa tidak peduli sama sekali. Satu-satunya yang ia perdulikaan saat ini adalah keadaan Valerienya.

 Sᴇᴄʀᴇᴛ Wɪғᴇ (END)Where stories live. Discover now