05. Mulai Ragu?

6.2K 510 19
                                    


Selamat membaca, semoga suka.

***

A

da alasan mengapa Valerie tidak bisa tidur malam ini.

Pertama karena perkataan Reinaldo beberapa jam lalu.
Kedua, ia telah berulang kali menelfon suaminya namun sepertinya nomor ponsel lelaki itu sedang tidak aktif.

Valerie mendesah. Bangkit dari tempat tidur, terduduk sambil bersandar di atas tumpukan bantal-bantal.

Masih diingat dengan jelas olehnya, saat Reinaldo terus memperkenalkannya sebagai calon isteri kepada semua orang.

Apa maksud lelaki itu?

Valerie sama sekali tidak habis pikir. Ia kesal, geram, sakit hati.Terlebih saat mendengar ucapan-ucapan selamat itu. Bagi Valerie, semua itu tidak lucu.

Mungkin bisa saja dirinya mematahkan dengan tegas ucapan Reinaldo, atau jika tidak melepaskan diri dari lelaki itu dan segera pulang. Namun kenyataan sialnya, tidak ada yang bisa ia lakukan selain terdiam. Sepasang Mata elang milik Reinaldo seakan menjadi dua kutup magnet yang siap menariknya jika ia hendak melarikan diri. Menjengkelkan.

Namun, semuanya berubah seratus delapan puluh derajat saat mereka dalam perjalanan pulang. Malah, lelaki itu terlihat sedikit aneh merutnya. Reinaldo hanya terdiam, rahangnya tampak mengeras. Mata elangnya menyorot tajam namun Valerie masih bisa melihat kekosongan di dalamnya, tidak ada sinar dari balik kedua bola mata itu, tidak ada senyum yang terbit di sudut bibir  lelaki itu, tidak juga tawa renyahnya yang sekan bisa menghipnotis siapa saja. Semuanya seolah tertinggal di pesta itu,btak menyisihkan sisa.

Bahkan saat mobil milik Reinaldo berhenti di halaman rumahnya pun, lelaki itu tidak mengatakan apapun. Hingga Valerie memutuskan untuk segera turun tanpa mengucap sepatah kata apapun kecuali terima kasih.

Valerie menghela napas. Reinaldo selalu saja membuatnya merasa  serba salah. Jika tidak ketakutan, pasti kebingungan.

Tak mau ambil pusing lagi soal atasannya itu, Valerie meraih benda pipih yang tergeletak tak jauh dari tempatnya itu, ponselnya.

Valerie menyalakan ponsel, menampakkan foto suaminya yang sedang tersenyum lebar. Ia tersenyum sekilas. Menatap gambaran Alvand selalu saja membuat hatinya menghangat.

Dulu tak pernah sekalipun terlintas di benaknya jika ia akan bertemu dengan seorang seperti Alvand, berpacaran dengannya, bahkan sampai menikah dengannya. Rasanya persis seperti mimpi. Membahagiakan.

Namun, tidak ada yang gratis di dunia ini bukan? Harus ada harga yang dibayar untuk setiap kebahagiaan. Dan ia harus membayarnya dengan bersedia menjadi istri rahasia.

Jangan ditanya bagaimana rasanya menjadi istri rahasia, sudah pasti itu tidak akan mudah. Di saat perempuan lain bisa dengan asyiknya menceritakan tentang  suami mereka, atau mengandeng tangannya dan memperkenalkannya pada teman-teman, Valerie tidak bisa. Ia tidak bisa mengatakan apapun apalagi menunjukan siapa suaminya.

Ia hanya bisa ikut tersenyum menanggapi segala cerita bahagia teman-temannya itu.
Menyedihkan, sekaligus melelahkan. Dirinya harus hidup dalam ikatan semu demi menjaga kebahagian seseorang, siapa lagi kalau bukan Alara.

Ah rasanya lama sekali sejak Valerie terakhir kali mengingat nama itu dalam benaknya. Selama ini, Valerie seakan membodohkan diri sendiri dengan mencoba melupakan jika ada Alara di tengah tengah mereka, atau lebih tepatnya ia yang ada di tengah-tengah mereka?

 Sᴇᴄʀᴇᴛ Wɪғᴇ (END)Where stories live. Discover now