02. Monster Tak Punya Hati

13.9K 707 19
                                    


***


Valerie mengerjapkan mata.

Sekali.

Dua kali.

Tiga kali.

Dan ketika kesadarannya telah kembali dengan sepenuhnya, ia sontak meloncat dari tempat tidur.

Jam dinding di kamarnya sudah menunjukkan pukul 7 pagi dan itu artinya, ia hanya memiliki waktu 30 menit lagi sebelum monster itu marah besar karna tidak menjumpai dirinya di ruang kerjanya.

Dan ketika monster itu marah, tidak hanya dirinya yang diserang, namun juga seisi kantor.

Tidak mau membuang waktu, Valerie langsung bergegas menuju kamar mandi. Tidak ada lagi waktu yang cukup untuk mandi. Alhasil, ia hanya Membasuh wajah, menggosok gigi, dan kemudian segera mengganti pakaiannya. Valerie bergegas setelah sebelumnya merapihkan rambut dan menggunakan parfum lebih banyak dari biasanya.

Beruntung, tidak butuh waktu lama, taxi yang biasa menjemputnya datang.

Di dalam mobil dan di sepanjang perjalanan, perempuan itu hanya menyandarkan kepalanya pada bangku.

Rasa sesak itu masih seperti semalam. Tidak berkurang sedikitpun walau ia sudah tidur selama berjam-jam. Alvand masih menjadi satu-satunya alasan yang membuat dunianya terasa bergerak begitu lambat. Semua hal tentang lelaki itu dan kebersamaan mereka terus berkelana dalam benak, menyiksa Valerie tanpa henti.

Dalam saat seperti ini, Valerie selalu saja teringat akan dongeng yang pernah diceritakan ibu panti sewaktu ia kecil, dongeng tentang peri mimpi, peri Aluna yang cantik nan baik hati yang selalu datang di malam hari untuk menghisap duka anak anak baik yang sedang bersedih hati. Dulu Valerie sangat antusias dengan dongeng tersebut, bahkan karna sangat mengagumi peri Aluna, Valerie pernah ingin menjadi peri mimpi sepertinya.

Tapi nyatanya, dalam kehidupan yang sebenarnya, tidak ada yang namanya peri mimpi, tidak ada seorang pun yang mau menghisap duka milik orang lain. Setiap orang memiliki luka yang selalu berusaha ia sembuhkan.

Dongeng itu hanya tipuan

Mobil taxi yang ditumpangi Valerie akhiy sampai di area parkir kantor, bersamaan dengan mobil mewah berwarna putih yang baru saja memarkirkan diri di halaman kantor. Valerie mendesah, kesal. Hari ini pasti akan menjadi salah satu hari yang sangat menjengkelkan.

Valerie segera turun dari mobil, disambut tatapan dingin seorang lelaki yang sedang berdiri menyandarkan tubuhnya di depan pintu mobil mewahnya.

Siapa lagi kalau bukan monster itu, atasannya. Reinaldo.

"Selamat pagi, Pak" 
Valerie menyapa dengan ramah, sementara lelaki itu hanya menatapnya tidak suka.

"Temui saya di ruangan "
Reinaldo berlalu. Meninggalkan Valerie dengan helaan napasnya.

Hari yang melelahkan akan segera dimulai.

***


Sudah berkali-kali Valerie dipanggil untuk menghadap ke ruangan atasannya itu. Tapi entah mengapa kali ini ia merasa begitu takut.

Terlebih, setelah menjumpai wajah lelaki itu yang entah mengapa hari ini terlihat lebih menyeramkan dari biasanya.

Valerie mengetuk pintu, hanya dengan sekali ketukan suara dingin yang mengintrupsi itu terdengar dari dalam.

"Maaf pak, pak Aldo memanggil saya?"

Reinaldo sedang fokus pada laptopnya saat Valerie masuk ke dalam ruangannya. Dan sama seperti biasanya, lelaki itu tak langsung menjawab pertanyaannya, membuat Valerie lagi-lagi harus bersabar menunggu.

 Sᴇᴄʀᴇᴛ Wɪғᴇ (END)Where stories live. Discover now