04. Yang Berbeda

6.9K 471 23
                                    


Nyaman datang karna terbiasa.

Sakit datang karna belum terbiasa menahan rasa.

***

Lelaki itu melangkahkan kakinya masuki sebuah rumah, dengan langkah panjang-panjang menjejaki satu per satu anak tangga.

Meskipun rumah ini adalah miliknya, namun sudah sejak lama rumah ini bukan lagi menjadi surganya. Bisa dibilang rumah ini sudah terasa persis seperti neraka. Tidak terasa panas, tidak ada tindak penyiksaan, satu-satunya yang membuat rumah ini terasa persis seperti neraka adalah karna di dalamnya penuh kepalsuan. Kepalsuan yang terpaksa dibuat olehnya sendiri, yang selalu membuatnya muak setiap kali mengingatnya.

Karna kebenciannya terhadap tempat yang disebutnya sebagai rumah ini, ia menjadi lebih suka menghabiskan waktu di luar, dimana saja asalkan jangan rumahnya.

Alvand langsung bergegas menuju kamar, berniat untuk membersihkan diri lalu  mengganti pakaiannya, seakan tidak ingin terlalu banyak membuang waktu di rumahnya.

Ketika baru saja lelaki itu mendorong pintu kamar, objek yang pertama didapatinya adalah seorang perempuan yang sedang tertidur di atas ranjang.

Alvand melangkahkan kakinya masuk, langsung meraih handuk dan hendak menuju kamar mandi. Melewati begitu saja seorang perempuan yang sedang terlelap itu. Seakan tidak peduli.

Padahal, jauh dalam lubuk hati kecilnya, Alvand heran mengapa Alara tidur di sore hari seperti sekarang ini.

***

Alvand menatap pantulan dirinya di cermin. Ia sudah rapih dengan setelan tuxedo hitam  juga celana dengan warna senada.

Wajah putihnya membuat lelaki itu tampak lebih menyala dalam balutan pakaian serba hitam tersebut.

Lelaki itu tersenyum sekilas. Membayangkan ekspresi dari wajah mungil Valerie yang mungkin saja terkejut dengan kedatangannya malam ini. Rencananya, malam ini ia akan mengajak Valerie dalam suatu acara bisnis.

Bisa dibilang ini tidak waras karna ia hendak mengajak Valerie, sementara rekan-rekan bisnisnya sudah lebih dulu mengenal Alara sebagai istrinya.

Ah persetan.

Alvand sudah tidak peduli akan hal itu.

Yang penting ia bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan Valerie, untuk menebus hari-hari panjang perpisahan mereka.

Alvand tersenyum sekali lagi.

Tadi,sebelum pulang ke rumah, ia sempat mampir untuk membeli buket bunga lili juga sekotak coklat, dua hal yang sangat disukai oleh Valerie.

Jika kebanyakan perempuan akan suka jika dibelikan pakaian, perhiasan, atau sesuatu yang mahal lainnya, Valerienya tidak begitu.Valerie bahkan akan mencak-mencak jika ia memberikan perempuan itu sesuatu yang mahal sedikit saja.

Valerie memang perempuan yang berbeda. Tidak heran jika ia rasanya cintanya pada perempuan itu sudah melampaui batas wajar.Tingkat atas dan stadium akut

Saat hendak mencapai pintu, langkah Alvand terhenti.
Ditatapnya perempuan yang tengah berbaring di atas ranjang itu.

Terdengar rintihan kecil dari bibirnya, wajahnya yang biasanya selalu cerah itu kini terlihat memucat.

 Sᴇᴄʀᴇᴛ Wɪғᴇ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang