20. Yang jadi akhirnya

8.3K 493 89
                                    

Hello, annyeong haseo, nggak tau mau bilang apa. Intinya terimakasih untuk selama ini. Selamat membaca, semoga jatuh cinta.

***

Sepanjang hidup, sekaliapun ia adalah sebatang kara,  Valerie tidak pernah merasa sekesepian ini sebelumnya.

Valerie dibesarkan di sebuah panti dengan segala yang apa adanya, tumbuh dengan kasih sayang seorang wanita yang hatinya sangat mulia. Wanita itu ibarat mentari dalam hidupnya, yang selalu menghangatkan setiap kali ia merindukan, yang selalu memberinya secercah harapan tentang indahnya masa depan, wanita yang selalu mengatakan padanya, jika dirinya tidak pernah terbuang.

Ia juga memiliki banyak teman-teman yang selalu mewarnai harinya. Mereka yang selalu ceria meskipun dalam dirinya masing-masing menyimpan luka, mereka yang selalu membagikan apa saja yang mereka miliki, mereka yang selalu membuatnya merasa tidak sendiri.

Ia juga memiliki Alvand. Lelaki itu ibarat keajaiban dalam hidupnya.  Sumber tawa dan bahagia yang tidak pernah ia bayangkan akan ia milki sebelumnya. Sejak pertemuan pertama, lelaki itu sudah mampu mengambil hatinya, mebuat Valerie sering memperhatikan lelaki itu bermain basket secara diam-diam dari jendela kelasnya. Dan ketika Valerie mengetahui lelaki itu memiliki perasaan yang sama, Valerie sempat menghindar. Semua orang tahu siapa Alvand, anak tunggal dari seorang pengusaha kaya raya, sementara dirinya? Hanya seorang anak panti yang tidak jelas asal usulnya. Namun kegigihan lelaki itu dalam memperjuangkan perasaanya mampu membuat Valerie tidak bisa berkutik, jatuh dan akhirnya lumpuh.

Namun, kini semua itu tak lagi ia miliki. 

Tak ada lagi lelaki itu di sisinya. Lelaki itu telah melepaskanya,pergi dan  memilih jalan hidupnya bersama Alara. Membuatnya lagi-lagi merasakan perihnya dibuang, tidak pernah diharapkan. Kini bukan hanya orangtua kandungnya yang tega menghempasnya dengan begitu saja dari kehidupan mereka, lelaki yang sangat ia cintai pun nyatanya tega melakukan hal serupa.

Dia bukan anakku, Valerie

Mengingat perkataan lelaki itu selalu saja membuat air mata Valerie menetes. Ia mengusap perutnya yang masih rata, memandanginya dengan perasaan iba.

Bagaimana mungkin lelaki itu mengatakan jika bayi dalam kandungannya ini bukanlah darah dagingnya? Padahal, sebagai ibunya, Valerie yakin ayah dari bayinya ini adalah lelaki itu, bukan Reinaldo. Jika memang Reinaldo ayahnya, mengapa Valerie tidak bisa merasakan ikatakan batin antara keduanya? Mengapa ia justru selalu menginginkan lelaki itu dan bukannya Reinaldo untuk selalu di sisinya? Bukankah seharusnya dua hal itu cukup untuk membuktikan semuanya? Namun mengapa tidak ada seorang pun yang percaya padanya?

Semua orang mengatakan jika bayi dalam kandungannya ini adalah milik renaldo, hal yang mampu membuat hatinya teriris perih, hancur lebur.

Sejak saat itu Valerie memilih pergi, ia memilih pergi dari kedua lelaki itu.

Tidak banyak yang Valerie bawa, hanya beberapa lembar pakaian, selembar foto pernikahan mereka, dan selembar lagi foto lelaki itu. Valerie tidak membawa uang, atau barang berharga lainnya dari rumah itu, bahkan ponselnya pun ia tinggalkan di rumah sakit, untuk menghilangkan jejak,agar tidak ada seorang pun yang akan mengusik hidupnya  lagi.

Dan bagaimana caranya Valerie mendapat tempat tinggal adalah perjuangan yang sangat luar biasa. Ia sempat tinggal di jalanan selama seminggu, bekerja serabutan untuk mencari beberapa lembar uang, setelahnya ia mencari kontrakan kecil yang biaya per bulannya ringan. Awalnya Valerie hampir saja berputus asa, ia yang biasa bekerja di kantor sangat kesusahan untuk melakukan pekerjaan yang keras, ditambah lagi dengan keadaannya yang sedang hamil muda, namun memikirkan nasib buah hatinya ke depannya mampu  membuat Valerie menguatkan dirinya

 Sᴇᴄʀᴇᴛ Wɪғᴇ (END)Where stories live. Discover now