Part 3

1.3K 47 0
                                    

Sore itu pukul empat kurang lima belas menit, Thalia dan Jhonson sudah mendudukan pantatnya di kursi salah satu cafe yang terletak tak jauh dari perumahan mereka berdua.

Hampir setengah jam mereka tidak membuka suaranya masing-masing, hanya terdengar suara game yang bergemuruh di antara keduanya.

Minuman yang tadi mereka pesan pun belum di minum sama sekali, jangankan di minum di sentuh pun tidak. Seperti biasa mereka menyibukkan diri dengan memperhatikan layar ponsel yang menampilkan sebuah permainan ala kids zaman now apalagi kalau bukan Mobile Legend. Permainan satu ini masih banyak peminatnya meskipun game baru sudah banyak muncul.

Tenet tenet

Suara bunyi yang nyaring membuyarkan fokus Thalia, setelah di lihat ternyata itu suara pertanda hand phone lowbat yang berasal dari ponsel Jhonson kekasihnya.

"Ish pake lowbat segala, udah tau lagi mumpung-mumpung."

Mendengar gerutuan Jhonson, Thalia pun menyelasaikan permainannya dan menengadah menghadap Jhonson yang ada tepat di depannya sedang menyeruput jus mangga pesanannya.

"Ponsel lo lowbat? Nih pake power bank punya gue dulu aja," ucapan Thalia di selingi dengan di sodorkannya benda berbentuk persegi ke arah Jhonson.

"Terus ponsel lo kalau lowbat gimana?" tanya Jhonson. Karena Thalia akan berubah menjadi cerewet jika hand phone miliknya lowbat.

"Santai aja gue udah charger kok tadi di kelas, jadi sekarang masih penuh baterainya."

Selesai memberikan benda tersebut kepada Jhonson, Thalia kembali mengambil gadgetnya dan melanjutkan permainan nya tadi yang sempat tertunda.

Mendengar ucapan Thalia barusan membuat hati Jhonson bergemuruh senang sekaligus sedih. Senang karena pacarnya pengertian dan akhirnya dia bisa melanjutkan permainannya. Sedih karena pacarnya itu tidak menyelesaikan permainannya saja dan mereka mengobrol bersama.

Tapi seperti baru sadar sesuatu, mereka itu couple yang unik dan berbeda jadi tak perlu syirik sama pasangan yang lain. Toh Jhonson dan Thalia pun nyaman-nyaman saja dengan kondisi seperti ini. Di selingkuhi oleh manusia itu jauh lebih sakit daripada di selingkuhi oleh game , ya meskipun keduanya memiliki rasa sakit yang berbeda.

Merasa haus, Thalia pun menyeruput jus jeruk pesanannya. Namun usaha Thalia untuk menikmati rasa segar es jeruknya mengalir di tenggorokan tak kunjung terasa, sampai akhirnya dia memberhentikan permainannya sebentar dan melihat gelas pesanannya sudah tandas tak tersisa.

Bagaimana minumannya bisa hilang jika sedari tadi saja Thalia tak menyentuhnya sedikitpun dan tak melihatnya walau hanya sekejap. Karena ketika pelayan memberikan minumannya sampai pelayan pergi dan sampai Thalia tetap duduk disini pun minuman itu di rasa masih penuh.

Menaruh curiga pada seseorang, Thalia sangat tau siapa pencuri minumannya kali ini. Siapa lagi jika bukan Jhonson yang dari tadi terus saja menggerutu tak jelas membuat sebagian pengunjung cafe menatap heran ke arahnya.

"Lo kenapa sih?" tanya Thalia penasaran.

"Gue kesel Thatha, tiga kali gue di kalahin sama bocah. Gila gak sih? Rank gue kan jadinya turun." Jhonson memang sedang kesal karena semenjak dia meminjam power bank milik Thalia untuk men-charger ponselnya yang lowbat dan kembali melanjutkan permainannya yang tertunda, sejak itu pula dia selalu kalah main.

Thalia yang mendengarkannya pun hanya menaikan sebelah alisnya, sudah dua kali dia melihat Jhonson marah tak jelas hanya karena dia kalah main.

Pertama, waktu Thalia sendiri yang mengalahkannya karena katanya dia gak pernah di kalahin sama cewek. Kedua, ya sekarang, saat ini dan detik ini juga dia merasa kesal karena tiga kali kalah di kalahin sama bocah pula.

Gamers Couple [Slow Update]Where stories live. Discover now