Part 14

344 25 0
                                    

Sebenarnya Jhonson pun ingin menjalin hubungan seperti sepasang kekasih pada umumnya, namun jika hal itu dia lakukan maka kenangan manis yang tercipta bersama seseorang di masa lalunya akan kembali teringat. Dia tidak ingin merusak momen romantis yang jarang terjadi bersama Thalia hanya karena bayangan masa lalu itu, masa lalu dengan kenangan manisnya.

Jujur dia ingin melupakan itu semua tapi hati dan logikanya tidak bisa di ajak berkompromi seolah belum seharusnya dia melupakan seluruh hal tentang orang itu. Dia memang mencintai Thalia namun tidak sepenuh hatinya karena sisa hatinya masih di tempati oleh seseorang itu. Jika di jadikan perumpamaan bilangan mungkin Thalia mendapatkan hati Jhonson hanya 60% dan sisanya oleh seseorang di masa lalunya.

Jika Jhonson berfikiran seperti itu lain halnya dengan Thalia, dia sangat ingin menikmati kembali bagaimana rasanya menjalin kasih seperti pasangan pada umumnya, Thalia merindukan itu. Thalia ingin menjadi wanita yang di istimewa kan oleh pasangan seperti dulu dia di istimewa kan oleh laki-laki itu, laki-laki yang meninggalkannya tanpa dia duga.

Beruntung dengan kehadiran Jhonson dia bisa sedikit membantu menghilangkan perasaan dan juga bayangan laki-laki itu meskipun kadang trauma yang dia derita akibat kejadian itu belum hilang juga.

Pasangan itu memiliki pemikiran yang berbeda tentang hubungan mereka. Jika yang laki-laki masih sedikit terjebak dalam kisah masa lalu, sedangkan yang perempuan sedang berusaha keluar dari belenggu kisah di masa lalu.

"Woy, diem diem bae. Ngantin ngapa?" Seruan itu berhasil membuyarkan lamunan sepasang kekasih yang duduk berseberangan.

Jhonson yang mendapati pelaku seruan itu ada di hadapannya, lantas langsung memukul keras lengan cowok tersebut yang membuat cowok itu mengaduh kesakitan.

"Berisik Lo!"

"Ish, ish, ish. Santai mas bro, sensi amat sih."

"Bim, bisa nggak lo nggak buat gaduh dulu. Mending sekarang lo ke kantin beliin gue minum sama siomay nya bang Maman." Thalia yang memang sedang lapar mengambil kesempatan itu agar Bimo segera pergi dari dalam kelas.

"Ada uang jalannya nggak nih? Lumayan capek loh naik turun tangga mbak." Bimo berkata sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Thalia.

"Sekali lagi lo ngedipin mata lo ke arah Thalia, gue pastiin besok lo nggak bisa lihat." Ngeri, ucapan Jhonson barusan membuat Bimo diam seketika.

"Jho, lo PMS?" Takut-takut Bimo bertanya. Pasalnya setelah melamun tadi Jhonson jadi berubah garang.

"Menurut lo?"

"Oke santai-santai." Bimo beranjak dari kursi di hadapan Jhonson dan beralih ke seberang dimana kursi Thalia berada. "Tha, uangnya mana? Gue pergi sekarang deh, nanti makanannya gue titip ke Miya sama Loli. Gue lupa di tunggu Reno di perpustakaan."

"Ya udah nih uangnya," ujar Thalia sambil memberikan selembar uang dua puluh ribu yang sebelumnya dia ambil dari saku rok nya.

Bimo langsung mengambilnya dan segera pergi, sebelum sampai di ambang pintu dia berteriak. "Kembaliannya buat gue ya Tha."

"Ambil aja," balas Thalia.

Setelah Bimo pergi dari kelas, keadaan kelas kembali sepi. Jelas saja karena di kelas hanya terdapat lima murid saja dan sisanya entah berkeliaran di mana.

Pelan-pelan Thalia melirik Jhonson yang berada di seberang kursi nya, ternyata dia sedang memainkan ponselnya. Suara yang keluar dari ponsel Jhonson mengundang Thalia untuk menghampirinya.

"Jho, mabar yuk!" kata Thalia yang sudah duduk di samping kursi Jhonson.

Jhonson yang menyadari kehadiran Thalia langsung bersuara. "Bentar Tha gue ngalahin ini bocah dulu."

Gamers Couple [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang