Part 29

208 12 2
                                    

Suasana kamar Jhonson kali ini lebih ramai dari biasanya, selain ada penambahan anggota yang ternyata sangat berisik membuat kamarnya menjadi sangat riuh. Delapan orang yang sedang berkutat dengan kegiatan masing-masing terlihat fokus namun sesekali ada gurauan dari mereka masing-masing.

Bimo, Darrel, Jhonson dan Thalia memilih fokus memainkan game di ponsel masing-masing. Tito dan Beni saling serang dalam pertandingan sepakbola di PlayStation milik Jhonson yang tadi mereka pinjam, sedangkan Reno selalu membaca buku di balkon kamar Jhonson dengan Lolita yang setia menatapnya dari samping Thalia.

Sautan-sautan dari ponsel mereka berempat yang tengah asyik Mabar terus saja terdengar membaur dengan suara dua makhluk yang selalu mengoceh di depan televisi yang menampilkan lapangan hijau itu.

Enemy han been slain

Legendary

Double Kill

Tripple Kill

Seperti tengah bertarung di medan pertempuran nyata, para pemain game itu sangat fokus dengan permainannya. Mengalahkan musuh-musuh yang menghalanginya menuju kemenangan.

Thalia, satu-satunya gadis yang bertarung dengan Hero andalannya itu terus saja beraksi. Karena terlalu fokus, ia tak sengaja meng-klik satu notifikasi chat yang tiba-tiba muncul di layar ponselnya.

Kesal permainannya terganggu, Thalia mendengus kasar. "Anjir, ish sialan ganggu aja. Siapa sih?."

Terlanjur notifikasi chat nya terbuka, Thalia ingin melihat siapa nama pengirim tersebut namun yang ia dapatkan justru hanya sederet angka yang tidak di ketahui olehnya dengan mengirimkan sebuah video.

"Siapa ini? Perasaan semua kontak temen-temen kelas sama temen gue yang lainnya, keluarga dan orang-orang terdekat gue di save deh. Kirim video pula," gumamnya pelan. Penasaran, Thalia pun mengklik chat tersebut yang berupa video. Namun tiba-tiba layarnya berubah menjadi hitam, gelap tak ada angka, kalimat atau gambar yang terlihat. Sial baginya, ponselnya mati.

Tepat setelah ponselnya mati, layar televisi yang tadinya tengah menampilkan beberapa orang yang berlari di lapangan hijau pun mendadak berubah menjadi hitam pekat.

"Sialan, pake mati lampu segala."

"Kampret emang, mana gue mau cetak gol kece lagi."

Hanya Tito dan Beni yang berseru heboh, Thalia yang menggerutu kesal tak dapat melanjutkan permainan dan tak dapat pula mengetahui video apa yang dikirim oleh orang tanpa nama itu, sedangkan yang lain yang masih dalam posisi aman masih tetap fokus pada kegiatan mereka masing-masing.

Kesal permainannya terganggu, Tito akhirnya memilih untuk memainkan sebuah game yang tengah ramai kali ini dan tentu saja mengajak Beni. "Ben, cacing yuk!"

"Nggak ada permainan yang lebih elit apa selain cacing?" sahut Beni santai.

Tito mendengus kasar. "Alah so' so'an lo, main aja masih sering nabrak."

Tatapan tajam Beni menusuk ke bola mata Tito, ia tak terima di remehkan begitu. "Ya itu gue lagi nggak hoki aja."

Tito berfikir sebentar, mencari lagi sesuatu yang dapat ia mainkan dengan Beni untuk menghindari kebosanan. Tiba-tiba sebuah kalimat melintas di depan matanya. "Renang kuy! Yang kalah traktir besok di kantin."

"Oke siapa takut."

Mereka berdua pun segera berlari menuju belakang rumah dimana letak kolam renang berada, karena ke kepoan mereka, mereka mengetahui letak tempat untuk bersenang-senang ataupun bersantai di rumah ini selain kamar Jhonson. Pembawaan mereka yang riang dan friendly membuat mereka berdua mudah bergaul juga ramah dengan siapapun.

Gamers Couple [Slow Update]Where stories live. Discover now