Part 28

234 14 0
                                    

Sudah hampir 30 menit Kevin menunggu, namun mobil papanya belum selesai di perbaiki juga. Untung saja Kevin sudah memberi tahu Miya akan telat walaupun ia tau gadis itu pasti sedang menunggunya. Tapi Kevin tidak terlalu khawatir karena tempat mereka bertemu nanti adalah cafe kakaknya sendiri.

Sedari tadi entah kenapa hati Kevin sedikit gelisah, bukan karena dia telah membuat orang lain menunggu, namun seperti ada yang tengah mengawasi gerak-gerik nya. Ia pun menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri, tapi tidak ada yang terlihat mencurigakan, semuanya berjalan normal seperti biasanya.

Setelah 40 menit akhirnya mobil selesai di perbaiki, tak ingin membuang-buang waktu dan membuat orang lain terlalu lama menunggu, Kevin langsung membawa mobilnya melaju membelah jalanan ibu kota. Sebelum itu ia sudah membayar total tagihan nya dengan uang yang sudah di beri oleh papahnya.

Sudah setengah jalan, namun perasaan gelisah itu masih menghantui Kevin. Jujur ia tak ingin ada yang tau tentang misinya dengan Miya sekalipun itu teman-temannya sendiri. Tapi di sisi lain ia yakini bahwa ada yang mengikuti nya sedari tadi, Kevin hanya berharap semoga orang yang mengikuti tidak melakukan tindakan berbahaya.

Cafe Mentari sudah di depan mata, ia bisa melihat Miya sedang meminum jus nya di balik kaca. Tak ingin berlama-lama lagi, Kevin langsung menghampiri Miya dan tanpa sepatah kata langsung menarik lengan gadis itu.

"Aw, apaan sih Vin? Pelan-pelan kan bisa nariknya." Miya merintih ketika tangannya di genggam kuat oleh Kevin, ia tahu ada yang tidak beres dengan pemuda ini. "Sakit tau."

"Cepetan, gue ngerasa dari tadi ada yang ngikutin." Nah, seperti yang sudah Miya duga memang ada yang tidak beres.

Sebelum mereka menjadi pusat perhatian ketika cafe sedang sangat ramai, kini berbalik Miya yang menarik Kevin, melangkah cepat ke luar cafe dan langsung memasuki mobil namun tidak langsung melaju.

"Kenapa? Cerita." Miya langsung mengintrogasi Kevin, menanyakan sesuatu yang ia sendiri pun penasaran apa yang terjadi.

Kevin menarik nafas lalu membuangnya secara perlahan. Ia menceritakan kronologi nya, dari bengkel sampai di cafe ini. Miya mengangguk paham, ada yang penasaran dengan misi mereka berdua.

"Gue tau siapa yang ngikutin lo." Mendengar ucapan Miya, Kevin sempat menaikan sebelah alisnya tanda tak paham. Bagaimana gadis itu bisa tau jika dia sendiri bukan orang yang di ikuti. "Gue yakin itu di antara teman kita."

Entah kenapa Miya begitu yakin bahwa yang mengikuti Kevin itu adalah salah satu atau lebih dari satu diantara teman-teman mereka. Miya tahu ada satu orang yang sangat paham akan situasi, sekalipun itu hanya sekedar pergerakan dari gestur tubuh saja.

*****

Dua pemuda dengan motor besarnya melaju dengan kecepatan standar di jalanan padat ibu kota. Tujuan pertama mereka yakni sebuah bangunan bengkel yang terletak tepat di tengah kota. Bengkel besar yang menjadi langganan para petinggi atau pejabat daerah. Mereka yakin bahwa temannya pasti menuju bengkel tersebut.

Karena tak mempunyai alasan untuk masuk mereka akhirnya menunggu di luar, mengawasi gerak-gerik seseorang dari kaca helm full face masing-masing.

Mereka sebenarnya tidak ahli dalam menjadi detektif, namun karena ini mendadak dan hanya mereka berdua yang paham dan mengerti situasi mau tidak mau mereka melakukannya.

Orang yang mereka awasi terlihat keluar dari bengkel, tak ingin tertinggal jejak mereka pun melajukan motornya dengan kecepatan berubah-ubah mengikuti laju mobil yang mereka ikuti.

Mobil berbelok di sebuah cafe yang sedang ramai pengunjung, namun mereka berdua memilih membelokkan motornya di mini market sebrang Cafe. Mereka berdua dengan santainya duduk di atas motor tanpa membuka helmnya masing-masing.

Gamers Couple [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang