Part 17

343 23 0
                                    

Sejak kejadian di pasar malam ketika malam minggu itu, Thalia akhirnya bisa sedikit lega karena ternyata hubungannya dengan Jhonson tidak semonoton yang dia kira.

Pertemuannya kembali dengan sahabat laki-lakinya itu pun membuat Thalia bahagia, sebab dia salah satu sahabat Thalia yang paling mengerti perasaanya walaupun dia laki-laki.

"Woy Tha, ngelamun mulu. Ayo ke lapangan, upacara udah mau mulai tuh."

Teguran dari Miya langsung menyadarkan Thalia, dia buru-buru mengambil topinya dan melesat menuju lapangan yang sudah di penuhi banyak murid SMA Bhakti Husada. Tak sadar jika Miya dia tinggalkan di belakangnya.

"Habis makan apaan dia, cepet amat larinya, gue ditinggal sendirian lagi" gerutu Miya saat dirinya menyadari tak ada siapapun di kelas selain dia.

Miya berlari meninggalkan ruang kelas, langsung menyusul Thalia secepatnya ke lapangan, takut-takut dia sendiri yang akan telat.

Lapangan hampir di penuhi oleh murid SMA Bhakti Husada. Barisan belum dirapikan membuat Miya sedikit bingung mencari keberadaan teman-temannya.

Mereka banyak yang berbincang-bincang bukan dengan teman sekelasnya sebelum upacara di mulai, itu seperti rutinitas sebelum acara berlangsung.

Miya yang sedari tadi berdiam diri di pinggir lapangan memilih melangkahkan kakinya menuju ke barisan murid kelas 12. Mencari dan akhirnya bertemu dengan barisan kelasnya sendiri XII MIPA 3, saat ini kelasnya terlihat paling rapi diantara kelas 12 lainnya, padahal kelas mereka terkenal dengan kebisingan nya.

Rahasianya, hanya satu. Yaitu Pak Heri. Dia adalah Bu Retno versi cowok, jabatannya sebagai guru Olahraga sekaligus wakil BK membuat sebagian murid tidak ingin berurusan lebih dengan guru tersebut, termasuk XII MIPA 3 . Setiap upacara berlangsung pak Heri akan berdiri tepat di belakang kelas mereka, ya karena pak Heri juga merangkap menjadi wali kelas XII MIPA 3. Maka dari itu sebelum dan saat upacara dimulai sampai selesai, mereka berusaha untuk tidak membuat kegaduhan ketika upacara tengah berlangsung.

Terik matahari di pagi hari sudah terasa sangat panas, banyak dari mereka yang mengeluh karena upacara belum juga di mulai. Namun setelah mereka melihat siapa yang datang dan berdiri di atas podium, tiba-tiba saja wajah mereka muram seketika. Bencana bagi mereka jika pembina upacara hari ini itu pak Irwan yang menjabat sebagai guru kesiswaan. Kalian harus tahu, bahwa wejangannya melebihi sang kepala sekolah bahkan presiden sekalipun. Jika upacara biasanya memakan waktu kurang lebih 20 menit, jika dengan pak Irwan bisa saja mencapai 45 menit, belum lagi cuaca pagi ini yang panasnya sudah sangat menyengat.

"Mampus gue ini mah, bisa mati kepanasan nih,"

"Cobaan apalagi ini. Tak cukupkah kau memberikan kami panas dan memanggang kami di lapangan."

"Njir, gagal kalau gini mah gue nongkrong deket ruang TU."

"Kulit gue nanti gosong gimana?"

"Harus perawatan lagi habis ini."

"Gue lupa pake hand body yang ada UV protection nya."

"Bau keringat dong baju gue."

"Gusti, ini aja baju gue udah basah."

Di belakang Miya bisa mendengar berbagai gerutuan dan celetukan dari murid kelasnya, tiga celetukan pertama itu muncul dari mulut Darrel, Bimo dan Jhonson yang berada tepat berdiri di dekatnya. Jangan tanya Reno, dia tidak bersuara bahkan satu kata pun. Yang Miya lihat dia hanya sedikit sebal dengan tingkah lebay teman-teman dekatnya.

Dari tadi Miya tidak melihat Lolita dan Thalia. Apa mereka berdiri di barisan paling depan? Kalau iya itu tidak mungkin karena mereka anti jika terlalu terlihat oleh guru yang berdiri di atas panggung apresiasi seni, mereka akan memilih di tengah agar sedikit terhalang.

Gamers Couple [Slow Update]Where stories live. Discover now