Part 32

166 9 2
                                    

Seperti yang sudah di sepakati dan untuk kesekian kalinya juga rumah besar Jhonson di jadikan tempat perkumpulan. Meskipun sekarang anggota bertambah, tak membuat si empunya rumah merasa keberatan, justru menjadikan rumahnya yang selalu sepi mendadak ramai.

Saat ini di belakang rumah dekat kolam renang menjadi titik lokasi perkumpulan mereka. Suasana baru yang lebih menyegarkan mungkin mampu menghilangkan penat dan pusing akibat ulangan Kimia yang selepas istirahat tadi dikerjakan. Memang sudah lewat, namun efeknya masih terasa.

"Gila emang. Gue berasa mau muntah tau nggak? Berasa abis naik rollercoaster." Darrel mengeluh. Memijat pelipisnya pelan seakan memang dia berfikir keras, walau kenyataannya mungkin tidak.

Bimo mengangguk menyetujui. "Itu soal berasa ngajakin gue berantem. Banyak angka, huruf, rumus, senyawa yang bahkan gue nggak ngerti sama sekali. Atom lah, molekul lah, apaan dah itu. Sumpah yang gue tau itu cuma kacang atom g*r*d* yang nikmat dan gurihnya tiada tara."

"Lebay lo berdua. Baru aja ulangan harian, gimana nanti Ujian Nasional," celetuk Reno.

"Nggak akan pilih kimia gue," kompak Darrel dan Bimo berseru dan mengundang tawa Tito juga Beni.

"Untung kita berdua nggak ketemu sama pelajaran Kimia, jadinya aman dah. Iya nggak Ben?" tanya Tito

"Betul sekali!" jawab Beni lantang.

"Benerin dulu nilai Ekonomi lo berdua, baru boleh ngatain orang."

Mendengar penuturan itu, seketika tawa keras keluar dari mulut Darrel dan Bimo. Mereka berterimakasih pada Erik atas penuturannya yang membuat Beni dan Tito diam membisu.

Tidak akan ada keramaian jika Darrel dan Bimo tidak memulainya, ditambah lagi sekarang ada Beni dan Tito yang selalu bertingkah konyol. Lengkap sudah virus happy yang ditakdirkan bersatu ini.

"Gue ke dapur dulu bantu bibi nyiapin makanan," ucap Reno membuka kembali percakapan yang sempat terhenti.

"Gue ikut," celetuk Lolita yang tiba-tiba saja sudah berdiri. Reno mengangguk dan berjalan menuju dapur dengan diikuti Lolita yang sudah tersenyum di belakangnya.

Keempat virus happy tengah asyik bermain monopoli yang entah siapa pemiliknya. Thalia dan Jhonson? Jangan ditanya apa yang tengah mereka berdua lakukan selain bermain game.

Kevin menatap Miya, lalu mereka berdua menatap Erik dan Roni yang berada di samping kanan Kevin. Kebetulan sekali mereka tengah menengok ke arah Kevin juga. Dari tatapan Erik, Kevin paham ada yang ingin dibicarakan sesegera mungkin dan ia pun mengangguk mempersilahkan.

"Ada yang mau gue omongin," ucap Erik. Yang kebetulan Lolita dan Reno telah kembali dan membawa nampan berisi minuman dan makanan ringan di bantu oleh bi Asih juga, asisten rumah tangga di rumah Jhonson.

Mereka mengangguk dan berterimakasih setelah bi Asih meletakan nampan tersebut, lalu bergegas undur diri untuk kembali ke dapur melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.

Selepas kepergian bi Asih mereka semua kembali menatap Erik, penasaran dengan apa yang akan di bicarakan pemuda ini.

"Kemarin malem gue sama Roni ngikutin Leon juga Lala ke cafe," kata Erik memulai.

"Terus?" tanya Kevin.

"Kita berdua mengetahui satu fakta bahwa ternyata orang yang Leon sukai bukan Miya seperti yang kita duga sekarang," ujar Roni.

Mereka semua berfikir, lantas siapakah jika bukan Miya. Bukankah gadis itu sendiri yang mengatakannya.

"Hah? Lo serius? Terus kalau bukan gue siapa? Bahkan dia sendiri yang bilang ke gue waktu SMP." Miya mulai bingung dengan fakta yang baru saja ia dengar.

Gamers Couple [Slow Update]Where stories live. Discover now