Part 7

594 38 5
                                    

Di dalam mobil yang dikemudikan oleh Reno, Darrel terus saja menghembuskan nafasnya secara kasar. Bagaimana tidak, hening yang menyeruak di dalam mobil membuat Darrel tak betah berlama-lama, Darrel lebih senang dengan suasana ramai yang membuatnya merasa tak kesepian. Salah dia juga memilih pergi bersama Reno dengan mobil dibandingkan Bimo dengan motor.

Sialnya dia lupa bahwa ponselnya mati kehabisan baterai dan alhasil dia tak bisa memainkan game Free Fire kesukaanya. Jika saja dia tadi ikut bersama Bimo, mungkin akan ada sedikit suasana yang menyenangkan meskipun agak garing dan diapun bisa segera sampai di rumah Lolita.

Kalian perlu tahu bahwa mobil yang dikemudikan oleh Reno lebih lambat dari anak yang baru belajar berjalan. Kecepatannyapun hanya 30km/jam, padahal dia bisa menaikan kecepatan itu sampai 45-50km/jam. Alasannya itu 'biar lambat asal selamat'.

Benar, memang benar ucapan yang Reno lontarkan. Namun Darrel merasa kesal karena sudah tiga puluh menit berlalu mereka belum sampai juga ke rumah Lolita, padahal jarak rumah lolita dari sekolah bisa ditempuh dengan waktu lima belas menit saja paling telatpun hanya duapuluh menit, itu tidak termasuk jika jalanan sedang keadaan padat. Tapi kali ini jalanan cukup lengang dan hanya beberapa kendaraan yang lewat.

"Ren, gantian aja deh gue yang bawa mobilnya. Lo lambat banget kayak gajah ngesot" kesal Darrel.

"Kita harus hati-hati Rel, ini mobil bukan punya kita. Lo mau ganti rugi kalau kita kenapa-kenapa di jalan dan berakhir di rumah sakit, masih mending disitu gimana kalau besoknya kita udah di dalam tanah?" cerocos Reno.

"Busyet Ren ucapan lo, rem kali jangan kebablasan gitu, ngeri gue jadinya," tak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika mereka berdua yang masih mempunyai masa depan panjang harus meninggal secara tragis. Amit amit Ya Allah.

"Makanya diem jangan banyak bacot, duduk aja sana kayak bayi lagi pup."

"Sialan lo nyuruh gue diem kayak bayi pup."

Tak ada sahutan lagi dari Reno, dia lebih fokus mengendarai mobil Lolita agar bisa segera sampai ke tempat pemiliknya. Darrel sendiri saat ini tengah gerak-gerak nggak jelas, bersenandung kecillah, mukul-mukul dashboard-lah, muter-muterin kepala depan belakang kanan kirilah, nyapa orang di luar lewat jendelalah, sampai Reno sendiri jengah dan malu jika orang yang dipanggil Darrel melirik tajam ke arah mereka.

Bugh

"Anjir Ren, sakit gile" rintih Darrel ketika mendapati pundaknya dipukul keras oleh Reno.

"Gue bilang kan tadi lo diem Rel, jangan kayak cacing kepanasan gitu coba. Lo nggak malu dari tadi ditatap gitu kayak orang gila, itu jendela tutup banyak yang ngeliatin, jangan malu-maluin yang bawa" kata Reno kesal, mungkin saja jika keadaan sedang sepi Darrel akan mendapati Reno yang akan berubah menjadi ibu tiri kejam.

"Gue bosen Ren" ujar Darrel, tak urung juga dia munutup jendelanya rapat menuruti perintah Reno sebelumnya.

"Ya main game lah, biasanya juga lo kayak gitu" tutur Reno ngegas.

"Dari tadi juga gue bakalan main game kalau ponselnya nyala, lah ini mah mati Reno mati" ucap Darrel mendramatisir

"Kalau mati itu di kubur lah Rel, lo gimana sih" tutur Reno dengan santai.

Mendengar penuturan Reno barusan membuat Darrel membulatkan matanya. "Anjir Reno, lo itu kan pinter kenapa sekarang jadi bloon gini?" berubah, sekarang yang menjadi bodoh itu bukan lagi Darrel melainkan Reno si kutu buku. Bagaimana Darrel tidak berkata kasar seperti itu jika suruhan Reno ini di luar nalar manusia.

"Enak aja ngatain gue bloon. Emang apanya yang salah, gue kan bilang bener kalau mati yang di kubur" elak Reno.

Kenapa sekarang jadi Darrel yang dibuat kesal oleh Reno, bukankah tadi sebaliknya? Frustasi Darrel jika berhadapan dengan Reno dikondisi otaknya yang tidak beres, lama-lama bisa darah tinggi dia.

Gamers Couple [Slow Update]Where stories live. Discover now