u

24.6K 4.6K 2K
                                    

10.12AM








Dari pagi Jeira udah disuguhin pemandangan Haechan jadi babunya Pak Tartok, walaupun Jeira nggak tau kesalahan sebesar apa yang dibuat sama Haechan sampai dia bisa dihukum tapi tetap aja rasanya Jeira pengen ngatain.

Dan kalau bisa, Jeira mending nggak usah ketemu sama Haechan dulu deh. Sedikit malu kalau ingat kejadian tadi malam terus dia juga sedikit sadar kalau this ain't right. Secepatnya Jeira bakalan perbaikin hubungan dia sama Mark, jauhin Haechan dan hidup seperti biasa.

Jeira tidurin kepalanya diatas meja dan lihat lurus Renjun dipojok sana yang sibuk sama buku. Yap, ini jam istirahat dan kelas agak sepi. Nggak terlalu aneh sih kalau lihat Renjun berkutat sama bukunya, dan Jeira bersyukur 3 kecoa lain nggak mampir ke kelas dia sama Renjun.

Tapi ada yang beda sama Renjun, cowok itu kelihatan habis-habisan hindarin Jeira. Well, usually mereka memang nggak dekat, tapi kali ini Renjun bahkan jauhin kontak mata dan berusaha buat nggak terlibat sesuatu sama yang namanya Jeira.

Jeira berdiri dan hampirin Renjun yang duduk disana, cowok itu nggak bergeming atau mungkin nggak sadar kalau Jeira udah berdiri disamping mejanya.

Jeira agak nunduk dan deketin bibirnya ke telinga Renjun buat bisikin sesuatu, "Gue tau lo bisa liat mereka."

Ternyata respon dari Renjun nggak bagus atau benernya nggak akan pernah bagus. Ketika bisikan itu sampai ke telinga Renjun, cowok itu otomatis berdiri dan narik dasi Jeira sambil natap cewek itu sinis banget.

"Gue tau lo liat banyak hal kemarin, pas gue hilang kesadaran." kata Jeira lagi dengan suara sekecil mungkin walaupun sedikit susah karena lehernya sedikit tercekat.

Beberapa murid yang masih tinggal dikelas udah merhatiin Jeira sama Renjun, bisikan-bisikan juga udah terdengar.

"Nggak usah sok dekat." jawab Renjun sambil dorong Jeira sedikit keras. Renjun keluar kelas begitu aja tanpa rapiin buku-bukunya diatas meja ataupun tanpa bantuin Jeira yang batuk-batuk sambil kendorin dasinya.

"Widih! Perang keberapa lagi ini? Dasar manusia abad pertengahan." kata Hyunjin yang baru masuk bertepatan dengan keluarnya Renjun.

Jeira cuma ngedengus kesal karena tau keberadaan Hyunjin. Jeira duduk di kursi kosong secara random, dan Hyunjin duduk terbalik di kursi depan Jeira supaya bisa berhadapan sama cewek itu.

"Renjun tuh kayaknya penganut kapitalisme lama deh."

"Lo habis baca buku sejarah ya? Daritadi semua topik disambungin kesana mulu." kesel Jeira.

"Kita ini udah nggak dibawah kebijaksanaan Trias Van Deventer yang mencetus Politik Etis lagi, edukasi udah bisa diraih sama sebagian besar penduduk dunia. Harusnya bersyukur bukan malah dijadiin keluhan." ucap Hyunjin lagi dengan nadanya yang songong dan sok pintar, ya walaupun kalimat yang dia bilang sepenuhnya bener.

Jeira cuma mutar bola matanya malas karena berurusan sama Hyunjin sama aja dengan SESAT, walaupun perkataannya bener tapi dia ini menjerumuskan orang-orang ke gudang kekesalan dan kemarahan.

"Eh Jei, ngomong-ngomong tau Wang Yireon nggak?"

Jeira cuma diam, natap Hyunjin datar tanpa respon iya atau enggak. Karena menurut Jeira pasti omongan Hyunjin ini nggak penting-penting banget, mending langsung ke inti aja deh daripada basa basi. Mau tau atau enggak pun nggak bakal pengaruhin gosip yang mau disebarin sama penganut majas hiperbola ini.

eclipse; haechanWhere stories live. Discover now