e

29K 4.9K 3.6K
                                    

finally! setelah jadwal sepadat member blekping dan kemageran yang membuah semakin besar dan besar sprti kangen q ke haechan. AKHIRNYA UPDATE DONG!! seneng g? senng g????? mesti seneng! bacanya jangan sendiri y, nanti takut. ( 10000% cerita tidak nyata )



















9.48AM










Gelap, dingin, lembab, dan sendirian. Pemandangan sekitar yang dapat ditangkap sama Jeira cuma sebuah ruangan yang gelap dengan suhu nggak wajar. Beberapa perabotan berserakan di lantai, jaring laba-laba dan debu tebal hiasin langit-langit ruangan.

Dia sendirian, diujung ruangan itu, nggak ada akses cahaya yang masuk atau apapun itu. Jeira kelihatan was-was sama sekitarnya, ukiran yang ada di beberapa furniture kayak lemari dan kursi terlihat kuno.



Duk Duk Duk

buka puasa.

Jeira terkesiap dan makin nekan tubuh dia ke pojokan dengan pandangan yang nggak lepas dari lemari besar itu. Suara ketukan yang berasa dari dalam lemari terdengar semakin cepat.

Suara tubrukan yang berasal dari tubuh yang mendarat ke lantai dengan keras sukses bikin jantung Jeira berdetak cepat. Dia nggak nyangka kalau didalam lemari itu bakalan ada orang dalam kondisi mengenaskan.

Baju yang robek dibeberapa sisinya, tangan yang dibaluri darah, rambut yang acak-acakan dan leher yang dirantai. Jeira tutup mulutnya dan berusaha untuk diam, sediam mungkin, supaya wajah pria yang menghadap ke lantai itu nggak sadar sama keberadaannya.

Tangan pria itu bergerak, ninggalin bercak darah lainnya di lantai. Tubuh Jeira bergetar hebat, dan suhu tangannya jadi turun karena takut yang berlebihan.

"To...long." rintih pria itu yang seiringi dengan tangisan. Jeira diam dengan matanya yang berair, nggak bisa dipungkiri kalau bulu kuduknya berdiri. Tangisan pria itu makin besar dan makin liar, he got Jeira on her nerves.

Jeira berdoa, siapapun, bantu dia. Dia bahkan nggak ngerti kronologis kenapa dia bisa disini dan what the fuck in the earth is this place? Dia nggak tau.

Jaehyun, Haechan, Mark, Renjun atau siapapun! Jeira lebih milih untuk mati daripada terjebak ditempat yang nggak terindentifikasi ini.

"Jeira." bisik pria itu, perlahan dongakin kepalanya untuk lihat Jeira. Jeira membeku ditempat ketika lihat wajah pria itu, rasa mual secara tiba-tiba muncul.


Han Jisung.

Itu Han Jisung.

Suara dentuman besar dan tergesa-gesa berasal dari seluruh sisi dinding. Iya, suaranya berasal dari dalam dinding. Bahkan dari dinding yang disenderin sama Jeira.

Suara kasar dan nggak beraturan itu mulai menuhin telinga Jeira dan Jisung. Itu nggak kayak suara biasa, rasanya kayak.. suara itu bikin emosi Jeira nggak terkontrol. Teriakan Jisung juga ikut serta dalam bikin suasana makin berisik.

Suara itu kayak hipnotis Jeira untuk marah, kesal dan ngeluarin kata yang seharusnya nggak dikeluarin. Jeira jongkok sambil remas kuat kepalanya, nahan amarah yang meledak-ledak dalam tubuhnya.

"Jeira."

Suara dentuman itu berhenti seiring munculnya bisikan halus dan berat yang manggil nama Jeira. Bulu kuduk Jeira berdiri dengan hitungan detik, Jeira diam dalam posisinya. Nggak sanggup buat bergerak, matanya fokus ke lantai dengan tangan yang masih di kepala.

"JEIRA! JEIRA!" Tangisan Jeira merambas keluar ketika teriakan Jisung dan suara seretan menuhin otak juga telinga Jeira.

"Maaf." Jeira masih dengan posisi berjongkok dan nutup telinganya terus berguman kata maaf. Kaki bergetar dan air mata mengalir, dia nggak pernah dalam posisi seburuk ini.

eclipse; haechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang