a

22.7K 4.9K 2.7K
                                    

10.28AM









Renjun narik Haechan untuk masuk ke dalam toilet dan mastiin keadaan kalau nggak ada orang yang nguping dan sebagainya.

Haechan lihat Renjun yang lagi cek keadaan diluar dan beralih ke Jeira. Matanya berhenti ke kalung di leher Jeira, tangan Haechan terangkat buat pegang kalung itu.

Jeira buru-buru awasin tangan Haechan dan tutupin kalungnya ke dalam baju lagi. "A..apa?"

"Dari siapa?" tanya Haechan dengan nada datar.

"Oke, ceritain." ucap Renjun sambil nutup pintu toilet dan jalan ke arah Haechan sama Jeira. Jeira mundur selangkah dan ngelus tangannya sendiri, gugup.

Haechan elus tengkuknya canggung sembari sesekali lirik Jeira. "Tadi gua niat mau cari lu, Njun. Terus lu sama Jeira ngajak gua ke rooftop, gua jalan didepan kalian. Pas gua lihat kebelakang, kosong."

Renjun ngusap wajahnya kasar dan sighs, "Jeira, nggak ada waktu lagi. Ayo." ucap Renjun sambil lipat balik petanya dan keluar dari toilet.

Jeira berdehem dan jalan lewatin Haechan, sayangnya Haechan tahan lengan Jeira. "Gua ikut."

"Jangan."

Haechan narik Jeira biar lebih dekat ke tubuh dia, persis kayak posisi Renjun sama Jeira sebelumnya. Jeira terhenyak dan lebih milih untuk lihat tangan Haechan daripada matanya.

"Ngapain disini sama Renjun?" tanya Haechan dengan pelan.

"JEIRA CEPAT." teriak Renjun dari luar toilet.

"Lu ngutang banyak cerita." ucap Haechan sebelum dia lepasin lengan Jeira.

Jeira lari kecil dan ikutin Renjun dari belakang, sama halnya dengan Haechan. Walaupun tanpa persetujuan, Haechan mau bersikeras untuk ikut.

Mereka bertiga jalan dengan cepat ke arah rooftop, Jeira nggak tau apa yang ada di pikiran Renjun tapi bodohnya dia masih aja turutin Renjun.

Jalan ke arah menuji rooftop makin sepi, anak-anak jarang ada dikawasan ini. Karena selain dekat sama kantor guru, akses ke rooftop nggak sering dipakai.

Renjun buka pintu menuju rooftop itu dan biarin Jeira sama Haechan masuk. Jemari Renjun bergerak cepat nyari saklar untuk hidupin lampu yang ada di ruangan kecil tersebut.

Jeira lihat ke arah tangga yang berdebu dan pengap banget. Well, ruangan ini memang pengap dan lembab. Lampu kecil berwarna orange itu akhirnya hidup walau dengan cahaya yang nggak terang.

Haechan juga terdiam ketika lampunya sinarin cahaya, terlihat didepan mereka ada beberapa lemari dan satu sofa besar berwarna merah.

Literally ruangan itu gelap gulita dan satu-satunya cahaya adalah lampu yang hampir nyentuh ajal itu, Renjun nutup pintu dan pintu menuju rooftop yang diatas tangga sana also closed as well.

"Renjun, terus lo mau ngapain?" tanya Jeira pelan.

Renjun loncat-loncat kecil dan bikin seluruh jarinya terasa nggak tegang, Renjun rogoh kantongnya dan maju beberapa langkah. "Ngusir Madam secara paksa."

Haechan narik Jeira supaya nggak terlalu dekat sama Renjun. Jeira antara mati ketakutan sama mati penasaran, kenapa Haechan kelihatan santai aja?

Maksudnya, Haechan kan nggak tau Renjun bisa lihat. Tapi kenapa Haechan bersikap kayak dia udah biasa lihat Renjun dengan his spooky stuffs.

"Sial, nggak pernah terpikir kalau gua mesti lakuin ini dalam konteks buru-buru." kata Renjun ke dirinya sendiri.

Renjun ngambil satu botol kecil yang berisi air, air tersebut disebarinnya ke beberapa tempat secara random.

eclipse; haechanWhere stories live. Discover now