BAB 2

43.3K 3K 291
                                    

Bab 2

"Cewek lo, Za?" tanya Mario seraya tersenyum geli saat Raza kembali setelah selesai berbicara dengan Yasmin.

Raza mengangguk tanpa ingin berbicara lebih lanjut.

"Si Ola gimana nasibnya?" tanya Mario tiba-tiba. Gerakan tangan Raza yang tengah memasukkan kamera ke dalam tasnya pun terhenti.

"Cuma teman, lo tahu itu."

"Basi. Gue nggak percaya adanya pertemanan di antara cewek dan cowok. Ujung-ujungnya pasti kejebak friendzone," komentar Mario seraya tertawa kecil yang hanya dibalas decakan pelan dari lawan bicaranya.

Sebenarnya, Mario cukup kagum dengan temannya yang satu ini. Bisa-bisanya, laki-laki itu berteman lama dengan seorang perempuan. Namun dia sedikit curiga, karena seperti apa yang dia bilang sebelumnya, tak akan ada yang namanya pertemanan antara laki-laki dan perempuan karena memang dia pun pernah merasakan hal itu. Hingga akhirnya, pertemanannya pun hancur setelah hubungan percintaannya tidak berjalan sesuai keinginan.

Seruan seseorang membuat obrolan ringan mereka terhenti. Kini, dua pasang mata itu menoleh ke arah pintu. Seorang wanita yang sedang menenteng kantong kertas berdiri di sana, kemudian tersenyum canggung saat menyadari bahwa bukan hanya pacarnya yang ada di dalam.

"Sorry," ucap Yasmin pelan seraya berjalan mendekat ke arah sang pacar.

"Hai, Yas, udah lama nggak ketemu," sapa Mario yang memang sudah mengenal Yasmin, pacar Raza, beberapa bulan belakangan.

"Iya, nih, Bang."

"Datang sama siapa? Nggak sama V?"

Yasmin tertawa pelan. "Sama Vera, kok, tapi tuh anak langsung kabur waktu lihat motor lo, Bang."

"Oh, damn! Dia kira gue setan, ya? Sumpah, ya, Yas, bilangin sama V kalau gue kangen sama dia."

"Basi! Kalau masih kangen, nggak bakalan jadi mantan. Lo ada-ada aja, sih, Bang."

Mario hanya menanggapi dengan tawa, lalu akhirnya berpamitan dan meninggalkan sepasang kekasih itu berdua. Dia tak ingin mengganggu waktu mereka. Apalagi mengingat urusannya pun sudah selesai.

"Zaaa, kangen," ucap Yasmin setelah duduk di samping Raza, seraya menyandarkan kepalanya di pundak sang kekasih.

Raza hanya menggumam, tetapi tangan kirinya beralih untuk merangkul bahu kekasihnya. Bibirnya sesekali mendaratkan kecupan ringan di puncak kepala Yasmin, membuat Yasmin tersenyum senang.

Raza memang bukan tipikal laki-laki yang akan selalu memberi cokelat dan bunga, tetapi Yasmin selalu menyukai setiap tindakan sederhana Raza yang manis di matanya itu. Baginya, Raza romantis dengan caranya sendiri.

"Kamu kangen, nggak?"

"Nggak," jawab Raza dengan tenang, membuat Yasmin pun mendelik sebal. Namun itu tak bertahan lama karena Raza kemudian mengecup pipinya sekilas, membuat wajah perempuan itu merona.

"Zaaa, ihhh."

"Apa?" tanggap Raza dengan santai, tak peduli kalau perempuan yang masih dirangkulnya itu tengah tersenyum-senyum dengan wajah merah merona.

Sudah tahu, kan, di mana manisnya Raza? Yasmin yang sering diperlakukan seperti ini pun selalu tersipu. Terkadang dia masih tak menyangka kalau laki-laki itu akan bertingkah manis seperti sekarang.

"Mana makanannya? Lapar juga ternyata."

"Ah, iya." Yasmin beranjak untuk mengambil makanan yang tadi dia beli.

"Cumi asam manis? Wah, perutku langsung keroncongan. Thanks, Sayang."

Yasmin mengangguk. "Makanlah."

[Not] FellowshipWhere stories live. Discover now