BAB 43

15.3K 1.5K 133
                                    

Bab 43

"Kamu kenapa malah pergi, sih?" Ola yang baru saja membukakan pintu langsung mengomel. Sementara Raza hanya terdiam, lalu merangkul bahu kecil perempuan itu.

"Kamu tadi tidur, ya ... aku pulang aja. Udah makan malam?"

Ola mengangguk. "Baru beres. Kamu?"

"Belum, cuma makan beberapa potong pizza di studio sama Fajar tadi."

"Dan itu nggak termasuk makan malam?"

Raza mengangguk. "Nggak bikin kenyang soalnya," jawabnya, lalu cengar-cengir.

"Bibi nggak masak malam ini."

"Ya emang siapa yang mau minta makan?" balas Raza, kemudian menyipitkan matanya, membuat Ola mendengkus lalu menggerutu tanpa suara.

"Biasanya kamu ke sini pasti minta makan, kali!"

Raza terkekeh mendengarnya. "Tapi kalau kamu mau masakin, aku nggak nolak, sih."

"Malas, aku maunya tidur."

"Eh, tidur mulu. Gendutan nanti."

Ola mengedik. "Bodoh amat! Emang kenapa kalau aku gendutan? Kamu malu?!" sentaknya.

"Drama," balas Raza dengan malas, kemudian meraup wajah kecil Ola oleh satu tangannya, dibalas pekikan kesal oleh perempuan itu.

Tak ingin kalah, Ola pun mulai mencubiti lengan kekasihnya, membuat Raza merintih kesakitan. Jangan disepelekan, jari-jari kecil itu cukup tajam dan membuat kulitnya sedikit perih.

"La, sakit, La, aduh."

"Rasain! Rasain!" seru Ola, lalu mulai memukuli Raza dengan bantal sofa yang sebenarnya sama sekali tak terasa sakit. Hanya saja, Raza senang mendapati pacarnya itu terbahak puas melihat ekspresi pura-pura sakitnya.

"Kamu kecil-kecil cabe rawit, ya," ucap Raza seraya mengusap-usap lengannya yang memerah akibat cubitan Ola. Sementara Ola yang duduk di sampingnya hanya cekikikan, tetapi tak lama setelahnya perempuan itu ikut mengusap-usap lengan Raza yang terdapat beberapa bekas cubitannya.

Ola meringis melihatnya. "Sorry," gumamnya, lalu mengecupnya, sontak membuat Raza terkesiap sampai menahan napasnya sejenak.

Ola mendongak, kemudian mengerling jahil. "Cie, pipinya merah," ucapnya, seketika Raza memalingkan wajah seraya menarik lengannya.

Melihat semua itu, Ola kembali semakin gencar untuk menggoda pacarnya yang tampak menggemaskan. Duh, ternyata seorang Raza bisa salah tingkah juga, ya? Ola terbahak puas, lalu mendaratkan ciuman di pipi laki-laki itu, sebelum akhirnya kabur pergi dan memeletkan lidah pada sang kekasih yang menatapnya dengan kening berkerut.

***

"Za?"

Raza bergumam menanggapi. Saat ini keduanya sedang menonton film bersama, sesuai dengan keinginan Ola setelah menyantap semangkuk mi. Ola yang sebelumnya sudah makan pun ikut tergiur dan akhirnya memakan makanan instan tersebut.

"Kita udah kenal berapa tahun, sih, Za? Enam tahun ada, ya?" tanya Ola.

Raza yang duduk di sampingnya hanya mengangguk. "Kenapa emangnya? Tumben."

"Berarti udah lama, ya?"

"Yep. Dari zaman kamu cengeng, eh, tapi sekarang juga masih, ya," ejek Raza tampak sangat santai, masih dengan pandangan ke laptop yang menyala.

Anehnya, Ola hanya terdiam. Sama sekali tak berbicara apa pun. Padahal biasanya, perempuan itu selalu mengelak jika Raza menyebutnya cengeng, meski pada kenyataannya memang begitu. Akhirnya, Raza melarikan pandangannya pada Ola. Entah kenapa, atau memang hanya perasaannya saja, perempuan itu terlihat gelisah, tetapi Raza tak tahu penyebabnya.

[Not] FellowshipWhere stories live. Discover now