BAB 44

14.3K 1.5K 800
                                    

Bab 44

Sesungguhnya, Ola sendiri masih bingung dengan apa yang terjadi padanya dan apa yang telah dia lakukan barusan. Dia memutuskan hubungannya dengan Raza. Dia telah membuat laki-laki itu kecewa.

Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, tetapi belum ada tanda-tanda matanya akan terpejam. Tubuhnya memang terasa sangat lelah akibat menangis selama berjam-jam tanpa henti, tetapi anehnya sepertinya mereka lebih senang menyiksanya dan membuat rasa bersalahnya kian mencuat.

Ola meringkuk di atas kasur seraya memeluk lututnya dengan tangan yang bergetar. Dia tahu, kalau dia telah membuat sebuah kesalahan besar dengan menyakiti Raza. Namun di sisi lain, Ola merasa inilah jalan terbaik bagi mereka. Ola tak bisa terus menerus menahan semuanya dan bersikap selayaknya dia tak tahu apa-apa, di saat dia jelas tahu betul bahwa Kavin membutuhkannya. Ola tak ingin membodohi Raza.

Matanya sudah terasa perih, tetapi sudah sejak satu jam yang lalu mereka sangat susah untuk diajak tidur. Matanya memandang penjuru kamarnya dengan pandangan kosong. Sesekali, embusan napas kasarnya terdengar bersahutan. Sudah berulang kali, tangannya ingin menghubungi Raza untuk meminta maaf. Hanya saja, rasanya amat berat. Kavin membutuhkannya, dan Ola tak bisa mengabaikannya begitu saja.

Seperti apa yang Karina sempat ucapkan padanya, bahwa segala sesuatu yang terjadi pasti memiliki sebuah alasan di baliknya. Begitu pun dengan Kavin. Sekarang Ola mengerti kenapa laki-laki itu memutuskan hubungan mereka dengan tiba-tiba Nyatanya, laki-laki terbaiknya itu tak pernah berubah. Kavin tetaplah Kavin, si manusia favoritnya.

Ola menelan ludahnya dengan susah payah. Hatinya terasa teriris perih saat netranya tak sengaja melihat foto wallpaper ponselnya yang menampakkan sosok Raza. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Katakanlah dia seorang wanita yang egois. Tetapi, Ola hanya tak ingin berpura-pura lebih lama lagi. Berpura-pura seolah semuanya baik-baik saja, seperti dia belum mengetahui kondisi Kavin yang sebenarnya.

Dia memang menyayangi Raza, sangat. Namun, mendengar kondisi Kavin saat ini jelas membuatnya ikut merasakan rasa sakit itu. Ola tak ingin mengkhianati Kavin dengan berhubungan dengan laki-laki lain. Ola ingin menebus rasa bersalahnya karena telah menjadi pacar yang amat tak peka dan menyadari kalau kekasihnya sendiri tengah sakit. Untuk melakukan semua itu, mana mungkin dia tetap mempertahankan hubungannya dengan Raza. Sudah saatnya, laki-laki itu mendapatkan kebahagiaannya sendiri.

"Hai, Za. Kamu hanya perlu ingat kalau aku sangat menyayangi kamu," bisiknya dengan air mata yang kembali membasahi pipinya tanpa henti. Kepalanya bahkan sudah merasa amat pusing karena terlalu banyak menangis. Namun, di balik semua itu, ada rasa lega tersendiri begitu dia mengeluarkan semua unek-unek dalam hatinya lewat air mata.

Masih dengan air mata yang terus saja membasahi pipinya, juga dengan tangan yang tak berhenti mengusapnya, jemari perempuan itu bergerak menjelajahi ponsel miliknya. Pergi ke menu galeri dan menatap lama beberapa puluh gambar yang mereka ambil tadi siang. Bahkan foto mereka dari kamera Sesil pun sudah masuk ke memori teleponnya.

Ola tersenyum penuh haru. Sebenarnya, semua ini telah direncanakan dengan matang. Ola ingin membuat satu momen, sebelum mengakhiri semuanya. Ola tahu, setelah ini hubungan mereka tak akan pernah lagi sama. Ada sesuatu yang bernama jarak yang akan membentengi keduanya. Ola pun tahu diri untuk tidak mengusik kehidupan Raza dan berusaha untuk tidak memedulikannya. Percayalah, berteman lama dengan seseorang, kemudian berpisah dengannya adalah suatu hal yang amat sulit. Apalagi jika harus melupakan. Entahlah, akan jadi apa nantinya dia.

Kali ini, bibir tipis itu mengeluarkan tawa pelan di saat mendapati foto konyol Raza yang sangat terlihat lucu di matanya. Beratus-ratus foto yang dia lihat, akhirnya menemukan titik akhir juga. Semuanya habis, sudah dia lihat satu per satu. Rasanya, Ola tak akan merasa bosan karena hal itu. Sesuai dengan rencananya, Ola benar-benar akan membuat album foto mereka berdua. Meski kini hubungan mereka telah kandas, tetapi bagi Ola, Raza tetaplah sahabat terbaiknya, dan akan selalu begitu ... selamanya.

[Not] FellowshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang