Delapan. Situasi Kerajaan

946 135 2
                                    

Pagi sudah tiba

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi sudah tiba. Banyak vampir yang berdatangan ke dalam kerajaan untuk melihat penobatan sang pangeran mahkota, Juan Gerald ditengah isu jika adik tirinya yaitu Jeno menghilang secara misterius.

Juan mempersiapkan dirinya dikamar. Ia menghembuskan napasnya untuk mengurangi rasa cemas dan gugupnya itu. Ia menolehkan kepalanya kebelakang kala Diana tiba-tiba membuka pintu kamarnya tanpa mengetuk pintu lalu masuk begitu saja.

Diana berjalan dengan senyuman bangga yang ia tampilkan pada Juan. Ibu mana yang tak bangga jika anak putranya sudah beranjak dewasa dan sudah diberi tanggung jawab yang amat besar, yaitu memimpin kerajaan Danick.

Juan menatap Ibunya dengan mata yang terlihat berkaca-kaca. Diana menangkup kedua wajah Juan lalu mengecup dahi anaknya dengan sayang. Juan tersenyum saat dahinya dicium oleh Diana. Juan tau, Ibunya pasti sangat tak rela jika anaknya yang dulu hanya bisa bermain dengan pedang mainannya, kini sudah beranjak dewasa.

"Ibu bangga denganmu, nak. Jangan rusak kepercayaan ayah dan semua rakyat kerajaan Danick, mengerti?" ucap Diana pada Juan.

Juan tersenyum lalu mengangguk dengan patuh. "Aku akan menjaga kepercayaan mereka, bu. Aku bersumpah," ucap Juan.

Juan menarik Diana kedalam pelukannya. Diana menepuk-nepuk punggung tegap Juan dengan pelan dan penuh kasih sayang seorang Ibu pada anaknya.

Juan tersenyum geli kala Ariana tiba-tiba masuk kedalam kamarnya dan menatap Juan yang sedang memeluk Diana. Ariana menatap mereka dengan aneh sedangkan Juan hanya tersenyum geli. Juan tau, Ariana paling tak suka melihat dua orang berpelukan atau dirinya yang dipeluk. Ariana adalah tipikal orang yang risih saat melakukan kontak fisik secara lansung.

"Kenapa diam saja, Kak?" tanya Juan yang membuat Diana melepaskan pelukkannya dan menoleh kearah Ariana yang memandang mereka dengan pandangan datar. Diana tersenyum pada anak gadis satu-satunya dikerajaan ini.

"Penobatan akan segera dilaksanakan, cepat pergi ke tempat sebelum Bibi Adriana mengacaukannya," ucap Ariana dengan nada datarnya.

Ariana dan Juan saling tatap ketika mendengar Ariana berbicara dengan nada datarnya. Mereka berdua tersenyum secara misterius dan tiba-tiba berjalan kearah Ariana lalu Juan menarik Ariana kedalam pelukannya. Ibunya hanya bisa tertawa ketika melihat Ariana terus meronta-ronta dipelukan Juan. Tetapi, Juan tak perduli. Dia masih terus memeluk Ariana sampai Ariana mencubit pinggang Juan dengan kekuatannya.

"Argh! Aw—ini sakit, kak! Ibu, lihat? Dia mencubitku dengan kekuatannya. Aku yakin pinggangku akan memerah sampai seminggu kedepan," adu Juan pada Diana.

Ariana memutar bola matanya malas. "Kamu sudah ingin dinobatkan menjadi raja, berhenti bersikap seperti itu. Kamu sudah harus bisa menanggung semuanya sendiri," ucap Ariana serius.

Diana tersenyum lalu menyentuh bahu Ariana lembut. "Tak apa, mungkin ini yang terakhir kalinya dia bersikap manja. Karena mulai hitungan menit lagi, dia akan menjadi raja yang tegas dan bertenggung jawab," ucap Diana sambil menatap Juan.

Lintas Waktu [Lee Jeno]Where stories live. Discover now