Delapan belas. Diawasi

643 100 0
                                    

Sejak kejadian dimana Sena—Ibu dari Lauren—datang ke apartemennya. Lauren menjadi lebih pendiam dari biasanya. Ia lebih sering melamun dan memandang sesuatu dengan pandangannya yang kosong. Sedari tadi, ia tak membuka suaranya hanya untuk mengobrol sebentar dengan Jeno. Jeno sudah seperti seseorang tak terlihat bagi Lauren.

Jeno juga tak bisa berbuat banyak. Sejujurnya, ia juga penasaran dengan sesuatu yang terjadi pada Lauren kemarin yang membuat Lauren menangis begitu lama didalam kamarnya. Jeno hanya bisa menenangkan Lauren tanpa meminta Lauren bercerita apa yang sudah terjadi dengannya.

Hari ini, Jeno kembali berencana menjemput Lauren dikampusnya. Mungkin, mengajak Lauren berjalan-jalan keluar dapat membuat Lauren merasa lebih baikkan dari ini.

Dengan pakaian panjang berbahan wol yang tak begitu tebal. Jeno memperhatikan dirinya didalam cermin. Jeno membenarkan ramburnya dengan jari-jari panjangnya ke belakang.

"Ini lebih baik," gumamnya.

Lauren mendesah lelah didalam kelasnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lauren mendesah lelah didalam kelasnya. Pikirannya masih tertuju dengan kejadian kemarin—dimana Ibunya datang ke apartemennya. Rasa benci dan amarah menggerogoti hatinya itu. kejadian yang terjadi dimasa lalunya terputar kembali didalam otaknya.

Ia menghela napasnya lalu segera bangkit dari kursi. Saat ia ingin beranjak pergi, tangannya ditahan oleh seseorang, membuat Lauren dengan malas menoleh ke belakang dan menatap seseorang itu dengan tatapan malas dan datar.

"Ada apa?" tanya Lauren.

Rio terdiam sebentar sebelum membaranikan diri untuk membuka suara. "Kemarin, Ibu kamu ke rumah aku," Rio menjeda sebentar untuk melihat reaksi Lauren. Terlihat dari wajah Lauren, dia mulai tertarik dengan apa yang dikatakan olehnya.

"Beliau bertanya soal kamu, dimana kamu tinggal sekarang. Kamu...udah ketemu sama beliau?" tanya Rio sambil menatap Lauren yang masih terdiam.

Lauren mendengus. "Untuk apa kamu memberi tahu dia soal aku? soal dimana aku tinggal? Hah?" Lauren mengepalkan tangannya erat lalu menghempaskan pegangan tangan Rio di pergelangan tangannya itu. Lauren menatap Rio dengan tatapan tajamnya dan kembali berkata, "Jangan pernah kamu ikut campur sama urusan aku, Rio? Paham?"

Tanpa menunggu jawaban Rio. Lauren segera meninggalkan Rio yang masih terdiam disana. Rio hanya diam sambil memandang punggung Lauren yang menghilang dibalik pintu kelas mereka itu. "Kamu tambah keras kepala, Lauren."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Lintas Waktu [Lee Jeno]Where stories live. Discover now