Sembilan belas. Asing namun sama

628 91 2
                                    

Langit sudah menggelap

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Langit sudah menggelap. Cahaya surya sudah digantikan dengan cahaya rembulan yang menerangi bumi saat ini. Bintang-bintang bertaburan diatas sana. Menambah kesan cantik nan indah pada langit malam yang gelap. Udara malam terasa sangat dingin hingga menusuk tulang. Tetapi, tak membuat orang itu kedinginan dan merasa membutuhkan kehangatan.

Jeno menghembuskan napasnya, membuat uap udara mengepul lewat mulutnya itu. Angin malam kala itu menyapa kulit putih pucatnya. Jeno memejamkan matanya lalu menghirup udara malam. Ia lalu membuka matanya kembali lalu menyeringai lebar. Pupil matanya yang berwarna biru terlihat bersinar terang. Tanda dia mencium bau makanan disekitarnya.

Gigi taringnya mulai muncul. "Sepertinya malam ini, aku akan makan enak."

Jeno berjalan santai menuju apartemen Lauren

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Jeno berjalan santai menuju apartemen Lauren. Dirinya memperhatikan jalanan sekitar yang terligat sepi dan tenang. Hanya beberapa kendaraan yang melintasi jalanan. Mata tajamnya melihat pemandangan jalanan. Lokasi apartemen Lauren masih terbilang cukup jauh dari keberadaannya sekarang ini.

Jeno memperhatikan lengan bajunya yang terdapat percikan darah selepas ia makan tadi. Ia lalu menggulung lengan bajunya sampai siku.

Dirinya berjalan menuju sungai yang berada dipinggir jalan. Jeno memandang sungai tersebut dengan senyuman. Dirinya merasa sangat tidak asing dengan sungai yang ada didepannya ini.

"Apakah ini penampakan sungai dimasa depan? Tempat yang biasanya kujadikan tempat menyendiri. Rasanya aku tak percaya, semuanya berubah." Jeno berkata sambil terus memandangi sungai yang ada didepannya.

Jeno lalu membungkuk untuk mengambil sebuah batu yang berukuran tidak begitu besar ditangannya. Ia lalu melempar batu itu kedalam sungai. Menimbulkan percikan air disana. Jeno tersenyum puas. Merasa emosi yang ia simpan sebagiannya sudah tersalurkan.

Jeno melirik sekitar sungai. Hanya ada dua orang yang berada disebrang sungai, lelaki dan perempuan yang mungkin tengah berkencan. Jeno terdiam sambil memperhatikan salah satu orang yang Jeno tebak tengah melamun. Mungkin sedang merenung seperti dirinya dulu saat kecil karena selalu merasa dirinya adalah seseorang yang tak berguna karena diasingkan lalu merasa kesepian.

Seseorang itu menatap balik Jeno. Seseorang itu lalu terlihat terkejut saat melihat Jeno. Jeno merasa janggal dengan orang yang ada disebrangnya. Orang itu terlihat sama sepertinya, seorang vampir.

Seseorang itu memiliki pupil mata yang berwarna biru sama sepertinya. Pupil warna biru yang sangat berbeda dari yang dimiliki manusia yang tinggal didaerah barat sana.

Jeno dengan cepat melarikan diri dari sana dengan cepat. Dengan kekuatannya, Jeno berlari membelah jalan dengan cepat. Sesekali dirinya menoleh kebelakang untuk memastikan orang itu tak mengejarnya. Sialnya, orang itu mengejarnya.

Jeno lalu secara tiba-tiba menghilang dengan cara berteleportasi untuk menghilangkan jejaknya. Jeno berteleportasi kedalam apartemen Lauren yang selama ini menjadi tempat tinggalnya.

"Oh, astaga!"

Lauren menjerit kaget saat melihat Jeno yang tengah berdiri diruang tamu dengan wajahnya yang terlihat panik. Lauren mendekati Jeno yang terlihat tengah mengatur napasnya.

"Ada apa? Kenapa kamu keliatan panik?" tanya Lauren sambil menatap wajah terengah Jeno.

Lauren melirik dagu Jeno yang terdapat titik merah. Lauren menyentuh dagu Jeno yang terdapat titik merah yang terlihat sudah mengering. Mengusap titik merah itu agar menghilang dari kulit dagu Jeno yang terasa halus saat ia sentuh. Pandangan Lauren jatuh pada kerah kemeja putih yang terdapat bercak merah itu.

Dengan ragu, Lauren kembali menatap Jeno. "Kamu habis makan ya?" tanya Lauren pelan.

Jeno dengan perlahan menganggukkan kepalanya. Menatap Lauren dengan ragu karena takut jika Lauren akan menjadi takut dengannya karena melihat ini.

"A-ah, kalau gitu," Lauren mencoba merangkai kata-kata untuk menjadi sebuah kalimat agar menutupi kegugupannya yang tergambar jelas diraut wajahnya. "Kamu lebih baik masuk kamar dan ganti baju, kemeja mu," lauren kembali melirik kerah kemeja Jeno yang terdapat bercak darah, "kotor," lanjut Lauren.

Jeno menganggukan kepalanya sambil bergumam. Tanpa basa-basi lagi, dirinya masuk kedalam kamar dan meningalkan Lauren yang masih terdiam diruang tamu tadi. Lauren memang terlihat gugup. Tetapi bukan gugup karena takut dengan Jeno.

"Kenapa jantung ku berdegup kencang saat menatapnya," gumam Lauren sermbari meletakkan telapak tangannya pada dada kirinya, merasakan detak jantungnya sendiri. 

tbc

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

tbc...

----------------------------------

Hewoooo aku kembali update hehe. Gak nyangka udah sampe 20 part nulis cerita inii, apalagi yang baca sudah melebihi 2k. Aku sangat berterimakasih huhuu [mrasa terhru]. Part ini agak pedek yaa? maafkan aku huhu

terimakasih sudah mau menunggu dan membaca cerita ini^^...

jangan lupa votenya ya hehe~~~

jangan lupa votenya ya hehe~~~

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.
Lintas Waktu [Lee Jeno]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant