Sepuluh. Jangan pergi

883 131 1
                                    

Sinar cahaya mulai masuk dibalik celah-celah ventilasi sebuah rumah tua yang terlihat tak terawat dari luar namun masih bisa dijadikan tempat tinggal yang lumayan layak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar cahaya mulai masuk dibalik celah-celah ventilasi sebuah rumah tua yang terlihat tak terawat dari luar namun masih bisa dijadikan tempat tinggal yang lumayan layak. Suhu udara yang dingin mulai mengganggu dua orang yang sedang tertidur dimasing-masing ranjangnya.

Salah satu dari dua orang itu mulai membuka matanya dan mengusap matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk kematanya. Ia mendudukkan dirinya lalu merenggangkan otot-otot badannya yang kaku karena terlalu lama tertidur diranjang.

Puk!

Sebuah buku yang ada dipangkuannya terjatuh. Ia mengernyit heran, lalu mengambil buku yang terlihat kusam dan menguning itu dan membaca sampulnya.

"Future book?" dia membuka buku itu dan membaca halaman awal yang terdapat dibuku itu. ia membaca dengan serius dan membulatkan matanya tak percaya.

Dia—Mark—menatap jendela yang berembun. Ia lekas berdiri dan berjalan kearah jendela dan mengusap jendela itu. Ia awalnya biasa saja melihat keadaan diluar. Tetapi, sesaat, ia mulai menyadari sesuatu. Ia melebarkan matanya dan mengusap-usap matanya.

Ia menunduk melihat pakaian yang ia pakai. Mark membelalakan matanya kala ia melihat pakaian yang ia pakai ternyata berbeda. Ia memutar badannya lalu menatap satu orang temannya—Renan—yang masih tertidur, ah, bukan, dia pingsan.

Masih dengan pandangan tak percaya, heran sekaligus kaget, ia menyentuh pundak Renan lalu menggoyangkannya dengan kencang membuat Renan terpaksa membuka matanya yang terpejam.

"Renan! Bangun! Hey, bangun! Kita sudah tak lagi dizaman kita, kita dimasa depan!" ucap Mark dengan setengah teriak.

Renan hanya bergumam dan lebih memilih melanjutkan tidurnya, membuat Mark kesal setengah mati dan dengan brutal, ia terus menggoyangkan badan Renan agar segera bangun.

"Renan! Astaga, bangun! Kita harus cepat mencari Pangeran Jeno disini! Hey, sialan!"

Renan dengan terpaksa membuka matanya dan menatap Mark kesal. "Kenapa membangunkan ku sih?! Ada apa?! Ada masalah apa?!" teriak Renan kesal dengan posisi duduknya.

"Iya! Kita ada dalam masalah! Kita harus segera mencari Pangeran Jeno sekarang juga, jika kau tak ingin mati ditangan Diandra."

Renan membuka matanya dengan sempurna. "Jadi kita sudah ada dimasa depan?!"

"Bodoh! Tentu saja kita sudah ada dimasa depan, Renan!" ucap Mark frustasi.

Renan bangun lalu mengintip dari jendela. Ia membulatkan matanya ketika melihat kondisi sekitar sudah sangat berbeda. Tak ada lagi yang namanya tempat tinggal raja, tak ada lagi rumah-rumah yang biasanya ia lihat, hanya ada rumah-rumah dengan bentuk baru dan gedung-gedung tinggi disekitarnya.

"Oh God! Kita benar-benar harus cepat mencari Pangeran Jeno," ucap Renan.

Mark menganggukkan kepalanya setuju. "Kita harus bersiap-siap, penyihir itu sepertinya meracuni kita, tetapi," Mark mengangkat buku kusam yang ada ditangannya kehadapan Renan. "Ini sepertinya buku panduan darinya," lanjut Mark.

Lintas Waktu [Lee Jeno]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang