Dua puluh. Your Eyes

610 104 4
                                    

"Lauren?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lauren?"

Lauren tersentak kaget karena mendengar panggilan Jeno yang berada dibelakangnya. Lauren menolehkan kepalanya ke belakang secara perlahan. Menatap Jeno dengan pandangan bertanya. Sedangkan Jeno memandang Lauren dengan pandangan lelahnya.

Jeno melangkah mendekat kearah Lauren lalu duduk dihadapan Lauren. Ia memandang Lauren tepat dimatanya, membuat Lauren yang juga memandang Jeno menjadi gugup dan salah tingkah tiba-tiba.

"Kenapa menatap ku seperti itu?" tanya Lauren sambil mencoba mengalihkan pandangannya dari mata Jeno. Sialnya, ia tak bisa mengalihkan pandangannya dari mata Jeno yang terlihat seperti lautan yang dalam dan mampu menjerat siapapun untuk jatuh dalam pesonanya.

Jeno tetap memandangi Lauren. "Mata kamu—" Jeno menjeda kalimatnya sebentar sambil menatap Lauren yang tengah mengedipkan matanya terus menerus karena merasa tak ada yang salah dengan matanya itu.

"Ada apa dengan mata ku? Ada sesuatu?"

Jeno menganggukkan kepalanya pelan. "Entah hanya cahaya atau yang lain, mata kamu bercahaya seperti bintang dilangit sana," ucap Jeno sambil terus menatap mata Lauren. "Indah," sambung Jeno yang membuat jantung Lauren berdegup dengan cepat.

Jantung Lauren memompa darah terlalu cepat dan itu membuat Lauren merasa tak nyaman dan takut jika jantungnya bermasalah nantinya. Pipinya terasa panas, padahal penghangat ruangannya tak begitu panas sampai-sampai membuat pipinya terasa terbakar. Lauren menelan ludahnya gugup dan mencoba menetralkan degup jantungnya.

Masih sambil memandang mata Lauren, Jeno tiba-tiba tersenyum. Membuat Lauren harus menahan napasnya selama beberapa detik. "Kamu mendengar sesuatu? Sedari tadi berbunyi dengan keras dan tak mau berhenti, dan sekarang malah bertambah keras," ucap Jeno sambil terus tersenyum.

Apa dia mendengar detak jantung ku? Astaga, ini sangat—

"Memalukan? Tidak, itu tak memalukan. Aku menyukainya," ucap Jeno tiba-tiba, membuat Lauren menatap Jeno terkejut.

Dia bisa mendengar suara hatiku?

"Ya, aku bisa." Jeno berkata dengan santainya tanpa memperdulikan betapa malunya Lauren sekarang.

Lauren memilih memalingkan wajahnya kearah jendela apartemen yang berada disampingnya. Menatap bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dan menatap lampu kendaraan yang terlihat berkerlap-kerlip dari atas.

"Lauren?"

Lagi. Jeno kembali memanggilnya, membuat Lauren menoleh kearah Jeno. Lauren memandang Jeno dengan pandangan bertanya.

"Aku bosan, seharian penuh kita hanya di apartemen—"

"Langsung ke intinya, Jeno. Kamu bosan disini dan meminta ku untuk menemanimu keluar pada saat malam-malam seperti ini, huh?" ucap Lauren yang tiba-tiba merasa jengkel pada Jeno.

Jeno kembali tersenyum. "Kamu mau?" tanya Jeno.

"Tidak, Jeno. Diluar sangat dingin, aku tak mau mati konyol karena kedinginan," ucap Lauren lalu menelungkupkan kepalanya dilipatan tangannya. Jeno hanya tersenyum sambil memperhatikan Lauren yang tengah diam.

Jeno ikut menelungkupkan kepalanya seperti Lauren. Tetapi berlawanan arah dari Lauren. Jadi, Lauren hanya bisa melihat rambut belakang milik Jeno yang memanjang. Lauren mengendus bau rambut Jeno dan leher belakang Jeno yang entah kenapa mengeluarkan bau yang menenangkan baginya.

Seperti bau kakak. Batin Lauren.

Tangan Lauren tanpa disadari menyentuh kepala Jeno dan mengelus rambut Jeno dengan pelan. Wangi rambut yang menguar itu seperti bau kakaknya. Membuat Lauren tersenyum sambil mengulang memori yang ada dikepalanya itu.

Jeno yang tadinya tengah melamun pun membulatkan matanya kala kepalanya terasa disentuh dan dielus pelan. Jeno lalu hanya diam sambil menikmati elusan Lauren yang terasa lembut dan menenangkan baginya itu.

Sampai akhirnya, Jeno menangkap tangan Lauren yang terus mengelus kepalanya dan membalikkan kepalanya menjadi menghadap Lauren yang menatapnya dengan pandangan sayu yang Jeno tebak jika Lauren sudah mengantuk.

Jeno hanya tersenyum lalu melakukan hal yang sama yang dilakukan Lauren tadi padanya. Jeno mengelus pucuk kepala Lauren dengan pelan. Lama-kelamaan, mata Lauren menutup dan napasnnya menjadi teratur menandakan jika dia sudah tertidur.

Jeno tersenyum dan tanpa sadar dirinya mendekatkan wajahnya pada wajah Lauren. Memandangi wajah Lauren yang terlihat sangat cantik baginya. Wajahnya yang kecil, hidungnya yang terlihat mungil, bibirnya yang terlihat kemerahan dan pipinya yang sedikit gembul dan terlihat merona jika ia malu.

Jeno tahu, jika sejak ia mengatakan jika mata Lauren indah. Itu membuat jantung Lauren berdegup dengan keras sampai Jeno dengan jelas mendengarnya. Pipi Lauren bahkan terlihat memerah cantik. Jeno bahkan tak bisa menahan senyumnya saat Lauren lebih memilih memandangi jendela untuk meminimalisir rasa gugup.

Jeno menurunkan elusannya yang tadinya hanya dipucuk kepala Lauren menjadi dipipi Lauren. Ia mengelus pelan pipi Lauren yang terasa halus di jari-jarinya itu. jari telunjuknya menyentuh pucuk hidung Lauren pelan, membuat Jeno tersenyum senang. Jarinya kembali turun ke bibir kemerahan milik Lauren. Jeno menyentuhnya pelan.

"Kamu sangat sempurna, Lauren." Jeno berkata lirih.

Jeno tersenyum sambil menyingkirkan anak rambut Lauren yang menyentuh pipi Lauren. "Aku rasa, aku jatuh dalam pesona mu." 

tbc

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

tbc..

-----------------------------------------

haloo aku sudah update lagi hehe^^ kalian tahu anime yang berjudul ao haru ride? adegan diatas tadi itu terunspirasi dari adegan yang ada di anime ao haru ride hehe^^ 

terimakasih sudam mau menunggu dan membaca cerita ini^^

jangan lupa untuk votenya ya hehe^^

Lintas Waktu [Lee Jeno]Where stories live. Discover now