Dua puluh delapan. Akan tetap sama

627 94 8
                                    

Jangan lupa diplay yaa.. Semoga nyambung sama chapternya hehe^^
-----------------------------------------------------
Brian berjalan dengan tergesa-gesa menuju ruangan pribadi milik salah satu anaknya, sang raja Juan. Dengan rahang yang mengeras dan kedua tangan terkepal erat memegangi secarik kertas yang terlihat sudah tak berbentuk lagi karena digenggam terlalu erat.

Para dayang-dayang dan prajurit yang ia lewati menunduk takut. Sudah pasti akan terjadi keributan hari ini. Dan tanpa menunggu salah satu dayang untuk membukakan pintu kamar Juan, Brian dengan keras langsung membuka pintu dan menatap nyalang Juan yang juga terkejut dengan kehadiran sang ayah yang datang secara tiba-tiba dengan mata yang berkilat penuh amarah dan emosi.

Brian berjalan mendekat kearah Juan lalu mengangkat salah satu tangannya yang menggenggam secarik kertas itu dihadapan Juan.

"Apa yang kau lakukan, Juan?! Apa yang sudah kau putuskan kali ini, hah?!"

Juan menelan ludahnya kasar. Apa keputusannya salah kali ini?

"Kau memberhentikan semua prajurit yang mencari Jeno dan mengatakan jika Jeno sudah mati! Apa maksud mu?! Kenapa kau tak berunding kepada ku, Juan?!" ucap Brian dengan penuh emosi dan kilatan amarah yang terlihat jelas diwajahnya.

"Ayah, Jeno bahkan sudah tak ditemukan dimanapun. Bagaimana mungkin aku terus memerintahkan para prajurit untuk tetap mencari Jeno, sedangkan Jeno bahkan tetap tidak ditemukan." Juan berusaha memberi sang ayah pengertian mengapa dirinya memberhentikan pencarian Jeno. "Bahkan, masih banyak masalah yang lebih penting ayah. Masih banyak masalah rakyat yang mesti aku urus dengan baik," lanjut Juan.

Brian menghela napasnya kasar dan menatap sang anak dengan pandangan tak percaya. Pikirannya melayang ke Adriana. Bagaimana mungkin jika dirinya memberi tahu sang istri jika anak mereka sudah mati saat dia sudah bangun nanti?

Apa yang dikatakan oleh Juan memang benar. Masih banyak masalah yang lebih penting untuk diselesaikan. Tetapi, masalah hilangnya Jeno itu juga penting. Bagaimana pun, Jeno merupakan keluarga kerajaan. Bukan orang lain.

Brian menundukkan kepalanya dan tak lama dirinya menjatuhkan dirinya dihadapan Juan. Dirinya jatuh dengan lutut yang menopang dirinya. dan tak lama air matanya mengalir. Membayangkan jika Adriana akan benar-benar membencinya jika ia tahu bahwa anaknya tak ditemukan dan dinyatakan telah tiada.

Juan merendahkan tubuhnya. Ia mengusap bahu sang ayah yang terasa bergetar. "Ayah, maafkan aku. Maafkan aku yang tak merundingkan hal ini dengan mu," ucap Juan lirih.

"Apa yang harus ku katakan pada Adriana, Juan? Aku memang seorang ayah yang gagal. Aku seorang suami yang gagal," ucap Brian dengan suara paraunya.

"Aku gagal untuk semuanya, Juan."

"Wah, aku tak menyangka jika kita akan bertemu lagi, pangeran

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Wah, aku tak menyangka jika kita akan bertemu lagi, pangeran."

"Sepertinya dirimu memang sudah ditakdirkan untuk segara kembali kali ini."

Lintas Waktu [Lee Jeno]Where stories live. Discover now