1

144 22 9
                                    

Namaku Acha. Acha Azzahra. Lahir di Jakarta dan masih tinggal di Jakarta. Aku perempuan, dan syukurlah sampai saat ini masih menghirup O² sama seperti manusia lain pada umumnya. Usiaku sekarang masih sekitar 16 tahun. Yup, tepatnya aku masih duduk di bangku SMA kelas sepuluh. Saat pertama kali, saat awal awal aku menjalani hari hariku sebagai anak SMA, rasanya aku sudah merasa bahwa aku akan mengalami hal hal yang keren. Seperti cerita cerita di novel pada umumnya. Yang katanya, saat SMA, kamu akan menemukan apa arti cinta sesungguhnya. Malahan, aku justru merasa biasa biasa saja. Jujur, tidak ada yang istimewa. Aku menjalani hari hariku yang gitu gitu aja.

Prioritasku saat ini, adalah menjadi pengurus OSIS. Jika aku tidak bisa menjadi ketua OSIS. Setidaknya ya aku harus menjadi sekretaris. Itulah ambisiku. Aku sudah terbiasa bergelimpangan di dunia ke-OSIS-an. Sudah sejak SMP. Rasanya, ikut dalam organisasi sekolah yang satu ini, cukup mengasyikkan. Dengan evaluasi evaluasi yang kadang meneteskan air mata, ataupun mengurus acara yang seringkali mengucur deras keringat.

***

Whoam!!! Aku menguap malas. Hari senin. Hari yang membuatku muak dengan pelajaran pelajaran yang mengesalkan dan memaksa untuk mengeluh. Belum lagi, guru guru yang mengajar hari ini, salah satunya adalah guru killer di sekolah. Kalau urusan upacara, aku bisa tidak ikut dengan ribuan alasan. Apalagi, aku pengurus OSIS, jadi pasti aku hanya akan berdiri di belakang, dibawah teduhan pohon, mengamati punggung siswa kelas lain.

Dengan tumpukan rasa malas, aku berusaha menyuruh badanku untuk mandi. Krek! Ah, pintunya terkunci dari dalam. Pasti kakakku.

Namanya Kak Revan. Dia hampir menyelesaikan jenjang kuliahnya. Mungkin butuh waktu 2 semester lagi. Postur tubuhnya tinggi, rambut tidak rapi (sok sok-an ala ala oppa korea), kulitnya tidak kuning langsat, tidak juga sawo matang, hidungnya mancung, dan katanya, dia adalah kandidat cowok idola di kampusnya. Aku sih tidak ingin percaya. Tapi, nyaris setiap pagi, beberapa cewek yang sekampus dengan Kak Revan, yang tinggal di kompleks sebelah, seringkali mengirim coklat dan diletakkan di depan rumah. Dan yang paling konyol dari semua itu, para gadis gadis itu, menyelipkan sepucuk surat cinta. Aduh bucin.

Lalu aku, sebagai adiknya, seringkali menyantap cokelat gratis tiap pagi. Hahaha. Enak juga ya punya kakak ganteng.

Tok tok tok!!!

"Oiii, Kak Revan mandi atau lagi nyedot WC? Lama amat!!!" Ujarku yang tidak sabaran sambil mengetok pintu dengan kasar. Berusaha membuat Kak Revan segera keluar.

"Lagi nidurin si gayung" katanya dari dalam kamar mandi. Anjir! Ya kali, gayung ditidurin. Emang dia ibunya apa?

Tuhan kirimkanlah aku... Kekasih yang baik hati... Suaranya yang menyenandungkan sebuah lagu dari boyband The Rock itu terdengar sampai keluar. Benar benar. Dengan mengeluarkan jurus tendangan ku, aku menendang pintu kamar mandi hingga terdengar bunyi 'DORRR!!!'

"Berisik woy!" Keluhku.

Bagaimana tidak kesal, Kak Revan menyanyi, seolah olah suaranya mirip seorang 'Fiersa Besari'. Hih, padahal suaranya tidak sebanding dengan suara kentutku. Dari dalam, terdengar juga bunyi 'DORRR!!!'. Sudah kuduga, Kak Revan membalas, menendang pintu kamar mandi juga.

"Lee Min Ho bebasss!" Ujarnya. Agh, aku sungguh tidak terima. Bisa bisanya ia bilang kalau dia adalah Lee Min Ho? Sepertinya akalnya benar benar tidak sehat.

"Lee Min Ho, Lee Min Ho, jidatlo?!" Ups, keceplosan.

Krek! Pintunya terbuka. Namun Kak Revan tidak bergegas keluar, ia hanya berdiri di ambang pintu kamar mandi. Menatapku kesal. Rambutnya diacak acak. Handuk putih melilit di area tubuhnya yang tak seharusnya dilihat.

DevandraWhere stories live. Discover now