7

29 8 0
                                    

Dengan terburu buru aku memasukkan semua buku yang tadinya berada di atas meja ke dalam tas. Terburu buru menyusuri koridor sekolah menuju ke ruang OSIS. Karena hari ini ada rapat OSIS. Ah, jika bukan karena syarat beasiswa di Jepang yang mengharuskan ku untuk ikut salah satu organisasi, aku tidak akan mau ikut OSIS. Sebagian orang berpikir OSIS adalah kegiatan yang menyenangkan karena kita bisa mendapatkan materi ke-organisasi-an dan melatih mental kita. Sebagian lainnya juga berpikir, OSIS adalah kegiatan yang melelahkan. Kebanyakan dari mereka bilang anggota OSIS adalah 'babu' sekolah. Karena acara apa apa pasti dari OSIS. Yang bekerja apa apa pasti anggota OSIS. Tapi ya sudahlah. Toh sudah terlanjur juga.

Nafasku menggebu gebu ketika aku tiba di ruang OSIS. Untungnya, tidak semua anggota sudah kumpul. Jadi rapat belum di mulai.

"Acha!" Seseorang memanggilku. Siapa memangnya yang memanggilku dalam keadaan begini. Aku menoleh.

"Apas..." Aku memelototkan bola mataku. Entah bagaimana aku bisa tidak sadar, orang yang memanggilku barusan, tidak lain adalah Kak Andra. Ketum OSIS. Ugh, rasanya aku ingin memukul kepalaku sendiri.

"Eh, kak sorry..." Aku sedikit kikuk. Apalagi Kak Andra hanya senyam-senyum melihat tingkah canggung ku begini.

"Nggak, gak papa. Udah santai aja. Tapi kalo ke senior lo yang lain, jangan gitu. Yang ada malah, lo di mental abis abisan. Haha."

"Hehe, iya kak. Emang ada apa kak?"

"Em, gue cuma mau ngasih tau, kalo rapat nya ditunda dulu. Gue barusan udah ngomong sama anggota OSIS se-angkatan lo kok. Rapatnya ditunda soalnya pembina ga masuk. Jadi agenda hari ini, kita cuma beres beresin ruang OSIS doang. Soalnya udah banyak yang terlanjur kumpul." Aku mengangguk mengiyakan. Tanda mengerti.

"Yaudah, gue ngurusin yang lain dulu ya." Ujarnya lalu pergi setelah tersenyum kepadaku. Rasanya ingin memaki kenapa rapatnya ditunda segala. Apalagi nafasku sudah terengah engah karena takut telat. Akhirnya, kami -para junior- memutuskan untuk berpencar. Beberapa di dalam, dan sisanya di luar.

Ada yang menyapu, mengelap kaca jendela, membersihkan debu di atas meja, dan merapikan dokumen di se-isi lemari.

"Woy woy woy!!!" Tiba tiba suara rusuh dari beberapa murid di koridor yang lumayan jauh dari ruang OSIS terdengar. Sontak saja semuanya menoleh ke asal suara. Dari kejauhan, aku melihat Siska tengah berlari menuju anak anak OSIS. Tidak menunggu waktu lama, aku langsung mendatanginya.

"Siska!!!"

"Gawat banget Cha!" Katanya dengan nafas tersengal-sengal.

"Gawat kenapa? Kok rame banget? Ada yang narkoba ya? Mankanya di tangkap polisi?"

"Bukaaaan."

"Terus?"

"Lo tau Deva? Cowok ganteng ekskul musik yang ngetrend di sekolah ini?" Aku cukup yakin bahwa yang Siska maksud adalah Deva yang sebentar lagi akan pulang denganku. Deva yang bermain pesawat kertas dan bertengkar dengan ku di koridor. Deva yang membuat seisi kelasku heboh, hanya karena dia mengantarku ke sekolah.

"Deva...?"

"Iya Cha. Sepuluh IPS 1." Dari itu aku tau Deva kelas apa.

"Ada yang berantem!!!" Mendadak semua orang pergi menghampiri tempat kejadian setelah Aldo, salah satu anggota OSIS yang baru saja tiba, nenyerukan hal tersebut.

"Ayo Cha!" Siska menarik tanganku.

Ternyata benar. Apa yang dikatakan Aldo benar. Deva tengah berantem dengan Riko. Salah satu anak ekskul pecinta alam. Beberapa pukulan mendarat di wajah keduanya. Tubuh keduanya sesekali menabrak dinding. Kerumunan siswa nyaris menghalangi pandanganku. Namun aku masih tetap bisa melihat perkelahian itu meski dari belakang. Kak Andra, Kak Radit, beberapa anak OSIS, beberapa anak musik, dan beberapa anak pecinta alam melerai keduanya. Butuh waktu sekitar beberapa puluh detik, perkelahian selesai. Dada keduanya terlihat naik turun. Amarah masih terlihat jelas di wajah keduanya. Aku bahkan masih terpaku di belakang. Belum pernah selama ini mengira jika Deva akan berkelahi seperti barusan.

DevandraWhere stories live. Discover now