19

18 5 0
                                    

Ini pertama kalinya bagiku, di buatkan sebuah puisi secara langsung, dan melisankannya di hadapanku. Deva benar benar berbeda. Dia selalu punya cara tersendiri untuk membuatku semakin jatuh dibuatnya. Cara cara yang dilakukannya sederhana sekali. Dan, aku suka itu.

"Gimana? Suka?" Tanya Deva yang masih menatapku sambil tersenyum manis. Rasanya, aku baru sadar, saat melihat Deva dari jarak sedekat ini, dia terlihat benar benar tampan. Apalagi sangat romantis seperti tadi. Hal ini menepis keheranan ku mengapa banyak gadis yang ngebet pengen pacaran sama Deva.

"Lumayan." Jawabku spontan sambil mengangkat bahu.

"Tapi suka kan?"

"Banget." Jawabku lagi sambil menyentuh hidungnya.

"Pengen tau siapa inspirasinya?" Tanyanya mendadak.

"Hah? Siapa emang?"

"Namanya Zahra."

"Oh, cewek lo?"

"Maunya sih gitu. Otw lah."

Aku diam. Seharusnya aku tidak pernah mengharapkan apapun pada Deva.

"Mau tau nggak, nama lengkapnya siapa?" Tanya Deva lagi.

"Hah? Nggak, gak usah."

"Rugi loh, kalo gak tau."

"Gak usah. Gak penting juga buat gue."

"Dih, kok lo marah gitu sih? Ngambek? Cemburu?"

"Nggak lah, lo pikir gue gila?"

"Zahra tuh ceweknya cantik, baik, tapi kadang suka galak. Nama lengkapnya... Acha Azzahra." Pernyataan yang membuatku melirik kearahnya. Tunggu tunggu, ini maksudnya aku? Zahra adalah nama dari nama belakangku? Acha Azzahra???

"Ihhh, kampret lo!"

"Hahaha... Gue yakin lo pasti udah ngebayangin gue ada cewek lain."

"Yaiyalah. Orang guenya gak tau kalo Zahra itu gue."

"Cha..."

"Hm?"

"Ntar siang, ada waktu gak? Sepulang sekolah?"

"Erm, emang mau kemana?"

"Ada deh. Bisa nggak?"

"Bisa sih. Tapi gak bisa lama lama juga. Palingan ya cuma sampe jam lima sore." Ujarku menjelaskan namun masih tidak tau akan kemana bersama Deva.

"Ah, itu mah udah cukup lama kok. Yaudah nanti ya, sepulang sekolah."

Aku mengangguk. "Kemana tapi?"

"Ke Seoul. Korsel. Lo kan suka tuh."

"Dih, lo pikir jarak Jakarta ke Seoul, sama kayak jarak sekolah ke rumah gue???? Ngaco."

"Yaudah, nanti lo juga tau sendiri."

"Ah, selalu deh. Lo bikin gue penasaran mulu."

"Hahaha... Yaudah gih, sana masuk kelas."

"Orang belum bel juga. Ohh, lo mau nge-playboy? Makanya lo nyuruh gue masuk kelas?"

"Dih, nge-playboy apaan? Anjir lo. Hahaha."

Kringgg!!! Bel masuk kelas berbunyi.

"Nah kan, udah masuk. Sana sana buruan!!!" Ucap Deva masih sambil tersenyum.

"Iya iya. Lo juga! Sana!"

***

Aku membuntuti Deva menuju parkiran. Cuacanya benar benar panas.

DevandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang