14

20 6 0
                                    

Acha POV

"Cha, kenalin. Pacar gue." Ucap Kak Revan dengan nada sok kalem. Tidak seperti biasanya. Yang membuatku ingin muntah mendengarnya.

"Indah." Ujar gadis yang katanya pacarnya Kak Revan dengan sopan.

"Acha, kak."

"Acha kelas berapa?" Tanyanya padaku.

"Kelas sepuluh kak."

"Kelas sepuluh SMA, tapi masih kayak anak kelas satu SD. Hahaha." Usil Kak Revan.

"Tuhkan kampret. Mau ada pacar, mau nggak, tetep aja kampret ya gak ilang ilang." Cibirku kesal. Kak Indah hanya senyam senyum.

"Kenal sama Deva?" Hah? Aku tidak salah dengar? Kak Indah kenal sama Deva? Apakah Deva se-terkenal itu? Sampai sampai Kak Indah mengenalnya?

"De...Deva?"

"Iyaa, kelas sepuluh juga. Nama sekolah nya juga sama kayak sekolah Acha. Orangnya lumayan tinggi, ganteng juga sih, lumayan putih, terus kalo gak salah, anak jurusan IPS deh." Kak Indah menjelaskan yang membuatku yakin kalau Deva yang dimaksud adalah Deva yang tengah bertengkar denganku barusan.

"Ooh, iya kak. Kenal kok."

"Iyalah kenal. Orang sering nganterin Acha pulang, Ndah."

"Oh ya? Dia tetanggaku loh, Re."

"Hah? Ng-nggak kok gak sering. Apaan sih Kak Revan."

"Gak papa kali, Cha. Deva orangnya baik kok. Ganteng juga."

"Hm?" Aku benar benar tidak tau apa yang harus ku katakan. Hanya bisa nyengir tanpa alasan.

"Aku pulang dulu ya, Re. Soalnya harus pergi bentar lagi sama keluarga di rumah."

"Oh, iya iya. Kamu hati hati."

"Pulang dulu ya, Cha."

"Iya kak. Tiati."

Taksi yang di pesan Kak Indah, melaju dan menghilang di tikungan jalan.

"Kamu hati hati ya. Hih, sok sok-an kalem. Dasar." Ejek ku pada Kak Revan.

"Dih daripada lo? Sana sana pulang lo Dev. Ngapain sih disini? Gitu kan?"

"Dih gue sama Deva emang ada apaan? Ngapa jadi di bandingin sama lo sama Kak Indah? Gue sama Deva temenan kali."

"Halah, palingan juga nanti kalian pacaran."

"Ngaco!"

***

Semua orang pesta makan di mana mana. Maksudku di rumahku. Orang orang rumah. Selepas kedatangan ibu, ayah, kakek, nenek, tante, dan Ali, langsung banjir pesta makan. Karena mereka membawa banyak sekali belanjaan.

Memang benar sih, jarang jarang ke pasar, sekalinya ke pasar, rumah jadi serasa pasar. Rameee!!!

Ibu bahkan membuat bakso, dan juga ada siapan mie gandum. Tentunya untuk mie pangsit atau mie ayam. Karena ibu juga sudah menyiapkan bumbunya tadi. Di bantu nenek, dan tante. Ada juga hidangan pizza 4 box yang di pesan tante karena Ali yang minta. Ayah dan kakek? Keduanya memesan 10 bungkus bubur kacang ijo yang dijadikan satu, dan di panaskan kembali di rumah.

Drrt...

Gue di depan rumah lo.

Sebuah pesan masuk dari Deva yang cukup membuatku terkejut. Mau apa dia malam malam begini di depan rumah? Aku langsung keluar.

"Mau kemana, Cha?" Tanya ibu.

"Mau ngasihkan buku. Ke rumah temen. Rumahnya deket kok. Cuma beberapa meter dari sini." Ugh, terpaksa aku harus berbohong.

DevandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang